Bagian 6
Tidak ingin menerka-nerka seperti adiknya, Ran lebih memilih untuk menanyakan langsung apa yang ingin dia tahu daripada mati karena penasaran.
Maka dari itu, begitu mereka pulang ke rumah, Ran segera melakukan interogasi pada [Name] mengenai apa yang Rindou dengar dari [Name] ketika gadis itu tertidur.
[Name] jelas terkejut karena ternyata ia berbicara seperti itu di dalam tidurnya. Pantas saja saat sarapan tadi pagi Rindou menjadi sangat pendiam, padahal biasanya laki-laki itu selalu memarahi atau mengeluarkan komentar sinis jika ia berkata atau melakukan sesuatu. Ternyata ini alasannya. Lagipula kenapa [Name] tidak tahu bahwa Rindou masuk ke kamarnya? Oke, maksudnya adalah kamar Ran yang semalam dijarah olehnya.
Jadi ketika ia melihat siluet Rindou, itu bukan mimpi? Dan ketika ia memeluk laki-laki itu juga bukan mimpi?
Gadis berhelai [hair color] itu mencoba menutupi kegugupannya dengan menceritakan pada kedua bersaudara itu mengenai 'penglihatan' yang ia dapat tentang mereka di masa depan.
"Jadi maksudmu kemungkinan salah satu dari kami -atau mungkin kami berdua- akan mati di pertarungan kali ini?"
Pertanyaan Ran mendapat anggukan dari [Name]. Laki-laki itu terlihat berpikir sejenak sebelum kembali membuka suara.
"Aku bukannya tidak percaya padamu. Kau adalah 'utusan Dewa', jadi tentu saja apa yang kau katakan pasti benar adanya. Tapi kami tidak bisa untuk tidak hadir dalam pertarungan Kantou Manji melawan Toman generasi ke 2 tanggal 9 September nanti, karena aku adalah kapten pasukan serangan khusus dan Rindou adalah wakilnya."
Tentu saja [Name] tahu itu. Ran dan Rindou memiliki tanggung jawab di Kantou Manji karena mereka adalah salah satu petinggi disana.
Tidak adakah cara lain agar [Name] bisa mencegah kemungkinan buruk itu terjadi? Sungguh, ia tidak mau jika mereka benar-benar mati di arc final kali ini.
'Ini semua salah Mikey.'
'Ah tidak, ini semua salah pembuat manganya.'
"Bisakah kalian membawaku ke tempat pertarungan itu nanti?"
Permintaan [Name] langsung mendapat penolakan dari kedua Haitani itu.
"Aku tidak akan mengganggu. Aku hanya akan menonton dari jauh saja. Kumohon, aku hanya ingin memastikan bahwa kalian akan baik-baik saja disana."
Ran dan Rindou saling bertukar pandang. Mereka seolah kembali berbicara melalui pikiran masing-masing.
"Baiklah. Tapi kau harus berada sejauh mungkin dari area pertarungan nanti."
Mendengar persetujuan dari Ran, [Name] refleks memeluk pria jangkung itu karena terlalu senang. Sekalian modus juga sih, sebenarnya.
Hey, kapan lagi bisa memeluk Ran Haitani? Hal itu mungkin hanya bisa terjadi di dalam mimpi.
"Kenapa kau begitu mengkhawatirkan keselamatan kami?" tanya Rindou.
Ran terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Sebenarnya ia juga penasaran, kenapa [Name] begitu takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya dan Rindou?
[Name] hanya menjawab karena ia menyukai mereka sebab kedua Haitani itu sudah bersikap baik padanya. Yah, sedikit minus untuk Rindou karena kadang kala laki-laki itu bersikap menyebalkan.
Ran terkekeh mendengar penjelasan itu, sementara Rindou tentu saja mencibir dan mulai mengeluarkan kata-kata mutiaranya.
.
.
.
Hari demi hari pun berlalu hingga tak terasa pertarungan yang dinantikan itu kini berada di depan mata.
Berdiri di atas gerbong kereta barang yang tidak terpakai, [Name] bisa melihat dengan jelas orang-orang yang terdiri dari dua geng yang berbeda sekarang tengah saling berhadapan satu sama lain.
Jumlah lawan yang sungguh tidak sebanding jika kau bertanya padaku. 500 anggota Kantou Manji melawan 50 anggota dari Toman? Kau serius?
Yah, tapi dari chapter yang pernah [Name] baca, justru Kantou Manji lah yang terpojok. Ran bahkan babak belur dihajar Mitsuya, dan Rindou malah turu pas diculik sama Hakkai.
[Name] tidak bisa mencegah hal itu terjadi, tapi sebisa mungkin ia akan menjauhkan Haitani dari resiko menyusul Izana ke alam baka. Ah, iya, justru Kakucho yang bakal nyusul Izana, 'kan?
Tidak tega, sih. Tapi apa yang bisa [Name] lakukan untuk mengubah plot itu? Menghadang Sanzu? Tapi kalau justru dia yang ditebas dan mati bagaimana?! Maaf saja ya, [Name] tidak datang kesini untuk mati. Gadis itu hanya ingin menyelamatkan Haitani.
Mencoba memutar otaknya yang kecil, [Name] mulai memikirkan sesuatu yang bisa ia lakukan untuk membantu tanpa mengancam keselamatannya sendiri.
Ting!
Bohlam lampu imajiner tiba-tiba muncul di atas kepala gadis berhelai [hair color] itu.
Bagaimana kalau sembunyikan kantong ajaib Doraemon milik Sanzu? Tapi apakah laki-laki itu benar-benar memilikinya? Itu hanya jokes yang diberikan oleh para fans, kan?
Ah tapi terserah lah, yang penting bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Kakucho. Teman [Name] di dunia asal gadis itu pasti akan senang jika ia menyelamatkan salah satu suami halunya itu.
Akhirnya dengan pertimbangan yang matang, [Name] mulai mencari keberadaan Sanzu. Berkat posisinya saat ini, ia bisa lebih leluasa melihat keadaan sekitar. Manik [eye color] [Name] mencoba menemukan kereta di tengah banyaknya gerbong kereta barang yang sudah tidak terpakai.
Gotcha!
[Name] pun menemukan kereta maut itu. Menoleh sejenak ke arah dimana Ran berada, gadis itu segera pergi dari tempatnya semula setelah sebelumnya menggumamkan kata 'jangan mati sebelum aku kembali' pada Haitani sulung yang tentu saja tidak dapat mendengarnya karena jarak mereka yang jauh.
Dengan langkah yang hati-hati agar tidak diketahui, [Name] perlahan mulai berlari menuju lokasi kereta maut berada.
Napas gadis itu tersengal di setiap langkah kakinya. Ketika [Name] tiba disana, ia bisa melihat Sanzu memasuki kabin kereta. Mungkin untuk mengutak-atik mesin?
Sedikit lucu sebenarnya jika memikirkan ternyata Sanzu tidak mengerti mengenai cara kerja mesin kereta api. Siapa sangka berjalannya kereta karena hasil dari capcipcup kembang kuncup yang dilakukan laki-laki dengan bekas luka itu?
Oke, kita kembali ke misi yang kini tengah emban oleh [Name]
Gadis itu memilih melewati sisi kanan kereta karena Sanzu akan keluar dari sisi kiri. Untuk apa? Tentu saja untuk bertarung melawan Kakucho dan Takemichi yang mencoba menghalangi rencananya.
Dan itu terbukti, karena tak lama kemudian Takemichi dan Kakucho tiba di tempat ini.
[Name] terus mengendap-endap ketika mereka berbicara. Dari sisi pintu kabin yang lain, ia bisa melihat katana Sanzu menyembul keluar dari tas senjatanya.
'Sial, jadi Sanzu benar-benar punya kantong ajaib?!'
Tas itu berisi beberapa senjata, seperti katana dan juga pipa.
Dengan hati-hati dan mencoba untuk tidak menimbulkan suara, [Name] mulai naik ke kabin untuk mengambil senjata Sanzu. Setelah berhasil mendapatkannya, gadis itu segera berlari dengan sekuat tenaga karena tidak ingin ketahuan oleh mereka.
[Name] bersorak dalam hati. Gadis itu tentu saja merasa senang karena rencana kecilnya berhasil.
Tapi mungkin karena terlalu hanyut pada kegembiraannya, [Name] jadi tidak menyadari tubuh jangkung yang kini berdiri tak jauh di depannya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
.
.
.
Words : 1040
Jum'at 24 Juni 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com