Chapter 35 : Case 1 - Batu, Gunting, Kertas (3)
Bel pintu berbunyi. Seorang gadis mungil berambut pirang menunggu di tengah gelapnya malam berawan. Air hujan membasahi pakaiannya sehingga dia perlu cepat-cepat mengganti pakaian.
"Ah, Nona Antasilya Raisa! Selamat pulang!"
Pelayan yang membukakan pintu cepat-cepat mengelap tubuh gadis gadis mungil tersebut. "Kenapa nona tidak bilang jika kembali?"
"Pertama ... aku bukan Antasilya Raisa. Kedua, aku adalah seorang dektektif. Tugasku adalah memecahkan kasus batu, gunting, kertas."
Pelayan itu menutup mulutnya dengan lipatan handuk kering. "Oh, maafkan saya nona dektektif, sudah salah menduga orang."
Tersenyum, "tidak apa. Antasilya ... Raisa itu, anak dari tuan rumah yang telah menghilang sebulan yang lalu, kan?"
"Ya. Polisi dan dektektif dari lembaga dektektif sudah berusaha mencari, tetapi polisi mengatakan bahwa nona Silya disembunyikan oleh lembaga dektektif."
Menghela nafas, "maksud mereka itu orang yang mirip dengan nona Silya."
"Hm?" pelayan itu memiringkan kepala.
"Mereka salah mengira diriku sebagai Antasilya, sama seperti yang kamu lakukan tadi. Karenanya, orang-orang selalu salah paham dan hanya sedikit yang mengenal nama asliku."
"Oh, jadi begitu ... jika berkenan, bolehkah saya mengetahui nama anda?"
Gadis mungil pirang itu memberikan senyuman. "Seseorang akan menyebutnya saat aku berada di dalam nanti ...," menunjukkan selembaran kasus, "jadi sekarang bolehkah aku masuk?"
Gadis itu diam sebentar sebelum memiringkan kepalanya dan memberikan sebuah senyuman. "Baik, dektektif Sia."
***
"Halo," seseorang mengatakannya dari belakang.
"Oh, Raha!" Aruo menyebut namanya-sang gadis mungil berambut pirang.
"Yo Aruo, kamu mengambil kasus ini juga, ya?"
Tersenyum, "soalnya kasusnya tidak terlalu berbahaya dan bayarannya tinggi."
Raha melihat kembali selembaran miliknya. "Hm ... lumayan tinggi juga, ya."
Amu dan Keyla langsung memasang posisi waspada. Mengamankan Aruo, Amu bertanya. "Siapa kamu?"
"Eh? Aku Raha, dektektif dari—"
"Dektektif lembaga mana yang akan mengambil kasus misteri-mistis tanpa melihat bayarannya," ungkap Amu.
Raha terdiam sebentar. Sementara itu Keyla angkat bicara. "Aruo mungkin bisa kamu perdaya, tapi itu tidak berlaku bagi kami."
Mengabaikan pernyataan Keyla, dia menunjuk ke arah mereka. Amu dan Keyla semakin waspada, orang di sekitar merasa tegang, sementara itu kewaspadaan mereka mulai menurun ketika menyimpulkan bahwa Raha ingin menjawab pernyataan sebelumnya.
Amu dan Keyla kembali ke sikap biasanya, tetapi tetap menaruh rasa curiga. Kesimpulan tadi mereka dapat dari sikap tenang Raha yang tetap menunjuk dan diarahkan kepada Aruo. "Bicaralah," suruh Keyla.
Tidak bergeming atas ancaman mereka tadi, Raha hanya fokus kepada Aruo. Keyla dan Amu mulai berpikir bahwa ini aneh.
Keyla mulai memasang kuda-kuda sementara Amu menjaga Aruo yang terlihat tidak bisa menangkap pembicaraan. Beberapa orang bersembunyi dan yang lain terdiam di tempat ingin menyaksikan apa yang terjadi.
Satu langkah, Keyla sudah melesat jauh ke arah Raha. Kecepatan yang luar biasa. Namun, Raha yang menyadarinya memberikan respon yang tidak terduga. Dia tetap diam, membuat Keyla menghentikan tinjunya yang berjarak 1 cm dari wajah Raha.
"Gadis ini aneh ...," pikir Keyla. Seolah-olah di tempat itu hanya ada Aruo dan dia.
Raha sibuk mencari jawaban untuk ungkapan Amu tadi. Di awal Aruo tidak tahu situasinya, tetapi dia merasa bahwa teman di hadapannya membutuhkan Aruo, jadi dia terdiam menunggu tindakan dari Raha.
Setelah memikirkan kata-kata sekian lama, akhirnya Raha berbicara. Dia baru saja membaca pikiran Aruo, beropini pemikiran Aruo sama dengannya.
"Aruo juga tidak melihat jumlah uang dari selembaran itu."
Mendengar itu Aruo mengangkat selembaran kasus di tangannya. Mata-mata orang tertuju kepada pemuda itu. "Oh benar, bayarannya tinggi juga, ya."
Orang-orang di sekitar syok. Pemilik rumah yang terlarut dalam perbincangan mereka tersadar ketika sebuah gunting kembali terjatuh di hadapannya.
"Kelihatannya masalah kalian sudah selesai, jadi bisakah kalian menyelesaikan kasus ini?!" ucapnya sedikit berteriak. Biasanya Tuan Rumah bersikap lebih tenang ketika ada gunting yang jatuh, tetapi dia tidak berkonsentrasi untuk merasakan jatuhnya gunting yang satu ini.
Para dektektif menoleh, "oh, benar, ada kasus yang harus kita selesaikan," ucap Amu.
Aruo berdiri di tengah aula, berdiri bersama Tuan Rumah dan Raha. "Baiklah, bagaimana jika kita menyelesaikan kasus ini?" ucap Aruo.
"Benar. Tolong segera selesaikan agar rumahku tidak disegel dan menjadi salah satu tempat angker di kota. Aku benci anak-anak yang setiap malam datang untuk uji nyali," ucap Tuan Rumah mengiyakan penuh keluh kesah.
Tersenyum memiringkan kepala ke kiri Raha menutup mata sebelah kirinya. "Dan jangan lupa menangkap pelakunya."
Mata Tuan Rumah terbelalak. "Ada pelaku di balik semua ini?!"
Menjentikkan jari, "tentu saja. Kami telah bekerja sama dan akan menunggu bayaran anda," Raha menembakkan pistol tangan ke atas di tangan kanan yang diagonal 30°.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com