Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 41 : Panti Asuhan

Keyla membawa Aruo dan Raha ke panti asuhan. Mereka kembali dan beristirahat di sana. Wajah Raha sedikit terkejut.

"Ada apa, Dik Raha?" tanya Ilya menyuguhkan segelas teh.

"A— Ah, tidak. Aku hanya sedikit terkejut ...," Raha meminum teh itu terus-menerus secara perlahan. Saat ditaruh seperempat teh itu telah habis.

Ilya berdiri memberikan senyuman. "Anggap saja rumah sendiri. Aku suka cara meminummu," ucapnya meminum teh miliknya dengan cara yang sama.

Raha terkesima. "Ternyata bukan aku saja ...."

Mengedipkan sebelah mata, Ilya memberikan sebuah jempol. "Mulai sekarang kita sahabat!"

Raha mengolah perkataannya sebentar, lalu memiringkan kepala dan memberi senyuman hangat. "Ya!"

***

Aruo berbaring di kasur kamarnya. Di sana ada Keyla yang sedang menduduki kursi kayu berhadapan dengan Aruo. Anak-anak lain di panti asuhan menatap dari pintu yang terbuka.

"Kalau ingin menjenguk, masuklah."

Setelah Keyla mengatakan itu mereka mulai masuk satu per satu. Semua berbaris dan melihati keadaan Aruo. "Bagaimana keadaan Kak Aruo?" tanya seorang anak perempuan berambut hitam pendek.

Di sebelahnya— adiknya yang memegang tangan kakaknya, "apakah Kak Aruo baik-baik saja?" anak perempuan berusia lima tahun itu baru saja pertama kalinya merasakan perasaan khawatir.

Dari belakang pintu Raha memberikan senyuman. Dia kembali dari mengintip itu mendatangi Ilya di ruang tamu. "Jadi, bagaimana menurutmu?"

Masih bersama senyumnya, "aku tidak perlu khawatir. Aruo disayangi oleh anak-anak."

Tertawa, "dia sering memasak untukn kami," Ilya kembali meminum tehnya.

"Eh ... Aruo bisa memasak?"

Tersedak, Ilya disusul oleh batuk. "Serius kamu menanyakan itu?"

"Iya."

Ilya terdiam menatap Raha. Ekspresi wajahnya membeku dalam tatapan tidak percaya. Raha memiringkan kepalanya, "jangan-jangan ... itu nyata, ya?"

Tubuh Ilya langsung terjatuh lemas ke meja. Raha yang terkejut khawatir dan memutari meja untuk mendatangi Ilya. "Ah ... kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, uhuk-uhuk," ucap Ilya yang dibantu duduk oleh Raha.

Raha memandangi Ilya sambil terus berpikir. "Dari reaksi Kak Ilya yang awalnya seperti anak muda berubah menjadi seorang lansia itu tidaklah bohong, tapi entah kenapa aku masih meragukannya."

"Sebegitunya 'kah kamu meragukan masakanku?" ucap Aruo beediri di dekat lorong.

"Ah, Aruo. Kamu sudah sadar?" tanya Raha berkeringat dingin.

Tatapan Aruo masih terpaku dengan dirinya tanpa berkedip sedikit pun. Seolah-olah mengatakan bahwa dari raut wajah Raha sudah terlihat sangat jelas.

Mengusap dada, "baiklah. Aku akui, aku meragukannya."

Di samping Aruo ada Keyla yang baru datang dan sedikit terkejut berdiri. "Ada apa?" tanya Raha kepada Keyla melihat sikap anehnya.

"Ah, tidak ... kupikir kamu akan mengusup perut sambil menghela nafas."

Raha merasa kecewa. "Itu yang kamu permasalahkan?" dia menatap datar malas.

"Habisnya, itu hal yang umum terjadi di dunia ini, bukan?"

Raha membenarkan posisi duduknya dan meletakkan kedua telapak tangan di paha, dia duduk manis. "Menghela nafas hanya akan membuang kesenanganmu. Lebih baik tariklah nafas."

Melihat tingkah laku Raha justru membuat imajinasi Keyla berbanding terbalik. Dia membayangkan seorang om-om botak kekar dengan tato menghisap tembakau dan mengatakan itu, lalu membuang asap rokok di seluruh tubuhnya dengan cara menghela nafas.

"Terkadang imajinasiku terlalu liar ...," pikir Keyla menatap langit-langit panti asuhan kosong. Dia terlihat sedikit aneh hari ini.

Aruo menuntun Keyla masuk ke kamar Keyla. "Ayo, pelan-pelan ... hati-hati."

"Pasti ada sesuatu yang membuat Keyla syok hingga menjadi seperti ini," ucap Aruo masih membawa Keyla menuju kamarnya dengan sangat perlahan.

Ilya yang sedari tadi terdiam membuka suara dengan sebuah ide. "Oh iya, bagaimana jika Raha langsung merasakan masakan Aruo saja?"

"Eh?" Raha terdiam.

"Eh?" Aruo menoleh.

"Eehh~ " sepertinya Keyla sudah tidak bisa berpikir apa-apa.

Menepuk tangan di samping pipi kiri memiringkan kepala, "dengan begitu kita bisa mengetahui kemampuan Aruo yang sesungguhnya!" ucap ilya menutup mata tersenyum manis.

"Sebenarnya aku sedang ingin sekali memakan masakan Aruo untuk siang ini," itulah yang Ilya sebenarnya pikirkan.

Raha berpikir sejenak, "hm ... jika Aruo setuju, maka aku setuju. Bagaimana denganmu?" tanya Raha kepada Keyla.

"Eeh~ ? Apa?" tanya balik Keyla.

"Percuma bertanya kepada orang mabuk angin," ucap Raha menatap datar kosong. Dia baru teringat kalau angin di kereta kuda sangat cepat dan Keyla bilang sakit perut.

"Ternyata masuk angin bisa membuat mabuk, ya?" tanya Ilya penasaran.

Raha masih memberikan tatapan kosong. "Sepertinya dia terkena mabuk perjalanan."

"Oh~ " jawab Ilya. Refleks Raha menoleh. "Haha, tenang saja. Aku sehat," ucap Ilya bercanda.

Raha kembali menatap lurus. "Aku tidak apa~ " ucap Ilya. Raha menjadi sedikit kesal, "orang mana yang mabuk setelah minum teh?"

Dengan santainya Aruo menjawab, "orang di sebelahmu," disertai anggukan dua kali dari anak-anak panti asuhan.

Raha tersenyum dengan kesabarannya yang sudah benar-benar tipis. Dia menarik nafas lagi dan bertanya kepada Aruo. "Bagaimana menurutmu?"

"Aku sih tidak masalah."

"Oke, sudah ditentukan ya— "

Aruo memotong, "omong-omong, tadi kamu menghela nafas— "

"AH! TIDAK USAH PEDULIKAN ITU!" teriak Raha menghentikan pernyataan Aruo.

Aruo diam dan duduk manis dengan polosnya. "Oh, oke." Dia terjatuh ke belakang karena tidak yang menopang pantatnya. Sepertinya Aruo masih beranggapan dia berada di dimensi itu.

Raha memegangi kepalanya pusing, "hah ... banyak yang ingin kutanyakan, tetapi tidak ada yang beres!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com