Chapter 42 : Masakan Aruo
Aruo berdiri di dapur. "Baiklah! Masakan hari ... ini ...."
"Ada apa?" tanya Raha memunculkan kepalanya dari samping bahu menatap wajan di atas kompor.
"Wah! Kamu mengejutkanku!" teriak Aruo.
Raha tertawa kecil. "Jadi, katakan ada apa?"
Aruo menenangkan dirinya. Mungkin ini balasan karena telah menjahili Raha tadi. "Bahan-bahan masakan sudah habis. Tadi kami ingin membelinya sebelum menemukan jalan setapak itu."
"Oh, begitu."
Menyiapkan catatan dan pulpen, "baiklah, bahan-bahannya apa saja?"
Aruo berpikir, "setengah kilo wortel, seperempat kilo kentang, 5 helai daun sop, satu kol, satu bawang bombai dan lima kilo beras."
"Baiklah, aku akan segera pergi—"
"Ah, nanti sore kita akan makan itu juga, jadi total bahan-bahannya dikali dua."
"Eh? Kupikir itu cukup hingga sore."
Aruo menoleh, "untuk mereka juga."
Anak-anak mengintip dari balik kisi pintu dapur yang bolong. Mereka sedang mengamati pembicaraan Raha dan Aruo.
"Kalau begitu, bukankah terlalu sedikit? Kamu punya banyak uang setelah pekerjaan kemarin, kan? Kenapa harus terlalu hemat?"
Aruo merebus dua panci air. "Aku tidak ingin mereka bermalas-malasan dan kesulitan untuk mencari uang nantinya."
"Kamu akan meninggalkan mereka?"
Mengangkat gagang sendok sayur tersenyum, "tentu saja. Aku akan kembali ke tempat asalku ...."
Raha terlihat sedikit lemas. "Oh, begitu ya ...," dia berbalik dan keluar dari pintu. Aruo merasa sedikit heran dengan perilaku Raha.
Ketika berjalan ke depan pintu panti asuhan, Ilya bersandar di samping kanan bagian luar pintu melipat tangannya. "Aruo itu ... anak yang hilang. Aku tidak tahu nama lengkapnya karena tidak diberitahu, tetapi dia tidak berasal dari sini."
Raha merenung. "Begitu ya ...."
"Kamu sedih?"
Langkah Raha terhenti. "Tentu saja. Aku akan sangat merindukannya," dia melanjutkan langkahnya yang tertunda.
Ilya tersenyum. "Begitu, ya ... aku harap kamu menikmati waktu-waktumu bersama mereka."
Menatap langit. "Amu, Keyla, Aruo. Mereka bertiga anak yang unik. Kehilangan ingatan, terpisah jauh, sudah lama bersama-sama. Yamu juga mengenal mereka.
Teringat, "oh iya, soal Yamu. Aku belum mengatakan soal bayangan dan dimensi yang menjebak Aruo itu kepadanya." Menelpon Yamu, "sebaiknya aku segera memberitahunya."
"Halo?"
"Halo-halo!"
***
Setengah jam setelah Raha pergi ke luar. Akhirnya dia kembali.
"Cepat juga ...," ungkap Aruo terang-terangan.
Aruo membuka kantong kain belanjaan Raha. Terlihat banyak sekali wortel, kol dan bahan makanan yang melebihi permintaannya. Terlebih, beberapa terlihat mengkilap."
"Wah ...," anak-anak terkagum melihat barang berkualitas tinggi. Aruo menatap ke arah Raha yang terlihat tenang.
"Santai saja, ini semua dari pasar. Kebetulan aku mengenal seseorang yang menjual barang bagus dengan harga murah. Walau terlihat seperti ini, aku menabung uangku," ucapnya tersenyum.
Aruo ingin menghela nafas, tetapi teringat oleh perkataan Raha. "Begitu ya ... baiklah, terima kasih. Ini bayarannya— "
"Tidak usah, aku yang bayarkan."
Aruo membuka matanya lebar. Dia terkejut dengan apa yang barusan Raha katakan. Menyerahkan suatu kertas, "oh, iya."
Aruo melihat kertas itu dan perlahan membacanya. Raha berlari menjauh penuh senyum. "Itu nota pembayarannya, dah!"
Aruo menahan diri untuk meremas kertas itu. Dia bersungguh-sungguh untuk menahan emosi dan menerima kebaikan Raha. Namun, tetap saja, rasa kesal yang sangat besar menghantui Aruo. Balasan jahil Raha yang satu ini membuatnya tidak bisa berkutik.
***
"Ini dia, sop sayur buatan Aruo," ucap Keyla membagikan sop itu ke mangkuk yang sudah tersedia di atas meja. "Akan kubagi secara merata, jadi jangan protes, ya!"
Raha tersenyum melihati mereka. Hidup dengan keterbatasan, tetapi bisa tertawa dengan bebas. Sungguh kehidupan yang luar biasa.
"Raha, jangan hanya diam, kamu yang meminta masakanku," ucap Aruo memakan sopnya.
"Ah, iya!" Raha spontan menjawab. Akan tetapi, dia masih ragu untuk memakan sop buatan Aruo. "Apa benar ada laki-laki yang bisa memasak ...? Sepengalamanku tidak begitu."
Tiba-tiba ada sendok berada di samping bibir Raha. Sendok itu berisikan sop buatan Aruo. Karena enggan menolak, dia melahap sop itu. Wajah Keyla menunjukkan ekspreksi terkejut ketika melihatnya.
Raha yang menyadari ekspreksi Keyla merasakan firasat buruk. Dia menoleh ke samping, "eh?"
"Bagaimana, enak bukan?" ucap Aruo yang duduk di sampingnya.
Raha spontan terlontar ke belakang. Untungnya ada Ilya yang bersedia menangkapnya. "Kupikir Kak Ilya yang menyuapiku ...," ucapnya pusing.
Ilya tertawa kecil. "Kena, deh." Dia meminta Aruo untuk bertukar tempat duduk dan menyuapi Raha saat melihat Raha masih sungkan.
Wajah Raha sekali lagi memerah. Kali ini di hadapan orang-orang. Dia segera menutupi wajahnya. "Bagaimana?" tanya Aruo tersenyum yang malas membaca situasi.
Raha dengan malu menutup pandangan Aruo ke wajah bagian bawah dengan kepalan tangan kiri. "Rasanya enak ...."
"Begitu, ya," tersenyum, "ternyata begitu!" Aruo terlihat sangat senang. Raha masih menundukkan kepalanya malu.
***
Sore hari telah tiba. Raha izin pamit untuk melapor ke lembaga dektektif kemudian pulang. Dia berpamitan dengan anak-anak di panti asuhan.
"Kak, lain kali main lagi ya!"
"Jangan lupa tonton kelanjutannya!"
Mereka melambai ke arah Raha. Raha juga melambai dan melangkah pergi. Sayangnya tidak ada mobil seperti adegan dalam film, jadi Raha harus pulang dengan berjalan kaki.
Setelah Raha jauh pergi, Aruo kembali ke posisinya sedia kala ketika tidak memiliki pekerjaan. Dia bersandar di tembok sebelah kanan gedung sementara Keyla mengawasi dari atap.
"Kamu yakin, Aruo?"
"Tidak apa. Lagi pula, dia juga menyembunyikan sesuatu kepada kita."
Keyla menghela nafas. Dia mengeluarkan sebuah pecahan kaca kecil yang Aruo berikan kepadanya. Keyla menaruh kaca itu di sampingnya dan perlahan cahaya muncul menyerupai seorang gadis berambut panjang. Setelah itu cahaya tersebut meredup dan terlihat Amu yang sedang duduk.
Sebenarnya, Aruo sudah merasakan ada yang janggal dengan desa itu. Aura yang dirasakannya ... tidak salah lagi, sama seperti yang dia rasakan sebelum monster pengoleksi tengkorak desanya.
Semenjak dia merasakan sesuatu yang bergerak sangat cepat saat berusaha keluar dari dimensi itu, Aruo langsung mengulurkan tangan dan dia menangkap sesuatu. Terasa tajam tetapi tidak menusuk, itu adalah Amu dalam bentu pecahan kaca.
Amu bisa mengubah bentuk tubuhnya menjadi manusia dan pecahan kaca— bentuk asalnya. Selama dia masih memiliki kekuatan untuk melakukan transformasi itu. Ketika tertarik masuk, dia berhasil berubah menjadi pecahan kaca dan ditangkap oleh Aruo. Selepas keluar, Amu merasakan hal yang aneh, jadi dia segera memberitahu Aruo dan bersembunyi di kantong Aruo.
"Kira-kira apa, ya ... yang disembunyikan oleh Raha dari kita."
Amu dan Keyla menatap kosong seolah-olah tidak percaya Aruo tidak mengetahui tentang kejadian itu dan cara Raha membangunkannya."
Masih menatap datar, "dia memberimu nafas buatan."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com