Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua Puluh Lima (End)

"Garis takdir yang telah Tuhan berikan untuk aku dan kamu hanya sampai di sini, kisah kita-kisah panjang yang penuh duri ini telah usai."

- Atha & Zeira -

🖤🖤🖤

Zeira meringis kesakitan seraya memegangi perutnya yang sudah membesar.

"Sayang, kamu kenapa?" Atha menghampiri dengan panik, ia menggenggam erat tangan istrinya, yah—satu tahun yang lalu, mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Selama ini, mereka memang tak pernah saling melupakan, dan semesta ternyata kembali menyatukan mereka berdua dalam sebuah ikatan, hingga akhirnya sampai ke pernikahan. Sebelum ke pernikahan mereka sempat berpacaran lagi selama tiga tahun lamanya, tapi kali ini berujung bahagia bukan lagi duka.

"Sa ... sakit," sahut Zeira berkaca-kaca, ia menggenggam erat perutnya sendiri.

"Sabar sayang, kamu sabar dulu, aku panggilin Bunda sama Mama." Atha mendudukkan Zeira ke kursi yang ada di kamar mereka, lalu ia segera pergi untuk memanggil Fenita dan Anna—bunda dan mama mertuanya, kebetulan dua orang itu sudah berada di rumahnya sejak beberapa hari yang lalu.

"Bun! Ma! Kalian di mana?" Atha berteriak mencari keberadaan Fenita dan juga Anna.

Lalu bundanya keluar dari arah dapur dan mama mertuanya keluar dari halaman depan, mereka berdua menatap bingung ke arah Atha.

"Kenapa, Thaa? Pagi-pagi udah teriak-teriak aja, nggak ba-"

"Bun, Ma, gawat." Atha memotong cepat ucapan Fenita.

"Gawat kenapa, Thaa?" tanya Anna ikut-ikutan panik.

Lalu, kedua orang tua itu seolah tersadar. "Kenapa sama Zeira?" Mereka bertanya secara bersamaan, tanpa menunggu jawaban Atha, semuanya langsung pergi menuju kamar Atha di mana istrinya berada.

"Astagfirullah sayang, kamu mau melahirkan." Mata Anna membulat kaget saat melihat cairan putih sudah mengalir dikaki putrinya, ia menjerit panik. Sementara Zeira, ia sudah lemas di tempatnya duduk.

"Thaa, cepet bawa ke mobil, cepetan Thaa!" Fenita menarik baju Atha yang masih terdiam dengan ekspresi kaget.

"Tenang sayang, kamu harus tenang." Atha segera menggendong Zeira menuju mobil, diikuti oleh bunda dan mama mertuanya yang juga ikut-ikutan panik.

Sesampainya di rumah sakit, semuanya langsung berkumpul. Mereka menunggu harap-harap cemas.

Anna menangis, ia tidak tega melihat Zeira kesakitan seperti itu, rasa-rasanya baru saja ia yang melahirkan Zeira, lalu sekarang? Putrinya itu sudah akan menjadi seorang ibu. Fenita juga sama, ia tak kalah khawatirnya dengan Anna, mereka berdua sama-sama menangis, hati seorang ibu memang serapuh itu.

Ada Aira dan Kayla yang mencoba menghibur dua orang tua itu. Zein—papa Zeira dan Anwar—ayah Atha, mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, karena tadi mereka sedang bekerja.

Sementara Atha, lelaki itu sudah berada di samping istrinya, ia menggenggam erat tangan Zeira, mencoba menyalurkan kekuatan dan ketenangan.

"Sayang, kamu pasti kuat. Demi aku, kamu, dan anak kita." Atha berbisik lirih, ia tidak tega melihat istrinya yang tengah berjuang melawan rasa sakit, sungguh—kondisi Zeira sudah sangat buruk, wajahnya pucat pasi.

"I love you, Zei, i love you. Aku tau kamu kuat." Atha mengecup puncak kepala Zeira seraya mengatakan cinta berulang kali, ia tidak ingin kehilangan istrinya, Atha ingin istri dan anaknya selamat.

Setelah lama menunggu, suara tangisan bayi menggema di ruangan itu, anak Atha dan Zeira telah lahir ke dunia. Atas keinginan Zeira sendiri, ia berhasil melahirkan secara normal.

Tanpa sadar Atha meneteskan air mata, ia terharu melihat anak mereka yang telah lahir dengan selamat.

Tapi suasana haru mendadak berubah menjadi kepanikan.

"Dokter, pasien tidak sadarkan diri." Salah satu perawat memberitahu, membuat semuanya panik.

Atha bahkan mengguncang-guncang pelan tubuh Zeira yang tak sadarkan diri, mencoba membangunkan istrinya itu.

"Zei, sayang bangun, anak kita sudah lahir dengan selamat, kamu harus lihat anak kita. Kita yang harus merawat dan membesarkannya sama-sama, bangun sayang." Atha berucap parau, air matanya bahkan sudah tak terbendung lagi.

"Maaf Pak, Ibu Zeira mengalami pendarahan yang cukup hebat, kami akan menangani pasien sebisa mungkin, tolong Bapak keluar dulu." Beberapa perawat bahkan harus menggiring Atha untuk keluar, lantaran Atha dengan keras kepalanya ingin tetap berada di samping Zeira.

Di depan ruangan Zeira, semua keluarga mengucap syukur saat mendengar suara tangisan bayi.

Atha keluar dengan kondisi yang berantakan, ia sudah tidak memikirkan apapun lagi saat ini, yang ia pikirkan hanyalah keselamatan Zeira.

Semua keluarga segera berkerumun menghampiri Atha.

"Thaa, gimana?" tanya Fenita khawatir.

Atha hanya diam dengan pandangan kosong, air matanya bahkan masih mengalir dengan derasnya.

Menyadari kejanggalan dari sikap Atha, semuanya saling pandang dan langsung cemas dalam seketika.

"Ada apa, Thaa, gimana kondisi Zeira sama bayinya? Mereka baik-baik aja kan?" Anna mengguncang-guncang lengan menantunya itu.

"Iya Bang, ada apa? Tadi kami denger suara tangis bayi. Semuanya baik-baik aja kan, Bang?" Aira ikut bertanya.

Atha duduk di kursi tunggu seraya menunduk, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Semuanya nggak baik-baik aja, Zeira mengalami pendarahan," ucapnya parau.

Tangisan Anna seketika pecah, ia sangat berharap akan ada keajaiban yang akan membuat putrinya sadar dan selamat.

Fenita memeluk menenangkan Anna, ia yakin menantunya itu pasti kuat.

Beberapa saat menunggu, akhirnya dokter yang menangani Zeira keluar, semuanya langsung bergegas menghampiri.

"Dokter, gimana keadaan istri saya Dok?" tanya Atha panik.

Semua keluarga menanti jawaban dari dokter itu dengan cemas, bahkan Anna dan Fenita tak henti-hentinya menangis.

Dokter itu menatap Atha dengan rasa bersalah, ia menghela napas berat.

"Maaf, Tuhan sepertinya lebih menyayangi Bu Zeira."

Satu kalimat itu seketika mampu meruntuhkan dunia Atha. Ia hancur, sangat-sangat hancur. Tak hanya Atha, bahkan semua keluarga ikut berduka.

Atha pikir, Tuhan terlalu kejam kepadanya. Lagi-lagi ia harus merasakan kehilangan yang amat sangat menyakitkan.

Lantas, kesalahan apa yang pernah ia buat di masa lalu, sampai Tuhan menghukumnya seberat ini?

Zeira, I love you, always.

END•

Akhirnya cerita ini selesai juga, maaf karena tidak terlalu menceritakan masa pacaran mereka, maaf juga untuk alurnya yang aku percepat.

Ini cerita pertama aku yang Alhamdulillah sudah selesai, aku sangat berterimakasih kepada semua readers yang sudah menemani cerita ini dari awal sampai akhir, sekali lagi terimakasih banyak:)

Maaf kalau kalian tidak puas dengan endingnya, tapi ceritanya memang sudah begini, jadi puas gak puas akan tetap begini.

Kira-kira anak mereka cewek apa cowok yaa?

Oh iya, masih ada extra part, semuanya bisa saja berubah di sana, tidak ada yang tidak mungkin kan?

Sampai jumpa di extra part!

Salam, sriiwhd
25 Agustus 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com