Pregnancy 4 - [ Twinsies ]
//yaampun... Mari kok naro tuh foto yak?? 👀// Au ah... Mulai!!
***
Tidak seperti biasanya, hari ini rumah Haiba sangat tenang dan damai karena anak-anak sedang pergi jalan-jalan bersama Victor dan Yuuri. Yaku merasa tidurnya sangat nyenyak bahkan baru terbangun jam 10 siang.
"Riooo!" Yaku memanggil Rio yang tak terlihat dimana pun.
"Rio kan bantuin jaga anak-anak," kata Lev yang sedang duduk meminum tehnya sambil membaca koran seperti bapak-bapak.
"Ah, sou..." Yaku menghampiri Lev dan duduk di sampingnya.
"Morisuke?"
"Aku masih ngantuk..." Yaku bersender di samping tubuh Lev sambil mengucek matanya.
Lev melihat Yaku yang menguap disampingnya.
"Kamu lucu banget siih!!" Lev memeluk Yaku dengan erat.
"Leeeeevv!!" Yaku memerah karena malu.
"Ahaha, maaf," kata Lev.
Yaku cemberut, Lev yang gemas mencium bibir Yaku.
"Jadi kontrol ke dokter hari ini?" tanya Lev.
"Iya..." Yaku menunduk malu menutupi wajahnya yang semerah tomat.
"Yuk!"
Mereka bersiap-siap dan mandi tentunya, untuk pergi ke dokter memeriksa sang adik bayi di dalam perut Yaku. Mereka mungkin bisa melihat jenis kelamin sang bayi hari ini, karena kehamilan Yaku sudah genap 4 bulan.
Ah, bukan. Kedua adik bayi lebih tepatnya. Beberapa minggu lalu mereka sudah melihat dua bayi yang ada dalam perut Yaku yang sangat besar itu.
"Lev?! Apa yang–"
"Mandi berdua yuk! Aku juga belum mandi." Lev masuk ke kamar mandi tanpa mendengar jawaban dari Yaku.
"Tunggu! Tidaaaak! Ukh..."
Yaku bersumpah dia tidak akan mau ditinggal berdua lagi dengan Lev. Lev langsung menerjangnya dengan ciuman-ciuman yang membuat Yaku sesak.
Tentu saja "mandi bareng" ala Lev tidak cuma "mandi," tapi juga melakukan "hal-hal" bersama dalam kamar mandi itu. Bersyukur Yaku sedang hamil, Lev tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya bagi dua bayi yang ada di perut Yaku.
"Hahhn, aku benci kamu."
"Hehe, aku cinta kamu juga, Morisuke." Lev tersenyum membuat Yaku makin sebal.
Diperjalanan, Yaku meminta berbagai macam makanan yang mereka lewati. Mulai dari ice cream, donat sampai waffel yang akhirnya dihabiskan oleh Lev. Untungnya Yaku tidak rewel dan mengerti saat Lev mengatakan kalau dia sudah tidak bisa menghabiskan makanan yang tidak dihabiskan Yaku.
"Selamat, anak anda kembar laki-laki dan perempuan."
Kata-kata sang dokter, membuat Lev terdiam saking senangnya. Bukannya berlebihan, hanya saja, mendapat anak perempuan dari seorang omega laki-laki sangatlah sulit. Tapi Yaku memberikannya seorang putra dan juga seorang putri sekaligus!
Ya Tuhan, Lev ingin menangis saat mendengarnya.
"Lev? Kau ... Menangis?" Yaku menatapnya kaget.
"Tidak, aku—"
"Pfft! Dasar cengeng!" Yaku tertawa melihat air mata yang keluar dari mata Lev.
Yaku juga senang sekali, hampir saja dia berlari saking senangnya kalau tidak ingat ada dua bayi dalam perutnya.
Lev mencecar Yaku dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kamar dua bayi itu. Karena masih bayi, mereka akan menggunakan kamar yang sama. Tapi saat sudah besar nanti kamarnya akan dipisah.
Lev bahkan merencanakan untuk mendesain kamar sang bayi itu sendiri. Warna, baby crib, toy box, bahkan sampai mainan yang akan dibeli untuk mereka berdua.
"Ah! Hampir lupa! Kita belum menyiapkan nama!" seru Lev dengan penuh semangat.
"Kalau itu sebenarnya..."
"Kamu udah ada? Siapa namanya?" Lev bertanya pada Yaku.
Yaku terlihat gugup saat ingin memberikan jawabannya. Dia tak yakin akan diperbolehkan oleh Lev.
"Aku ingin..."
"Morisuke, jangan ditarik-tarik gituu. Aku penasaran nih!" kata Lev.
Yaku terdiam sebentar. Mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan keinginannya.
"Aku ingin yang menamai putra kita adalah ayah ku."
***
Lev menyetir mobilnya dengan wajah datar yang membuat Yaku takut. Bagaimana mungkin dia tidak marah? Yaku meminta permintaan yang cukup gila.
Seorang Putra kandung dari keluarga Haiba akan dinamai oleh kakeknya yang membuat ibunya menderita. Cukup untuk membuat Lev marah.
Lagipula, ini bukan arah jalan pulang ke rumah. Apa mungkin Lev akan membunuh Yaku dan membuangnya ke sungai?
Tidak tidak. Yaku sedang mengandung anaknya, tidak mungkin Lev membunuhnya bersama anaknya sendiri.
Yaku jadi menyesal mengatakan keinginan egoisnya itu. Masih terbayang wajah Lev setelah Yaku mengatakannya.
"Ayah mu?"
"Iya..."
"Maksudnya Hanamichi?"
"I-iya..."
Sekarang Yaku hanya bisa menyesal dan beeharap Lev mau memaafkannya.
"Lev, permintaan yang tadi tidak—"
"Kita sudah sampai."
Lev turun duluan dan memotong permintaan maaf dari Yaku.
'Great. Dia benar-benar marah. Habislah kau Morisuke bodoh,' batin Yaku.
Yaku turun melihat kedepan dan terkejut dengan gedung besar yang berdiri di depannya. Penjara.
"Ini..."
"Kamu mau menanyakannya kan?" kata Lev.
"Apa?" Yaku masih tidak mengerti.
Lev tersenyum lembut.
"Nama Putra keluarga Haiba pada ayah mu."
Yaku terdiam. Dia merasa ingin menangis, melebihi saat dia mengetahui anaknya kembar laki-laki dan perempuan.
"Terima kasih, Lev, aku... Terima kasih..." Yaku memeluk Lev se-erat mungkin. Dia sungguh bahagia sekarang. Yaku beesyukur pasangan hidupnya adalah Lev.
Lev sangat—bahkan terlalu baik, untuk Yaku. Dia menerima Yaku tanpa melihat kebelakang, tanpa mendengar cibiran orang-orang, dan Yaku suka itu.
Mereka berdua masuk ke dalam penjara dan meminta izin untuk mengunjungi tahanan dengan nama Yaku Hanamichi.
(P.S mulai dari sini Mari sebutnya Morisuke dan Hanamichi yah, soalnya kan, dua-duanya Yaku...)
"Tahanan nomor 601, anakmu datang menjenguk," kata seorang sipir penjara pada Hanamichi.
'Anak? Tidak mungkin Morisuke mau menjengukku di penjara ini. Dia membenci ku,' batin Hanamichi.
"Kalau mau bercanda, pakai lelucon yang lebih lucu. Aku tak punya anak," kata Hanamichi pada sang sipir.
"Terserahlah, intinya, Nyonya Haiba ingin bertemu dengan mu." Sipir itu membukakan pintu sel penjara dan mengeluarkan Hanamichi.
'Siapa lagi itu? Nyonya Haiba?'
Hanamichi keluar dengan tangan yang di borgol dan duduk di sebuah ruangan yang dipisahkan oleh sebuah kaca di tengahnya.
Di depannya ada sebuah meja yang diatasnya terdapat telepon yang terhubung dengan telepon lain di seberang ruangan.
Hanamichi diam. Tidak ada orang di ruangan seberang. Kosong. Dia makin bertanya-tanya siapa "Nyonya Haiba" yang ingin menemuinya itu.
Tiga orang masuk ke dalam ruangan seberang. Seorang polisi dan ....
"Morisuke?!" Hanamichi terkejut dan segera berdiri melihat Morisuke datang bersama seseorang yang waktu itu menolongnya.
Morisuke duduk di bangku dan menelepon Hanamichi yang berada di seberang ruangan.
Hanamichi masih terkejut dan tidak merespon telepon tersebut.
Morisuke menggigit bibirnya. Dia menarik nafas dan tersenyum melihat Hanamichi lalu mengetuk kaca yang memisahkan mereka. Menyuruh Hanamichi mengangkat teleponnya.
Hanamichi yang masih terkejut duduk dan mengangkat telepon itu.
"Halo, ayah?"
Hanamichi semakin bingung. Ayah? Morisuke memanggilnya Ayah?
"Ya?" jawabnya singkat.
"Aku, itu eum..."
Morisuke kebingungan mencari topik apa yang harus dikatakannya pada Hanamichi setelah tidak bertemu cukup lama. Tentu saja ini pertama kalinya mereka bertemu setelah kejadian "itu."
"Kau... Sudah menikah?" tanya Hanamichi.
"Iya..." Morisuke tersenyum dan melirik ke arah Lev.
"Lalu, itu anakmu dengannya?" Hanamichi melihat perut Morisuke yang besar nya terlihat tidak wajar dengan tubuhnya yang mungil.
"Hehe, iyaa..." Morisuke tertawa kecil.
Apa-apaan?! Kenapa dia malah tertawa seperti anak kecil?
"Anakku dan Lev kembar laki-laki dan perempuan, ini sudah bulan yang ke-empat," kata Morisuke.
"Oh..." Hanamichi mengalihkan pandangannya karena merasa canggung.
"Ayah, aku... Aku ingin Ayah yang menamai Putra kami," kata Morisuke langsung pada intinya.
Hanamichi terbelalak dengan pernyataan yang keluar dari Morisuke.
Apa dia sudah gila? Memberikan nama Putranya dengan nama yang kupilih?!
"Apa? Aku—"
"Aku sudah memaafkan Ayah," kata Morisuke cepat.
Hanamichi makin kaget dengan pernyataan yang kembali keluar dari mulut Morisuke.
Memaafkan?
"Aku tahu Ayah sendiri yang datang ke kantor polisi dan mengakui semua kesalahan Ayah setelah mengetahui keadaanku yang ada di rumah sakit. Lev sudah mengatakannya pada ku," kata Morisuke.
"Aku sudah memafkan Ayah," kata Morisuke meyakinkan.
Hanamichi terdiam. Morisuke menarik nafasnya.
"Aku tidak menerima penolakan."
Hanamichi tertawa kecil.
"Kau keras kepala sekali ya," kata Hanamichi.
"Oke, aku sudah mengatakannya. Aku akan dateng lagi minggu depan. Pikirin nama yang bagus ya!"
Morisuke hampir menutup teleponnya tapi Hanamichi menghentikannya dengan langsung menjawabnya.
"Raku."
Morisuke melihat wajah Hanamichi yang tersenyum.
"Namanya Raku."
Morisuke tersenyum mendengar jawaban Hanamichi.
"Nama yang bagus!"
Lev merasa sedikit aneh dengan apa yang dilihatnya. Pasalnya, wajah Hanamichi yang keras itu sangat mirip dengan Morisuke saat tersenyum.
Dia seperti melihat Morisuke yang tersenyum seperti orang idiot melihat bayangannya sendiri di cermin.
Yah, setidaknya Yaku senang.
***
Nah loh, Yaku yang mana?
Kan dua-duanya Yaku... Ehe...
Haii, Mari balik nih... Kangen gak?
Nama Raku diambil dari gabungan nama Lev dan Yaku. Lev dalam pelafalan bahasa Jepang, di sebut Riéfu.
Jadi Riéfu + Yaku = Raku.
Sementara nama anak perempuan mereka Lea. Juga diambil dari gabungan nama mereka.
LEvyAku.
Kalo gak salah ada yang ngasih nama itu di kolom komentar, dan Mari suka namanya!
Oh ya, Raku juga nama mamanya Yaku yang akan muncul di chapter selanjutnya. Makanya Yaku bilang ke Hanamichi kalau nama itu nama yang bagus.
Yaku udah maafin Hanamichi. Gimana dengan kalian? Masih marah? Masih benci?
Kasihan aku sama Hanamichi...
Kalo kalian enggak, chap selanjutnya akan memberi tahu kenapa Hanamichi melakukan hal itu pada Yaku. Semoga kalian memaafkan Hanamichi...
Karena, memendam perasaan benci itu gak enak!
Bye bye!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com