Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

White Day : Adik Rambut Panjang

Sebulan yang lalu ....

"Widih~ gila, Bro! Lu dapet coklat banyak banget!"

Dua orang pemuda berseragam kemeja putih, dasi hijau tua, dan celana panjang abu-abu yang lengkap dengan jas almamater berwarna hijau tua khas sekolah SMK itu berjalan beriringan di lorong sekolah, seraya menenteng beberapa paperbag coklat berukuran besar berisi beberapa bungkus coklat yang diberikan para siswi sekolah.

Yang digoda hanya bisa terkekeh kecil. "Ya ... begitulah ...."

"Mau lu makan semua tuh coklat?" Manik serupa batu permata garnet itu melirik ke arah paperbag sang sahabat yang isinya sedikit lebih banyak dibanding miliknya.

"Ya, kali gua makan sekaligus dalam sehari- yang ada gua diabetes besoknya- nggaklah, ini sekalian mau gua bagiin ke adek gua." Sang pemilik manik serupa batu permata safir itu mulai membayangkan adik perempuannya yang pasti akan berbinar senang kala disuguhkan coklat.

Ah, iya. Dia juga akan membatasi adiknya dari memakan semua coklat ini dalam sehari, bisa-bisa adiknya yang cantik malah gemuk atau diabetes.

"Kalau lu?"

"Mau gua bagiin juga ke Ice."

"Ouwh, begi-"

"BANG TAUFAN!"

Merasa namanya dipanggil (baca : diteriaki), si pemilik nama langsung membalikkan tubuhnya ke arah belakang. Bukan hanya dia, sahabatnya pun turut membalikkan tubuhnya.

Terlihat seorang gadis berpostur tubuh kecil nan mungil yang mereka kenali tengah berlari mendekat.

Tap!

"Hah ... hah ... hah ... sempat juga ngejar kalian berdua ... hah ... hah ..." Berhenti tepat di depan kedua pemuda tersebut, sang gadis pun sedikit membungkuk dengan kedua tangannya bertumpu pada kedua lututnya, lalu menghirup oksigen dengan rakus secepatnya.

"Lah, Supra? Kamu ngapain ngejar kita berdua?" Si manik sebiru samudra itu, Taufan, mengernyit heran.

Meski masih agak sedikit lelah dan ngos-ngosan, Supra berupaya berdiri tegak kembali. "Sebentar," Supra membuka tas selempangnya, mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang dengan kertas kado berwarna merah dengan hiasan pita berwarna biru tua berpolkadot putih, sang gadis pemakai kacamata visor merah-oranye-kuning itu pun menyerahkan kotak tersebut kepada Taufan. "Nih, buat abang Taufan."

Meski masih heran, Taufan tetap menerima kotak tersebut.

"... Lah, tumben ngasih hadiah ke Taufan? Buatku mana? Jangan bilang kalau kamu su-"

BUAGH!

"Argh-!"

Satu pemuda korban tinju Supra yang legendaris itu pun tumbang.

"Jangan ngadi-ngadi, bang Blaze. Aku gak suka sama bang Ufan, ye! Lagian itu bukan dariku." Supra sedikit membenarkan tata letak kacamata visor khasnya.

Taufan pun menilik setiap sudut kotak yang ia pegang. "Terus, ini dari siapa?" tanyanya bingung.

"Ada di situ," Supra melirik jam tangannya,lalu sedikit berdecak, "Ck, dah jam segini rupanya. Okelah, kakak-kakak kelasku ter(a)s(u)ayang, Supra yang cantik ini pulang dulu, ya. Bye~" Setelah mengucapkan itu, sang gadis kembali tancap gas, pergi meninggalkan kedua pemuda tersebut.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"... "Adik Rambut Panjang" ...? Hm ... aku jadi penasaran ...."

______~♡~______

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Camelot Regnum 'Slight' 2nd Project : White Day {Adik Rambut Panjang} |TauHali|. © Hammy_Vanilla_02

BoBoiBoy/BoBoiBoy Galaxy © Animonsta Studios/Monsta

Camelot Regnum 'Slight' 2nd Project : White Day © Camelot_Regnum

Cover(s) + Prompt/Theme © Arumicchi35

Camelot Regnum 'Slight' 2nd Project : White Day {Adik Rambut Panjang} |TauHali|. © Hammy_Vanilla_02 (Me)

Pairing : TauHali (BoBoiBoy Angin (Wind)/Taufan (Cyclone)/Beliung × BoBoiBoy Petir (Lightning)/Halilintar (Thunderstorm)/Voltra)

Length : One-Shot Story.

Genres : Vocational High School + Indonesia Local + Genderband! AU, Straight, Fluff, Humor, Comedy, Friendship, School Life, Etc.

Warnings : Straight (Boy × Girl), No Super Powers, No Aliens/Robots/Etc, Female! Genderbend/Gender Switch! Halilintar, Out of Characters (OOCs), Standard + Non-Standard Language (Bahasa Baku + Non-Baku), Typo(s) Everywhere, Give Me (Us) Your Votes and Comments If Ya Like My (Our) Stories, and Please Press the 'Back' Button and Exit Well From This Story If Ya Don't Like My (Our) Stories, I (We) Don't Take Any Profits/Materials From This Story, I (We) Do Not Accept Gossipers/Haters and Plagiarists/Copy Paste (Or Later, I (Icy) Will Take Care of Y'All Directly!), Etc.

I (We) Have Warned Y'All, Baby~! <3

I (We) Hope Ya Like and Enjoy My (Our) Story~! ^^

Happy Reading, Min'na-san~! ^^

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

'White Day : Adik Rambut Panjang.'

______~♡~______

Adik Rambut Panjang - Hari Putra

(Official Music Video by : 3D Entertainment [YouTube])

"Gua kira lu bakalan cuek aja kayak biasanya, rupa-rupanya ...."

"Gua penasaran, njirr! Gua kepikiran terus siapa yang ngasih tuh kado buat gua dari sebulan yang lalu."

"Njirr-"

Dua orang remaja lelaki berusia enam belas tahun, dua sahabat dari kecil, kini tengah menatap lapangan sekolah dari lantai dua.

"Emangnya lu sendiri gak penasaran-?"

"... Iya, sih. Gua juga penasaran siapa yang ngasihin lu itu sebulan yang lalu, mana pake acara dititipin ke si Motor Supra segala, lagi."

Sang pemilik netra sebiru lautan samudra itu menjentikkan jarinya. "Nah, makanya dari itu, gua mau nyari si "Adik Rambut Panjang" itu!"

Si netra secerah bara api membara itu kaget. "Lu serius?! Gila, Bro! Cewe yang rambutnya panjang di sini, tuh, banyak, kali!"

"Gua serius! Gak apa-apa, yang penting gua bisa ketemu sama si "Adik Rambut Panjang" itu! Dan gua udah bertekad!"

Kedua pasang mata tersebut mulai menelisik satu per satu para siswi yang ada di lapangan depan.

"Bentar-bentar," Si manik serupa batu permata garnet itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Masalahnya, rambutnya sepanjang apaan dulu, nih? 'Kan, panjang tiap rambut semua siswi di sini, tuh, macem-macem."

Si manik safir itu tersentak. Anjirr- dia gak kepikiran soal itu-

Duh- pakai lupa nanya lagi sama si adik kelasnya itu.

"Mending kita nanya ke si Ra dulu, yuk."

"O-"

KRIIIIINNNNNGGGGGG!

Ucapan si pemuda emosional itu terpotong oleh suara bel sekolah yang berbunyi keras lagikan nyaring, tanda pelajaran pertama akan segera dimulai.

"... Kita nunggu istirahat, deh-"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

KRIIINNNNNNGGGGG!

Di kelas dengan plang nama "X JB 3", terlihat seorang gadis berusia lima belas tahun tengah membereskan mejanya dan menaruh semua buku serta peralatan sekolahnya yang lain ke dalam tas.

"Supra, ke kantin bareng, yuk." Datanglah seorang gadis lain yang mendekati gadis berkacamata visor merah-oranye tersembunyi.

"Umh, ayo," Supra mengangguk. Selesai menutup dan mengunci tasnya, ia pun berjalan beriringan dengan sang gadis. "Cuma kita berdua?"

"Yang lainnya dah ke kantin duluan buat ngamanin bangku."

"Oh, o-"

"SUPRA!"

Langkah kaki kedua gadis itu terhenti, keduanya pun membalikkan tubuh ke belakang, dan mendapati dua sosok laki-laki jangkung, yang kini tengah berlari ke arah mereka.

"... Bang Taufan? Bang Blaze?" Supra menaikkan salah satu alisnya, bertanya-tanya dalam hati kenapa kedua kakak kelasnya itu mencarinya.

Ketika sudah sampai ke hadapan orang yang mereka cari, Taufan dan Blaze berhenti, lalu membungkuk seraya menopang kedua tangan mereka di lutut, tentu dengan napas yang terengah-engah sehabis lari dari lantai dua ke lantai satu.

Menyadari seorang lagi yang berdiri di sebelah Supra, Taufan lantas menatap langsung gadis bermanik heterochrome blue sapphire-orange vermillion cerah tersebut. "Hah ... hah ... hah ... o-oh- h-hai, Sopan! Hah ... ka-kamu di sini ... hah ... rupanya ...."

Yang di sebut namanya mengangguk kecil. "Aku dan Supra satu kelas, kak."

Memang, Taufan dan Sopan adalah kakak-adik kandung, usia mereka hanya terpaut setahun.

"Ha, kenapa kalian mencariku?" Setelah sekian lama, akhirnya Supra membuka suaranya dan bertanya pada kedua kakak kelas pembuat onarnya tersebut.

Blaze berdiri tegak. "Kami mau nanya. "Adik Rambut Panjang", tuh ... panjang rambutnya seberapa? Dan apa warna rambutnya?"

"Cuma itu?" tanya Supra memastikan.

Kedua pemuda itu mengangguk cepat.

"Hm ...," Supra membuat pose berpikir. "Rambutnya sepinggang ... terus warna rambutnya, tuh, hitam legam gitu."

"Ouwalah~ gitu, toh! Oke-oke, makasih atas informasinya, ya! Kami pergi dulu!"

Melihat sejenak ke arah dua tubuh jangkung tadi menjauh, Sopan yang sedari tadi terdiam kini mulai berucap, "Gak langsung to the point aja? Seperti bukan Supra yang kukenal biasanya ...."

Supra tersenyum miring. "Tenang~ liat aja hasilnya nanti~"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Sepinggang ... warna hitam ...," gumam Blaze. "Kayaknya yang kayak gitu tetap agak banyak, deh, Fan."

"Siapa, ya, kira-kira ...?" Taufan menggaruk kepalanya frustasi. "Gak mungkin juga kita ngecek tiap kelas di tiga angkatan."

"Ya, kali, Fan! Rajin amat kita ngecek satu per satu kelas di tiap angkatan! Waktu istirahat kita gak sebanyak itu juga!"

Saking asyiknya berdebat sambil jalan, Taufan tak melihat seseorang di depannya, yang berlari berlawanan arah darinya.

Bruk!

"Ouch-" Taufan meringis kecil, bahu kirinya agak terbentur lumayan kuat.

"Aw-" Suara perempuan yang meringis kecil turut terdengar.

"Ah, maaf. Kamu gak apa-apa, 'kan?" tanya Taufan khawatir. Begini-begini, Taufan itu tak pernah kasar ke perempuan.

Sang gadis menggeleng. "Enggak apa-apa, kamu sendiri? Dan harusnya aku yang minta maaf, salahku yang berlari tadi."

Taufan mengibaskan tangannya. "Gak perlu khawatir, benturan sekecil ini gak bakal buat aku terluka, kok." Sang pemuda penyuka skateboard itu terkekeh kecil. "Aku juga salah, karena gak merhatiin jalan dan malah asyik ngobrol.

"... Ya, udah, kalau kamu bilang gitu. Aku duluan, ya? Lagi buru-buru soalnya."

"Oke!"

Sepeninggal sang gadis, Blaze -- yang sedari tadi diam menyimak -- mulai angkat bicara, "Deskripsinya pas."

"... Hah?" Taufan mengernyitkan dahinya heran, maksudnya Blaze kalau deskripsinya pas apaan, ya?

Blaze mengangguk. "Sepinggang, hitam legam."

".... Darimana lu tau rambutnya sepinggang, dah? 'Kan, rambutnya diikat ponytail style versi atas." Taufan langsung cengo, jangan bilang kalau Blaze-

"Soalnya gue pernah liat dia buka kunciran rambut dia pas lagi benerin rambutnya di kelas Ice beberapa waktu yang lalu," Blaze pun menatap pemuda di sampingnya dengan tatapan tajam. "Dan gue gak selingkuh, ya, njirr!"

Taufan tersenyum kaku. Yah, ketahuan, deh.

Blaze mendengus. "Gak usah cemburu, ah, elah. Kalau lu suka atau cinta sama dia, ya, lu tembaklah, ege!"

"Et, dah. Gua emang mau nembak dia, cuma ada beberapa faktor penghambat. Salah satunya, ya, si " Adik Rambut Panjang" ini!"

"Kali aja dia si " Adik Rambut Panjang"."

Pemuda penyuka warna biru itu menghela napas. "Gak yakin dan gak mungkin. Secara si Hali, tuh, kayak gak ada minat buat menjalin hubungan."

Yup, yang ditabrak -- dan juga menabrak -- Taufan tadi adalah Halilintar, gadis cantik nan manis yang dinginnya mengalahkan Antartika sekalipun.

Dan, ya, bukan rahasia umum lagi kalau sebenarnya Taufan punya perasaan kepada Halilintar.

Walau sang gadis terlihat seperti belum siap -- atau sama sekali tidak mau siap? -- untuk menjalin hubungan dengan siapapun.

"Ah, udahlah, jangan ngaco! Hali bukan si " Adik Rambut Panjang"! Gua yakin! Itu bukan Hali banget!"

Sang pemain utama di klub sepak bola putra itu memutar bola matanya jengah. "Ya, ya, ya, sakarepmu waelah."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Lu udah dapat coklat hari putih dari Blaze, belum, Ice?"

Gadis dengan manik cerulean blue cerah itu mengangkat sebuah kotak sedang dengan bungkus kado berwarna oranye berhias bintang kuning dan pita biru muda sebagai pengikat. "Udah, dapet chocolate bar buatan dia sendiri."

Manik ruby red cerah menyipit curiga. "Beneran dia yang bikin?"

Ice mengangguk. "Gua liat jari-jarinya dipakein hansaplas. Dan lagi, FrostFire sendiri yang cerita, dia saksinya yang ngeliat Blaze buat chocolate bar ini."

"Ouwh ... bagus, deh." Gadis yang duduk di depan Ice kembali melanjutkan makannya.

Ice menyipitkan matanya curiga. "Ngomong-ngomong, bukannya pas valentine kemarin lu buat coklat -- atau apapun itulah --, ya? Gak lu kasih ke dia, Lin?"

Lin -- atau nama lengkapnya adalah Halilintar -- menggeleng. "Nggak, gua kasihin ke adek gua."

'Pantes!' Wajah Ice yang sudah datar malah semakin datar saja. "Emang kenapa?" tanyanya memastikan.

"Yah ... gak apa-apa, sih, sebenarnya." Halilintar mengusap tengkuknya pelan.

... Boleh, gak, Ice cubit ginjal sahabatnya ini barang sedetik saja? Gemas Ice, tuh, jadinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ngapain kalian ke kelasku, hah?" tanya Supra geram.

Masalahnya, cewek-cewek di kelasnya asyik berteriak sejak kedatangan kedua kakak kelasnya ini.

Sepertinya pulang sekolah nanti, Supra harus ke THT, deh.

"Kasih petunjuk lagi, dong, Motor."

CTAK!

Itulah suara urat kesabaran Supra yang putus saat itu juga, enak saja ia disamakan dengan benda mati beroda dua itu!

Tarik napas, hambuskan. Tarik napas, hembuskan. Tarik napas, hembuskan.

Oke-oke, mari mencoba bersabar. Yuk, bisa, yuk, Supra. Ganbatte ne!

"Bukannya petunjuk yang tadi dah jelas banget, ya?" tanya Supra datar. Sepertinya kalau ia ingat-ingat lagi, kedua kakak kelasnya ini bisa dibilang pintar.

Walau memang kelakuan mereka not have akhlak.

Blaze mengerucutkan bibirnya, membuat para perempuan di kelas Supra semakin menggeliat bak cacing kepanasan. "Itu masih banyak, tau!"

'Ya ampun!' Supra menghela napas lelah. "Antara gak peka sama bodoh itu emang beda tipis."

"Apa maks-"

"SUPRA~!" Muncullah sesosok tubuh jangkung milik seorang pemuda yang usianya sama dengan Supra.

Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam kelas, raut wajah serta manik mata heterochrome emerald green-vermillion orange cerahnya berbinar, senyum lebar yang menyilaukan mata semua orang, aura perpaduan antara kekanak-kanakkan dan kedewasaan yang menyelimuti tubuh sang pemuda, bibir tipisnya terbuka dan tertutup, menyenandungkan beberapa lirik lagu.

Senyumanmu indah bagai permata ...
Melihat gigi gingsulmu, semakin cantik ...

Aduh, Sayang, adik rambut panjang ...
Siapa namamu, di manakah alamatmu ...
Bolehkah ku ingin berkenalan denganmu ...

Aduh, Sayang, adik rambut panjang ...
Sudikah kiranya menjadi teman hidupku ...
Adik sayang ... 'kan, kubuat dirimu bahagia ...
Selamanya ...

"... Eh ...?"

'Bentar- kenapa lagu yang Sori nyanyiin ....'

"SUPRA! SORI PUNYA STRAWBERRY, NIH, BUAT KAMU!"

Supra tersenyum kecil. "Sori tanam sendiri, kah?"

"Umh!" Sori mengangguk semangat, sebuah keranjang rotan berukuran sedang yang berisi buah strawberry itu langsung ia letakkan di atas meja sang gadis. "Sori tau kalau Supra suka sama strawberry, dan kebetulan Sori nanam strawberry. Jadi, Sori kasih strawberry-strawberry ini ke Supra, sebagai balasan coklat valentine yang Supra kasih ke Sori waktu itu! Anggap aja kayak coklat hari putih versi berbeda!"

Mengambil satu buah strawberry besar dan merah ranum dari keranjang, Supra memakannya.

Sori berjingkrak-jingkrak senang. "Bagaimana? Enak, 'kan?"

"Mmnn~ sangat, asam-asam manis." Satu lagi gigitan di buah strawberry itu.

Sori membusungkan dadanya bangga. "Sori, gitu, lho!"

"Ck, malah mesra-mesraan." Blaze menggelengkan kepalanya.

Supra mengeluarkan lidahnya, tanda sedang mengejek. "Bwlek! Biarin, emang kenapa? Cemburu, ya, gegara gak bisa peluk-pelukkan sama kak Ice~?"

"Motor Sialan!"

"Kompor Meledak!"

"Sup-Sup-an!"

"Korek Api!"

Menghiraukan pertengkaran keduanya, Taufan menghampiri Sori. "Uhm ... Sori ...." panggilnya.

"Hm?" Sori mengalihkan pandangannya ke arah sang pemanggil. "Ya, kak Ufan? Ada apaan, ya?"

"... Itu ... ka-kamu tau lagu itu ... darimana ...?"

"Eh?" Sori memiringkan kepalanya. "Yang tadi kunyanyiin, 'kan?"

Taufan mengangguk.

"Hm ...," Sori membuat pose berpikir, mencoba mengingat-ingat sejenak, sebelum akhirnya ia menjentikkan jarinya. "Oh, iya, Sori ingat! Sori pernah denger lagunya di hp Supra waktu itu, dan Supra juga ngijinin Sori buat denger. Jadi, Sori sering denger berulang-ulang. Eh, sekarang Sori hapal di luar kepala liriknya."

'Jangan bilang asal julukan "Adik Rambut Panjang", tuh, dari lagu itu.'

Tapi, emangnya ada, ya, yang punya gigi gingsul?

Seakan tahu apa yang kakak kelasnya pikirkan, Sori berujar, "Setau Sori, nih, ya, kak Ufan, yang punya gigi gingsul di sekolah ini, tuh, cuma kak Hali doang."

"... Huh? Kamu tau darimana Hali punya gigi gingsul? Dan lagi, yakin cuma dia doangan yang punya gigi gingsul? Bisa aja ada yang punya selain dia!"

"Kak Hali sendiri yang bilang sama nunjukkin gigi gingsulnya ke aku, dia punya dua gigi gingsul di bagian kiri sama kanan di barisan gigi depan atas," Sori bersedekap dada. "Sori punya banyak kenalan di seluruh kelas di setiap angkatan, dan mereka semua bilang gak ada yang punya gigi gingsul kayak punya kak Hali."

'Kayaknya bener, deh, dugaan Blaze sebelumnya.' Taufan menggigit bibir bawahnya, sebelum akhirnya tersentak, kala ada seseorang yang menepuk pundak kirinya. Ia menoleh, mendapati Blaze yang telah selesai berurusan dengan Supra.

"Bentar lagi bel masuk, mending cabut sekarang." ucap Blaze.

Taufan mengangguk. "Oke," Ia melirik Sori sejenak. "Kau juga harus masuk ke kelasmu, Sori."

"AY! AY! CAPTAIN!" Sori memberi hormat.

Setelah kedua kakak kelasnya pergi, Supra menghampiri Sori dan mengusap kepala sang pemuda pelan. "Kerja bagus, Sori."

Sori terkekeh. "Eh, tapi ... emangnya gak apa-apa, nih?"

"Gak, tenang aja, kok," Supra melambaikan tangannya malas. "Dah, mending kamu masuk ke kelasmu, sana! Nanti kita jalan-jalan habis pulang sekolah."

Mata Sori langsung berbinar. "OKE!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

(Motor) (Sup)ra
Online

Kak, aku mau jalan-jalan dulu bareng Sori. Kakak gak usah nungguin aku.

Oke, hati-hati.

Ya, nanti kubawain makanan buat kakak.

Hn.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Memasukkan kembali handphone-nya ke dalam saku kemeja putih bagian dada yang ia pakai, gadis bermanik ruby red cerah itu mulai melangkahkan kakinya dan menyusuri lorong sekolah. Bisa ia dengar beberapa suara beberapa siswa-siswi yang mengikuti ekskul.

"Hahh ... melelahkan dan menyebalkan sekali."

Teringat kata-kata sahabat penyuka biru mudanya tadi, ia melangkah gontai.

"Kenapa gua jadi pengecut gini, ya?"

Biasanya dialah yang paling ditakuti.

Namun, kenapa justru sekarang dialah yang menjadi penakut dan pengecut?!

"ARGH!" Menggaruk rambutnya, sang gadis mendumel kesal. "Bodoh! Kenapa juga gua bikin, tuh, coklat, kalau ujung-ujungnya gua kasihin ke si Supra!"

"Oh. Jadi, emang kamu yang bikin, tuh, coklat."

Tubuh sang gadis langsung membeku saat itu juga.

Dari dalam salah satu kelas -- yang sudah kosong -- yang baru sang gadis lewati, muncul sesosok pemuda beriris sapphire blue cerah.

Perlahan, sang gadis memutar tubuhnya ke arah belakang. "T-T-Taufan ...?!"

Yang namanya disebut langsung melangkah maju, mendekati sang gadis dan mengikis jarak sedikit demi sedikit.

Sang gadis tetap diam dan tak berkutik, bahkan kanan Taufan mulai terulur dan melepaskan ikat rambut milik sang gadis, membuat helaian-helaian hitam tersebut terurai.

Memajukan wajahnya, Taufan meniup telinga kanan sang gadis, sebelum akhirnya berbisik lirih, "Fiuhh~ hei, sang " Adik Rambut Panjang", terima kasih atas coklat yang kau buat. Coklatnya enak sekali, aku suka. Sebagai balasannya ...."

Chuu~

Taufan mencium kening sang gadis, membuat yang dikecup semakin merona.

Taufan terkekeh kecil, ia memundurkan kepalanya. "Hali lucu, deh, pas lagi merona kayak gini."

"D-Darimana kamu ta-tau nama panggilanku d-dari SD, huh?!" tanya Halilintar curiga, ia berusaha menghilangkan rona merah di wajahnya.

Taufan mengangkat sebelah alisnya. "Lho? Aku tau nama panggilan itu di kertas yang ada di kotak coklat."

"H-Hah-? Aku gak pernah ngasih kamu co-" Kemudian, sebuah realisasi menghantam Halilintar. "K-Kamu nerima coklat itu dari Supra, 'kan?"

Meski masih bingung, Taufan mengangguk.

'Udah gua duga, ini emang kerjaannya si Motor!' Dalam hati, Halilintar menyumpah serapahi sang adik.

Sebuah kotak berbungkus bungkus kado biru polos dengan pita merah langsung Taufan serahkan, membuat Halilintar mengernyitkan dahinya bingung, meski ia tetap menerimanya.

"... Apaan, nih?"

Taufan melambaikan tangannya lalu berjalan menjauhi Halilintar dan menuju ke arah gerbang sekolah. "Buka aja. udah, ya? Bye!"

Melihat tubuh jangkung itu semakin menjauh, Halilintar langsung membuka kotak tersebut.

Isi kotak tersebut rupanya sakura mochi, jumlahnya ada sepuluh.

Mengambil salah satu sakura mochi, Halilintar menggigit dan mengunyahnya. Ia tersenyum kecil. 'Enak ....'

Melirik ke dalam kotak, terselip sebuah kertas putih di dalamnya. Halilintar lantas mengambil dan membukanya, lalu membaca isi kertas tersebut.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dear, Halilintar Thunderstorm

Jika kau setuju untuk menjalin hubungan dan berkencan denganku, maka datanglah ke sebuah kafe yang ada di dekat sekolah hari minggu nanti, jam sembilan pagi.

08xx xxxx xxxx

^ Itu nomor WA-ku, oke.

Sign,
Taufan Cyclone

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kurasa aku menghadiahi Supra, untuk rencana liciknya yang berhasil kali ini."

-

-

-

-

-

'Camelot Regnum 'Slight' 2nd Project : White Day {Adik Rambut Panjang} [CR'S'2ndP:WD{ARP}]'

'End.'

_____~♡~______

Wednesday. October 11st, 2023.
15 : 56 P.M.
Depok, West Java, Indonesia.

Sign,

1.) Hammy Intan Nur Permatasari (Hammy/My/Amy)

2.) Vanilla Putri Nabilla Azhari (Vanilla/Vani/Nilla/Illa)

3.) Icy Rahmawati Chandra Purnamasari (Icy/Cy/Cycy)

Hammy_Vanilla_02

Words : 3.092 Words.

╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗
Camelot Regnum 'Slight' 2nd Project : White Day {Adik Rambut Panjang} |TauHali|. © Hammy_Vanilla_02 (Me)

Status : END!/DONE!/COMPLETED!/FIN!/FINISH!

╚═════ஓ๑♡๑ஓ═════╝

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com