A
⚠️WARNING⚠️
OOC, Kata tak baku, typo bertebaran, cerita mungkin membingungkan, FRIENDSHIP not bl
"Kak, kalau lubangnya kurang dalam, nanti tanamannya mleyot lho."
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sebelum menaruh batang tanaman tersebut di sampingku dan menggali lubang lebih dalam, "begitu."
"Kakak hari ini awet banget ya ngomongnya~"
Aku mendongak menatap Duri dengan tatapan bingung, "bukankah memang biasanya seperti itu?"
"Hari ini super duper awet banget banget banget!" balas Duri sambil berjalan mendekatiku kemudian membantuku untuk menggali lebih dalam.
"....makasih."
"Durii!! Ngapain kamu ngomong sendiri kayak orang gila di sana?!" teriak Fang dari kejauhan.
"Tau tuh! Bantu lah kami di sini sekejap!" timpal Gopal yang langsung disikut oleh Ying.
"Haiyaa, kau minta Duri membantu padahal kau sendiri tak membantu!" balas Ying dengan nada marah, yang hanya disambut oleh kekehan Gopal.
"Duri, maaf tapi kami benar-benar memerlukan bantuan di sini!" ujar Yaya sambil memperlihatkan tanamannya yang terus menerus jatuh.
Aku tersenyum melihat teman-temanku itu. Boboiboy sangat menyayangi mereka. Aku sangat senang.
"Duri, pergilah bantu mereka. Aku bisa mengatasi ini sendiri."
Duri terdiam. Ia tidak mengucapkan sepatah kata apapun meskipun kini ia berdiri dan berjalan meninggalkanku menuju teman-teman yang lain. Mereka terlihat gembira ketika bersama, tidak apa.
Jika itu memang keinginan Boboiboy.
Baru saja aku melepaskan sarung tangan berkebunku, aku langsung ditarik oleh seseorang ke dalam rumah. Tanpa mempedulikan pelaku yang menarikku, aku memasrahkan diriku ditarik oleh seseorang. Toh, jika sosokku sudah tidak ada, tidak akan ada yang bisa menyentuhku lagi.
"Kakak pasrah sekali."
Barulah ketika sosok yang menarikku melepaskanku di ruang tamu rumah, aku dapat melihat rupa nya. Siapapun yang ada di sini pasti mengenali kacamata oranye nya dan motif bajunya yang sangat mencolok. Tak lupa juga dengan sifatnya yang narsistik dan kebiasaannya menghancurkan rumah demi keberhasilan eksperimennya itu.
Aku memiringkan kepalaku, "kenapa kau menyeretku kemari?"
"Duri tidak bisa melihatmu sama sekali."
Kata-kata tersebut membuatku termenung sesaat. Memang benar Duri bertingkat aneh sebelumnya, apakah itu artinya keberadaanku makin terhapus?
"Di antara kita semua, hanya dia yang tidak bisa melihatmu," ekspresi Solar berubah menjadi serius, "dan ku pikir penyebabnya adalah kurangnya interaksi antara kalian berdua. Mengingat lamanya jangka waktu ingatanmu bersama Taufan dan Gempa. Meskipun begitu, aku kagum ia masih mencoba untuk membuatmu tetap ada di dekatnya meskipun di mata orang lain kau hanyalah 'hantu'. Tapi bukankah--"
Ekspresi Solar kembali berubah. Kali ini dengan ekspresi kejutan dan marah di akhir, seolah-olah kemarahannya itu sanggup membakar pikiranku agar tetap ada.
Solar kembali membuka mulutnya, berkata dengan nada yang lirih, "kenapa kau bertingkah seolah hal ini bukan apa-apa?"
"Karena memang ini bukan apa-apa. Malah kau seharusnya membiarkanku seolah aku tidak ada, itulah aturannya."
Bruk!
Solar mendorong kedua bahuku sampai aku terpojok di dinding. Ia benar-benar marah sekarang. Mirip dengan ekspresinya saat teman-teman Boboiboy disakiti. Menatapku seolah aku adalah musuhnya yang siap dibasmi.
"YANG BENAR SAJA, KAK! KAKAK MEMOTONG BENANG MERAH ITU KAN?! JANGAN BERCANDA KAK, JIKA KAKAK MEMOTONG SEMUA BENANG ITU, KAKAK BENAR-BENAR AKAN MENGHILANG DARI DIRI BOBOIBOY!!" Solar menarik nafasnya dalam-dalam, "APA KAKAK MAU KEMBALI MENJADI RETAKKA?!"
"YA SOLAR," Solar terdiam menatapku, "ORANG YANG ADA DI DEPANMU INI SUDAH BERUBAH MENJADI PENJARAH RAKUS YANG MENGINGINKAN KEMULIAAN SEMESTA SEORANG DIRI!!"
Aku memukul Solar sekuat tenagaku hingga dirinya terpental ke dinding. Dengan nafas yang tak teratur, aku mencoba mendekatinya, "apa kau berpikir dengan berada dalam tubuh Boboiboy, kita bisa menyelamatkan semua orang?? Pada akhirnya kita akan dimanfaatkan oleh semua orang san menjadi budak mereka!! Lebih baik aku menghilang daripada harus diperlakukan seperti itu oleh semuanya, dan oleh kalian!!"
Aku mengeluarkan pedang milikku dan langsung bergerak menebas benang merah yang terhubung antara aku, Solar, serta Duri. Setidaknya sebelum Solar menggenggam kakiku dengan tangan yang gemetaran.
"Kak... Jangan potong benang itu, kak.. jangan potong benangku san benang Duri.. meskipun benang kami tipis, tapi kami tetap mempercayai sepenuh hati kami, kak..." Solar memohon dengan nada lirih. Air matanya tumpah ke bumi, tempat kekuasaan Duri. Harga dirinya yang sangat tinggi itu dijatuhkan hanya untuk memohon eksistensiku.
Aku menatapnya lekat-lekat. Sembari mengeratkan peganganku pada pedangku, aku memandangnya kembali dengan putus asa, "Solar--"
"--jika aku mati besok, apa yang akan kau lakukan?
Solar membelalakkan matanya melihatku. Ia mencoba menarik nafasnya, dan dengan mata yang berkaca-kaca, ia menjawab, "aku--tidak, kami dan juga teman-teman, akan membawamu kembali dari kematian, sekalipun kami harus melawan makhluk terkuat di dunia sekalipun! Karena kau bukan 'tidak ada', kau bukan pengecut, kau penting, kau hanya kehilangan dirimu sesaat!"
"Pembohong."
Semuanya adalah benar.
Aku menatap Solar dengan serius, membuatnya terlihat ciut dengan keberadaan pedangku yang semakin dekat dengan benang merah kami.
"Hanya aku yang mengerti diriku sendiri."
Bohong, aku masih tersesat di labirin ini.
Aku menggertakkan gigiku dan menebas benang merah tersebut dalam sekali ayunan, "dan lupakanlah keberadaanku selamanya dari pikiran kalian."
Kumohon temukanlah aku.
Dan segalanya menjadi putih, lagi.
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com