Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

Not

⚠️WARNING⚠️
OOC, Kata tak baku, typo bertebaran, cerita mungkin membingungkan, FRIENDSHIP not bl!




"Hali, mau tidur.."

Aku mengerjapkan mataku sembari memikirkan tujuan makhluk serba biru di depanku ini.

"Lantas? Kalau mau tidur ya tidur aja."

Makhluk itu--Ais--meretangkan kedua tangannya dan dengan tidak berdosanya ia bertanya, "Hali mau jadi gulingku, gak?"

"Gak."

Ais mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia kembali menggerakkan tangannya yang masih terbentang dihadapanku.

Aku menghela nafasku, "baiklah, baiklah. Sini," aku ikut merentangkan tanganku dengan lebar.

Ais pun tersenyum lebar. Tanpa pikir panjang, ia melompat ke arahku sampai diriku sendiri terjungkal karena tak sanggup menahan keseimbangan. Untunglah bagian bawah kami adalah rerumputan yang lembut sehingga punggungku tidak begitu sakit ketika membentur tanah.

Bahkan setelah membuatku terjatuh seperti ini, Ais masih tertawa kecil sambil memelukku dengan erat. Aku sendiri tak keberatan, bahkan tak tahan untuk segera mengelus kepalanya dengan lembut.

Benang merah tersebut terikat kuat di pergelangan tangan kanan kami.

"Kak Hali!"

Aku mendongak melihat ke atas, menatap Blaze yang juga sedang menatap kami dengan wajah masam.

"Kenapa?"

Sudut bibirnya semakin menekuk ke bawah, "kau bilang kau akan mengajariku jurusmu! Ayoo!!"

Aku tersenyum pahit kepadanya, "uuh.. aku ingin mengajarimu tapi.." ku lihat kembali Ais yang ternyata sedang menyeringai ke arah Blaze sambil terus memelukku.

"Kak Hali sama aku saja ya, temani aku tidur~"

Oh, aku merasakan aura-aura peetengkaran akan segera terjadi.

Sambil menggeram, Blaze berkata, "oi, jika kau hanya ingin bermalas-malasan saja, lebih baik kau pulang! Kita itu harus selalu latihan agar kita bisa melawan penjahat di luar sana yang ingin mencuri power sphera, tau tak?!"

Sayangnya Ais hanya membalasnya dengan tindakan mengucek matanya sambil menguap. Dengan tatapan malas pula ia melihat ke arah Blaze, "tau laah, tapi kan ini hari Ahad, jadi biarlah Kak Hali istirahat sekejap...hoaaam...."

"Mana bisa begitu! Kak Hali sudah punya janji denganku, tau! Kau kan--" Blaze berhenti sejenak sebelum akhirnya menyeringai, "pantas saja belakangan ini Kak Hali kelelahan, kerja kau ni cuma nempelin Kak Hali siang malam hanya untuk dijadikan guling. Kalau Kak Hali makin melemah, itu tandanya kau sebagai elemental terlemah yang menyebabkannya."

Ais membelalakkan matanya. Aura yang keluar dari nya berubah menjadi aura kemarahan.

Ia melepaskan pelukannya kepadaku kemudian berdiri menghadap Blaze dengan tangan yang mengepal kuat.

"Kau bilang apa tadi?"

Dengan ekspresi mengejek, Blaze berkata, "heheh, dari semua elemental yang ada, kau lah yang terlemah, Aiss!!"

Dan, BOOM!

Keduanya mulai bertengkar hebat. Tidak, bisa dibilang ini sih sudah di tahap bertarung bukan bertengkar lagi.

"Ah, mereka lagi.. tak lelah kah..?"

Aku menoleh ke arah samping. Ternyata ada geng kokotaim lainnya yang sedang piknik di bawah pohon dengan santainya sambil memakan coklat (bukan biskuit Yaya yang pasti) sementara Papa Zola sednag bermain dengan Cattus.

Melihat kelimanya yang bersikap biasa menghadapi kedua elemental yang emosian tersebut membuatku jengkel (walau sejujurnya aku juga lelah menghadapi mereka).

Aku bergegas mendekat ke arah mereka, "oi! Kenapa kalian tidak menghentikan mereka?! Aku tau kalian lelah tapi ini bukan saatnya..."

Aku menghentikan ucapanku begitu menyadari bahwa mereka sama sekali tidak merespons kata-kataku, bahkan menengok padaku saja tidak.

Seolah-olah aku tidak ada di sini, di dekat mereka..

"Uuuh..."

Terpaksa aku berlari ke arah kedua adikku tersebut.

"AIS, BLAZE, HENTIKAN!!"

Keduanya masih asik bertarung tanpa mempedulikan sekitar. Beruntungnya kami sedang berada di tempat yang sepi dan tidak banyak fasilitas umum, jadi tidak perlu ada yang rusak. Tapi tetap saja ini mengganggu sekitar!

Aku segera berlari mendekati keduanya, setidaknya sebelum kedatangan seseorang dengan kemunculan yang sangat dramatis.

Boom!!

Seakan menjadi sebuah meteor yang jatuh ke bumi, orang tersebut mendarat di antara Ais dan Blaze. Pendaratan tersebut memunculkan asap yang menutupi pandanganku dan yang lain, akan tetapi kami bisa mendengar suara Ais dan Blaze yang menjerit kesakitan.

"Aduh, aduh, aduh, aduh! Sakit, kapten! Sakiiit!"

Mendengar julukan kapten terdengar di telinga kami, kami reflek berdiri tegak di tempat, bersiap-siap untuk paling tidak menerima amarah dari kakak Fang tersebut. Begitu asap tersebut hilang, terlihatlah manusia berkepala ungu tersebut sedang menjewer kuping Ais dan Blaze.

"Puas, bertarung tanpa mempedulikan fasilitas umum dan orang-orang sekitar? Puas kalian, HAH?!"

Keduanya menggelengkan kepala mereka, "m-m-maafkan kami, kapten! Kami janji tak akan mengulanginya lagi!!"

"Ck, kalian juga! Kenapa kalian tidak menghentikan mereka?!" Kapten melepaskan tangannya dari telinga Ais dan Blaze kemudian berjalan ke arah kami.

Aku meneguk ludahku sendiri. Meskipun aku dan yang lain tidak ikut pertengkaran sama sekali, tapi kami juga tidak menghentikannya. Jadi otomatis kami ikut salah.

Padahal aku sudah berusaha menghentikannya.

Aku menundukkan kepalaku dengan takut-takut, "maaf kapten, aku sudah beru--"

"Apa kalian mau orang-orang terluka karena kalian, hah?!"

....

Kapten melewatiku. Kapten Kaizo juga tidak mempedulikan keberadaanku sama sekali. Ia hanya berjalan melewatiku dan menghadapi teman-teman di belakangku.

Seolah-olah keberadaanku benar-benar hilang di mata semua orang, kecuali diri Boboiboy sendiri.

Apa-apaan..

Kenapa hanya aku...

Tidak, sepertinya tidak perlu diperjelas lagi karena memang aku tidak ada gunanya.

Lalu kenapa kau masih mempertahankanku, Boboiboy?

Di antara semua orang yang ada, kenapa kau masih mengingatku...?

Kenapa....

Apa aku masih diperlukan olehmu..?



"Kak?"

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali kemudian membalikkan badanku ke belakang, menatap Ais dan Blaze yang juga sedang memperhatikanku dengan tatapan bingung.

"Kau masih takut dengan kemarahan kapten Kaizo tadi atau bagaimana?" tanya Blaze dengan nada bercanda.

"Tenang saja kak, kami sudah khilaf kok, gak bakal nyusahin kakak lagi, kita--"

"Jika besok salah seorang dari kita mati, apa yang akan kalian lakukan?"

Aku menyela ucapan Ais. Bahkan meskipun mereka menatapku dengan tatapan bingung dan khawatir, aku hanya membutuhkan jawaban pasti dari keberadaanku ini.

Jika bagi mereka aku pantas untuk menghilang, maka aku akan menghilang.

"Aku.. tidak ingin berpikir seperti itu.. maksudku, apa yang membuat kakak berpikir begitu?! Tidak ada satu pun dari kami yang ingin mati!!" balas Blaze dengan ekspresi marah, tidak tenang, khawatir, dan bingung.

Blaze gelisah.

Ku hela nafasku dan kembali menatap keduanya, "perjalanan kita ini terlalu berbahaya dan tidak aneh jika Boboiboy akan kehilangan salah satu dari kita, jadi mau tak mau kita harus mengatakannya sekarang kan? Agar salah seorang dari kita mungkin bisa mengabulkan keinginannya?"

"Tapi-"

"Kakak ingin jawaban kan?" Ice menatapku dengan tatapan khawatir, "jika salah seorang dari kita mati dan kita tidak bisa menolongnya sama sekali, maka aku akan mendoakannya dan mengingatnya selalu di otak serta hatiku!"

Pernyataan Ice membuat Blaze menangis. Bahkan terlihat sekali Ice sebagai orang yang mengungkapkan kata-kata tersebut juga ingin menangis. Sial, aku ingin mendekatinya dan menghapus air matanya.

Ice kembali membuka suaranya, kali ini dengan suara yang lirih, "dan jika yang mati adalah aku, maka aku akan berharap seseorang mengingat namaku, keberadaanku, dan kenangan indah kita.."

Oh tidak, Ice juga mulai menangis..

"Aku.. juga begitu..." Blaze berusaha berbicara meski sambil terisak-isak, "aku tidak ingin ada orang yang melupakanku, aku ingin selalu hidup di hati mereka, aku..."


".....aku ingin hidup."

Setelah itu Gopal, Yaya, Ying, Fang, dan kapten Kaizo menghampiri mereka dan mulai menenangkan keduanya. Sesuatu yang membuat hatiku hangat sekaligus sakit melihatnya.









Aku tersenyum.

"Kalau begitu lupakanlah aku dan mulailah hidup baru bersama mereka."

Tanpa berkata-kata lagi, aku langsung berlari ke arah yang berlawanan, menjauh dari mereka, dari semua kenangan indah yang ku buat bersama mereka.

"Tunggu, KAK?! KAAAKKK?!?!!"

"HALINTAAARRRR!!!!"

Aku berusaha untuk tidak membiarkan air mataku jatuh. Dengan terpaksa, ku keluarkan pedang milikku dan memotong benang merah yang terikat kuat di pergelangan tanganku. Sayangnya, benang tersebut terlalu kuat dan tebal untuk dipotong.

Aku berdecih, "kumohon, terpotonglah...jangan berharap denganku lagi!"

Biarkan aku menerima semua harapan kalian.

Dadaku terasa sesak, "kumohon, kumohon, jangan ingat aku! Bencilah aku! Lupakanlah aku!!"

Ingatlah aku, jangan lupakan aku.

Air mataku mulai jatuh, tanpa bisa ku bendung lagi, "HAPUSLAH AKU DI DALAM SEMUA KENANGAN KALIAN ITU, SIALAN!!!"

Jangan hapus aku.

Dan benang tersebut berhasil dipotong, membuat segalanya menjadi putih.

Sekali lagi...

















To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com