You're
⚠️WARNING ⚠️
OOC, typo bertebaran, kata tak baku, cerita mungkin bakal membingungkan, Friendship not BL
"Hali, kenapa kau bengong saja? Tengok Taufan, saking lamanya kau mengabaikannya sampai ia mencoba memakan biskuitnya Yaya karena bosan!"
Aku mendongakkan kepalaku ke atas, mendapati Gempa yang menatapku dengan ekspresi marah--entah berapa lama aku melamun.
"Gem, muka mu kayak squishy ya, enak diunyel-unyel," entah bagaimana caranya kata-kata ini bisa keluar dari mulutku.
Gempa memutar matanya dan membalas, "kau ni abis nyimeng kecubung atau apa? Muka kita semua itu sama! Kalo beda, namanya bukan Boboiboy elemental lagi dong."
"Terus apa?"
"Ada Da!" sahut Taufan yang datang tak diundang, sekalinya datang malah merangkulku tanpa izin.
"Jangan kau bahas Ada Da lagi kalau kau tak nak kena tebasan pedang Halilintar aku ni!"
Dalam sekejap, pedang milikku sudah ada di tanganku untuk membuat Taufan takut. Namun, bukannya takut, dia malah cengengesan sambil melepaskan rangkulannya padaku kemudian menggenggam tangan kananku.
"Nah, sekarang, ayo kita pergi ke pantai bareng-bareng!" ajak Taufan dengan senyuman lebarnya itu.
Aku menolehkan pandanganku pada Gempa yang hanya memberikan senyuman anehnya itu, "Gem..."
Tanpa perlu ditanya lagi, Gempa pun mengenggam tangan kiriku dan menarikku, "ayo, Li. Udah lama lho kita gak main di pantai lagi semenjak kita terus-terusan dihujani berbagai misi oleh komander."
"Yang bener aja kalian.."
Benang merah tersebut masih terjalin erat di pergelangan tangan kanan kami--setidaknya. Syukurlah.
Pada akhirnya aku (terpaksa) mengikuti mereka sampai ke pantai--di mana Gopal, Fang, Yaya, Ying, serta Ochobot sudah menunggu di sana sambil meminum kelapa muda.
"Akhirnya kalian datang juga! Udah satu jam kami nungguin kalian, sampai aku harus ngubah donat lobak merahnya Fang jadi nasi lemak Makcik kantin!" seru Gopal dengan mulut yang penuh dengan nasi.
Sementara di sampingnya ada Fang yang terlihat menahan amarahnya melihat Gopal yang makan nasi lemak dari donatnya, "besok jangan lupa kau ganti donat tu dengan 10 donat lobak merah lainnya!"
"Iya, iya, besok, kalau inget ya."
Perempatan imajiner pun muncul di dahinya Fang yang langsung mengancam Gopal, "kalau tak ingat, nak ni?"
Melihat kepalan tangan Fang yang sangat kuat, Gopal langsung melepaskan piring nasi lemak tersebut lalu memijat bahu Fang dari belakang, "hehe, ingat kok ingat."
"Eeeh, tak perlu bertengkar seperti itu karena donat, Fang. Nah! Aku ada biskuit dari lobak merah untuk kau!" ujar Yaya dengan tupperware yang berisi biskuit di tangannya.
Gopal, Fang, dan Ying langsung ketakutan melihat biskuit jahannam tersebut. Fang buru-buru melihat sekelilingnya untuk mencari alasan sampai akhirnya ia menunjuk Hali dengan panik.
"A-a-aku nak tanding voli dengan Hali! Ya, hehe--kita lihat siapa yang paling populer di antara kita sebenarnya, Hali! HAHAHAHA!" tantang Fang yang diawali dengan tawa karir dan diakhiri dengan tawa villain.
Aku mengerutkan dahiku lalu menggelengkan kepalaku dengan panik, "aku pulak? Jangan bercanda, aku tak bisa main voli!"
"Ayolah Hali, kau pasti bisa kok--dari pada kita juga disuruh makan biskuitnya Yaya--kan Hali?!" bujuk Ying yang tiba-tiba saja sudah ada di belakangku sembari mendorongku.
Ochobot pun ikut muncul di hadapanku sambil menarik jaketku, "ayo, Hali! Udah lama kita gak main bareng kan??"
Aku melirik ke arah Taufan dan Gempa, bermaksud untuk meminta bantuan tapi mereka nya malah ikut excited. Hari ini orang-orang kesambet apa sih?
Pada akhirnya aku tidak memiliki pilihan lain selain ikut bermain voli juga bersama mereka..
Yah, Boboiboy cukup jago bermain voli, jadi harusnya tak masalah..
Di tim ku ada Gopal dan Gempa, sementara di tim lawan ada Fang, Taufan, dan Ying. Di sini Yaya dan Ochobot berperan sebagai wasit--berhubung Papa Zola tidak ada.
Permainan diawali dengan servis oleh tim lawan yang diterima oleh Gempa. Setelah itu aku mencoba melakukan smash yang hampir saja diterima oleh Taufan. Kami dapat poin pertama.
Semua orang benar-benar bersemangat ya hari ini. Tidak hanya Gempa dan Taufan, teman-teman juga..
Tapi baguslah, memang benar kami sudah hampir tidak pernah menginjakkan kaki kami di bumi lagi semenjak menerima banyak misi oleh komander. Ada banyak yang harus dipulihkan setelah percobaan penaklukan berbagai planet oleh Retakka.
Benar, ada banyak orang yang kehilangan hal yang berharga setelah pertarungan tersebut.
Boboiboy termasuk orang yang beruntung karena teman-temannya tidak pernah menyalahkannya atas kesalahannya dalam mengambil keputusan tersebut. Malah, mereka mengkhawatirkan dirinya karena ia menerima banyak luka.
Aku ikut senang melihatnya.
Berkat kejadian itu juga, Boboiboy memiliki ide untuk menggunakan fusion nya. Walau melakukan fusion dengan Solar membuatku jijik karena sifat narsisnya, tapi jika itu dapat menyelamatkan semuanya maka aku bersedia.
Benar juga..
Sampai saat ini Boboiboy sudah cukup banyak menderita..
Bahkan oleh takdir yang ada karena sebuah kebetulan..
Bagaimana pun juga menanggung beban untuk melindungi power sphera dan galaksi itu sangatlah berat. Pasti akan ada yang--
"AWAS, HALI!!!"
"Hah?"
BUAGHH!!!!!
Woah, rasa sakitnya krenyes sekali.
Aku terpental ke belakang setelah menerima receive wajah yang cukup keras dari smash nya Taufan. Hari ini memang hari sial untukku. Jahannam kalian semua.
"Geh! HALII!!!"
Gempa, Gopal, Taufan, Ying, Yaya, dan Ochobot langsung menghampiriku dengan wajah khawatir--berbeda dengan Fang yang malah menertawakan wajah jelekku setelah terkena bola tadi.
"BWAHAHAHAAH Akhirnya.. akhirnya aku bisa lebih populer dari Boboiboy!!" ujarnya dengan lubang hidungnya yang mengembang mengempis dan senyuman lebarnya itu.
"Iiish! Tidak baik begitu tau, Fang! Bantu kami sini!" seru Yaya dengan ekspresi cemberut.
"Hali, kau tak apa? Hidungmu mimisan tuh," tanya Ying sambil memberikan tissu kepadaku.
Aku pun mengambil tissu tersebut dan berjalan menuju tempat mereka beristirahat sebelumnya, "aku tak apa.. kalian lanjut bermain saja, aku akan beristirahat sebentar.."
"Ah, aku ikut." Gempa pun mengikutiku bersama Taufan dengan ekspresi khawatir tergambatkan di wajah mereka.
"Itulah, kalau bermain tu jangan sambil bengong! Sekarang baru tau rasa!" ujar Gopal dengan ekspresi menyindirnya.
"Eleh, kau pun dari tadi cuma receive asal-asalan! Itu pun banyak yang tidak berhasil!" sahut Ochobot sambil berkacak pinggang(?), tapi ia tidak punya pinggang..
Dibalas dengan cengengesan oleh Gopal, "hehe, maaf puh, masih pemula."
Aku mendengus mendengar ucapannya itu. Mereka pun kembali bermain voli dengan hanya 2 vs 2 (Yaya ikut bermain), sementara aku, Gempa, dan Taufan menonton mereka dari kejauhan seperti anak hilang.
Aku tidak mengerti.
Kenapa hari ini mereka berdua benar-benar lengket padaku?
Benang merah tersebut bahkan sudah mulai terurai, lho.
Seharusnya kalian tidak boleh ada di sampingku lagi. Tempat kalian ada bersama elemental lainnya, bukan aku.
Bagaimanapun juga, aku sudah bukan milik BoBoiBoy.
Aku juga hanya.. sebuah elemental yang tidak berguna.
"Hey, Taufan, Gempa."
Taufan membalikkan badannya menghadapku, "hm? Kenapa, Hali?"
"Wajahmu pucat banget, gak enak badan?" Gempa langsung mengulurkan tangannya kepadaku dengan ekspresi wajah khawatir.
Bagaimanapun juga, meski dengan sifat yang berbeda-beda, kami ini adalah satu.
Boboiboy.
Jika salah satu dari kami sakit, pasti yang lain ikut sakit. Jika salah satu dari kami senang, yang lain juga ikut senang. Jika salah satu dari kami sedih, maka yang lainnya juga akan sedih.
Sesederhana itu.
Namun, ada satu hal yang tak dapat kami rasakan secara bersamaan, yaitu perasaan terpendam kami masing-masing.
Tidak ada satu pun dari kami yang bisa mengerti perasaan yang lainnya. Bagaimanapun juga, tidak seperti emosi, perasaan adalah hal yang tak dapat dilihat secara nyata.
Sewaktu Solar menyadari bahwa pemilik sebenarnya dari kuasanya adalah Retakka, tidak ada--tidak ada seorangpun dari kami yang mengerti perasaannya saat itu. Yang kami tahu hanyalah bertarung, untuk hidup kami, untuk melindungi teman-teman kami.
Sewaktu Beliung mulai mengamuk karena kesulitan mengendalikan kuasanya, tak satupun dari kami dapat mengerti apa yang ia rasakan--bahkan kami tak bisa membantu menghentikan dirinya sendiri. Yang kami tahu hanyalah ia sendiri takut dengan kuasanya, takut jika ia tak sengaja melukai orang lain lagi.
Itu pun karena Beliung yang mengaku sendiri, jika tidak, kami tidak akan tahu.
Maka dari itu...
"Jika besok kalian mati, apa yang akan kalian lakukan hari ini?"
Taufan dan Gempa pun saling menatap satu sama lain tanpa mengeluarkan satu kata pun. Lihat? Bahkan saat mereka berkomunikasi dari mata ke mata seperti ini, aku tidak bisa mengerti apa yang mereka maksud.
Taufan menolehkan kepalanya menatapku, "jika kami mati, bukankah kau juga akan mati? Kita kan selalu bersama sejak awal seri Boboiboy dimulai sampai sekarang."
"Pendapat macam apa itu? Saat aku dan kau diambil oleh Retakka kemarin, Gempa secara teknis masih hidup tuh." balasku sembari menghela nafasku.
"Itu kan kita tidak mati, kita hanya berganti identitas sejenak saja!" sahut Taufan dengan ekspresi tidak terima, "yah, walau keberadaan 'aku' ketika berada di tubuh Retakka itu hilang sih.."
"Kan.."
"Tapi!" Taufan melanjutkan dengan nada yakin, "aku yakin tidak akan ada satu pun dari kita yang akan benar-benar mati, dan aku yakin kita--termasuk Boboiboy, Ying, Yaya, Gopal, Fang, dan yang lainnya--tidak akan membiarkan salah seorang dari kita mati! Jadi, jawabanku adalah meminta bantuan kepada mereka agar kematian itu tidak akan terjadi!"
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali setelah mendengar jawaban Taufan, kemudian tertawa kecil setelahnya, "benar-benar jawaban khas mu sekali ya, Taufan."
Kali ini Gempa yang melangkah maju mendekatiku.
"Jadi yang kau maksud mati di sini tuh berarti keberadaan kita sebagai 'kita' itu menghilang sepenuhnya?" tanya Gempa yang langsung ku angguki.
"Kalau begitu aku tidak akan pernah memikirkan hal tersebut." jawabnya dengan ekspresi serius.
Gempa pun berlutut di hadapanku sembari memegang tanganku dengan erat--dan dengan tatapannya yang seolah memohon kepadaku, ia berkata, "jangan pernah pikirkan hal seperti itu lagi, Boboiboy tidak akan pernah membiarkan hal tersebut. Benar kata Taufan, kita sudah bersama sejak pertama kali BoBoiBoy mendapatkan kuasa dari Ochobot, jika salah satu dari kita 'mati', kita akan menolongnya karena begitulah keinginan Boboiboy yang sebenarnya!"
Aku terdiam sejenak mendengar kata-kata Gempa itu. Kini ia tersenyum kepadaku dengan senyuman yang paling lembut yang pernah ku lihat, "lagipun, sejauh apapun kita berpisah, pada akhirnya kita akan selalu bersama kan?"
Seperti yang diharapkan dari elemental yang paling mirip dengan Boboiboy. Tidak seperti kami yang memiliki sifat beranekaragam, Gempa itu bagai pinang dibelah dua dengan Boboiboy yang asli.
Mengingat Gempa selalu melihat 'ku' yang diambil oleh penjahat manapun, membuat dada ku terasa sakit.
Aku adalah orang aneh di sini.
Selalu menjadi elemental andalan Boboiboy, tapi selalu menjadi elemental beban bagi Boboiboy pula.
Tidak seharusnya mereka malah ikut kena masalah karena keberadaanku.
Boboiboy dan elementalnya tidak seharusnya memiliku di sini.
"Kalian hebat sekali. Jawaban kalian melambangkan kepribadian kalian masing-masing dan selalu ada kebaikan dalam jawaban kalian itu.." aku mencoba tersenyum kepada kedua elemental di depanku ini.
Kalian orang yang baik dan jujur.
Boboiboy memberikan pecahan kepribadian seperti itu kepada kalian, yang artinya kalian memang diandalkan oleh Boboiboy.
Aku menatap keduanya dengan ekspresi marah, "tapi aku sudah bukan bagian dari Boboiboy lagi, aku 'hantu' di sini. Sedari awal, Boboiboy harusnya hanya mengeluarkan kalian berenam saja, aku tidak sanggup harus menanggung beban galaxy bersama kalian yang lemah ini."
Seketika semua orang yang ada di pantai itu menghilang, menyisakan kami bertiga.
Benang merah itu semakin terurai dan kusut di pergelangan tangan kanan kami bertiga.
"Siapa yang kau sebut lemah di sini, Hali? Apa hanya karena kau yang selalu diandalkan oleh Boboiboy dalam setiap pertarungannya, hah??" sahut Taufan sembari menahan amarah yang terpancar jelas dari matanya.
Aku memiringkan kepalaku, "lho, bukankah memang itu kenyataannya?"
D
alam sekejap, Taufan langsung menerjangku dan mencengkram kerah jaketku dengan ekspresi marah, "keluar kau, Kira'na.. jika kau memang sekuat itu, kenapa kau tidak bisa menyelamatkan ayahmu, huh? KENAPA KAU MEMBIARKANNYA MATI?!"
BUAGH!
Aku langsung memukul wajah Taufan sekuat tenaga hingga dirinya terpental hingga hampir menabrak dinding di belakangnya jika saja Gempa tidak menahan tubuhnya.
Kira'na ya...
Sebenarnya ia adalah orang yang baik--atau setidaknya itu yang bisa ku katakan setelah menjadi kuasanya Boboiboy, Kira'na, dan Maharani Satriantar.
Mereka bertiga memiliki tujuan yang mulia untuk melindungi segalanya..
.... Karena itulah, kalian tidak berhak menghina seseorang hanya karena ia tidak bisa melindungi apa yang berharga baginya--
"--KARENA KALIAN SAJA TIDAK BISA MELINDUNGI ORANG YANG BERHARGA UNTUK KALIAN!!"
"CUKUP, HALI! Kenapa kau sangat aneh hari ini, hah?!" Gempa balas membentakku dengan raut wajah bingung sekaligus khawatir.
Dengan nada memohon, ia bertanya, "apa yang sedang kau pikirkan, Hali...? Jangan bilang... kau ingin berpisah dengan kami?"
Ah, sial.
Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu..
"Pergilah, dasar pengecut yang tak bisa melindungi siapa pun!"
Jangan pergi.
Mereka pun mendekat ke arahku dengan kuasa mereka masing-masing, "HALILINTAAR!!"
Dasar bodoh.
Buang saja aku.
"Selamat tinggal."
Aku memutus benang merah yang ruwet itu dengan paksa menggunakan pedang milikku.
Dan sekarang, semuanya menjadi putih..
To Be Continued
Sebenernya aku mau lanjutin yang Monitoring dulu, tapi karena progress cerita sebelah masih 80%, jadi ku lanjut yang ini dulu :D
Kegiatanku juga ga selonggar akhir semester kemarin, jadi kayaknya bakal lama banget buat bikin chapter baru.. tapi, aku bakal tetep update kok (。•́︿•̀。)!
Dan yah, ini bukan BL, tapi friendship, jadi jangan ngarep aneh-aneh kalian 👊🏻!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com