Chap 20: Reo itu sulung
Evelyn mendengar teriakan, berjalan perlahan mencari sumber suara. Tapi saat masuk kedalam kamarnya dirinya hanya melihat Cakrawala yang duduk.
"Ibunda? Ada apa?"
"Ah... Tadi ibunda mendengar suara teriakan."
Cakrawala tersenyum kecil tapi matanya kosong, "dari dia ibu." Tangannya menunjuk kebelakang Evelyn. Saat Evelyn menoleh ia mendapati seseorang dengan jubah hitam compang camping.
"Tuan siapa?" Tanya Evelyn.
Tak ada jawaban, sosok hitam yang menggunakan tudung itu mendekati Cakrawala dan berdiri di belakang anaknya. Tangan keriput dengan kuku panjang memegangi dagu anak tengahnya.
"Jangan... Jangan anakku." Tangan Cakrawala ditarik oleh Evelyn. Cakrawala menelengkan kepalanya, tidak mengerti tindakan ibunya.
Evelyn menatap nyalang sosok itu, berdiri di hadapan Cakrawala. "Jangan... Jangan hari ini." Gumamnya.
Sosok itu marah, memberikan suara yang memekakkan dan membuat Evelyn terpental sedangkan Cakrawala ambruk. Matanya menatap ke arah Evelyn, kosong tidak ada emosi apapun, hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi.
"Ibunda ikhlas ya..."
.
.
.
.
"CAKRAWALAAAAAA...." Evelyn berteriak dan bangun, semuanya hanya mimpi Tapi terasa nyata. Dengan langkah tergesa ia langsung keluar kamar. Tapi dihalangi oleh dayang pribadinya.
"Saya mohon nyonya, tenangkan diri anda." Evelyn menggeleng, dirinya harus melihat keadaan kedua putranya.
"Aku... Aku bermimpi buruk. Aku takut itu kenyataan, lepaskan aku."
Dayang pribadi Evelyn mencoba menahan tuannya, sudah ada titah kaisar untuk tidak mendekati area dimana Cakrawala sedang dirawat. Bahkan Raja sendiri tidak bisa mendekati Cakrawala tanpa ijin dari penyihir agung.
"Nyonya saya mohon maaf jikalau saya lancang. Pangeran kelima juga terluka."
Seakan akan tersambar petir Evelyn langsung terdiam, tubuhnya merosot dan akan terjatuh apabila tidak ditahan oleh dayangnya.
"Aku tidak becus jadi ibu, aku... Kenapa harus aku? Kenapa harus anakku yang... Hiks... Arghhhhh..." Evelyn menjadi histeris kembali.
Semalam setelah mendapatkan kabar bahwa kedua anaknya terluka akibat penyerangan tiba tiba, dirinya berlari mencari Cakrawala dan Seren. Dan hanya bisa mematung didepan pintu melihat Cakrawala yang kejang dan Seren yang tak sadarkan diri didekapan Reo. Ratu berteriak histeris dan semuanya ricuh, karena tak kuat akan keadaan yang sangat tiba tiba itu Evelyn jatuh pingsan.
"Hiksss... Anakku..." Tangisnya.
Dekapan hangat menerjangnya, dekapan itu sendiri berasal dari Reo yang semenjak semalam bergantian berjaga dari kamar Seren ke kamar ibunya. "Ibunda..."
"Reo anakku... Kau baik baik saja nak?" Tanya Evelyn, kedua tangan lentik itu memegang wajah tegas Reo yang sangat mirip dengan Raja. "Anakku... Bagaimana keadaanmu? Bagaimana keadaan adik adikmu?"
Reo menoleh ke arah dayang, "tolong buatkan teh untuk menenangkan ibunda," Reo tersenyum kecil, kembali menatap ibunya. "Ibunda mau ke kamar Seren?"
Evelyn mengangguk, dengan Reo yang memapahnya dirinya berjalan perlahan tapi pasti ke arah kamar tamu yang ada disamping kamarnya di kediamannya.
"Seren... Anakku." Gimana Evelyn saat melihat Seren yang sedang duduk bersandar di ranjang. Dengan air mata yang selalu merembes keluar Evelyn memeluk erat Seren. "Maaf... Maafkan ibunda. Maafkan ibunda anakku..."
Seren mengelus bahu ibunya, memberikan kenyamanan. "Ibunda tidak salah... Aku juga baik baik saja."
"Maaf... Ibunda terlalu mengkhawatirkan Cakrawala sampai sampai ibunda tidak merawatmu."
Seren menggeleng pelan, "tidak apa apa, ada Reo yang menjagaku."
Seren menatap ke arah kakak kembarnya, tersenyum kecil memberikan kata terimakasih tanpa terucap. Dirinya teringat percakapan yang tadi terjadi antara dirinya dan Reo.
"Bagaimana keadaan Cakrawala?" Tanya Seren panik saat dirinya baru bangun.
"Dia tak baik, saat ini sedang di isolasi."
Seren menunduk, "kenapa tidak kesana? Keadaan dia lebih iarah denganku. Harusnya kau disana memberikan bantuan modal agar dia bisa semangat ber--..."
"Diam seren." Reo memotong ucapan Seren. "Aku yakin saudara kita semuanya kesana, dan kalau semuanya merawat Cakrawala yang akan merawatmu siapa?"
Seren bungkam.
Reo menghela nafasnya, memegang tangan adik bungsu kembarnya. "Aku disini untuk menggantikan posisi yang lain. Aku disini untuk... Untuk merawat adik dan ibuku. Aku juga merasa gagal sebagai kakak karena membiarkan kalian terluka. Maafkan aku."
Seren menggeleng keras, "kenapa kau meminta maaf? Ini bukan salahmu."
"Tapi aku kakakmu, aku kakak kalian. Dan... Saat kalian terluka dan membutuhkan seseorang disaat yang bersamaan aku tidak bisa membantu kalian bersamaan. Dan akhirnya aku memilihmu untuk ku jaga."
"Kenapa?"
"Karena kau adikku yang paling aku sayangi Seren, aku tau Cakrawala juga adikku tapi... Yang selama ini menemaniku adalah dirimu. Aku juga menyayangi Cakrawala tapi... Aku sadar bahwa yang menyayanginya lebih banyak dan aku... Aku merasa tak becus jadi seseorang yang paling tua diantara kalian."
Seren memeluk kakak kembarnya dengan erat, keduanya menangis bersama merasa tak berdaya akan keadaan. Yang bahkan membuat mereka harus merelakan salah satu saudara mereka.
Reo mendengus melihat Seren yang memandanginya dengan lekat. Entah apa yang dipikirkan adiknya itu, mungkin karena kepalanya yang terluka Seren akan menjadi lebih aneh dari sebelum sebelumnya. Apa sihir penyembuh memberikan efek gila ke adiknya itu? Reo tak paham.
...
Chandra menatap Cakrawala dari jauh, tubuh kakaknya itu semakin banyak perban yang melekat. Dirinya bergidik ngeri membayangkan kalau tubuhnya tak tawar dengan sihir penyembuh, dan sakit sakitan.
"Kakak kuat sekali." Gumam Chandra, dirinya memandang iri kepada Adjietama dan Lean yang bisa merawat Cakrawala dari dekat. Dirinya disana untuk berjaga jaga dan meminta daftar barang sihir yang bisa digunakan untuk membantu Cakrawala. Keamanan penjara bawah tanah diperketat, bahkan Raja saja hanya bisa melihat dari anak tangga terakhir menuju penjara. Tidak bisa lebih dekat lagi karena takut kutukan Cakrawala mengamuk.
Dirinya hanya berharap bahwa kakaknya yang baru beberapa kali berbicara dengannya itu terbangun. Chandra sendiri sudah mengunjungi Seren pagi pagi buta, memberikan alat sihir untuk mempercepat pengobatan Seren. Kepala Seren terluka cukup parah tapi untungnya segera ditangani dan baik baik saja.
...
Ratu menolak semua makanan yang diberikan kepadanya. Menolak semua kunjungan bahkan dari Raja, ia ingin menenangkan diri karena peristiwa yang hampir merenggut kewarasannya. Di tangannya kini ada satu bungkus cookies yang belum sempat ia berikan ke Cakrawala, dan hanya bisa ia pandangi dengan perasaan campur aduk.
"Hiks..."
Tangisannya ia tahan, ia tak ingin menangis kembali. Ia adalah Ratu dan dengan wanita yang memiliki jabatan tertinggi di kerajaan ia harus bisa mengontrol semua hal tentang dirinya. Emosi, adalah hal yang penting yang harus ia atur.
Tapi sosok bernama Maheswara dan Cakrawala bisa mengobrak Abrik hatinya dalam sekejap mata.
"Ibunda... Ini Maheswara."
"Masuk."
Maheswara memandangi ibunya dari jauh, bahkan baju semalam belum diganti, kotoran karena Ratu berlari, dan noda darah Cakrawala tidak dibersihkan.
Maheswara menarik nafas dalam dalam lalu berjalan kearah ibunya. Memberikan pelukan hangat agar ibunya bisa sedikit lega.
Tak ada percakapan diantara mereka, hanya tangisan Ratu yang meraung tapi pelan, dan elusan yang terkadang tepukan lembut dari Maheswara untuk ibunya.
"Ibu ketakutan, ibu bahkan merasakan darah itu mengalir di tangan ibu."
Maheswara mengangguk, "aku akan segera menangkap para bajingan yang membuat keluarga kita seperti ini ibu."
Ratu memejamkan matanya, "Seren... Dia..."
"Kata dokter jika Seren istirahat dengan baik, besok ia sudah pulih."
Ratu bernafas lega, "biarkan aku memberi mereka balasan dengan tanganku sendiri Maheswara."
Putra mahkota kerajaan Bimasena itu mengangguk, "iya ibu... Aku akan menyerahkan orang orang itu kepada ibu."
"Aku akan membunuh mereka."
"Iya..."
"Aku... Aku hiks... Aku akan..."
"Ibunda untuk menangkap mereka kita harus tenang, kita harus kuat, dan kita harus segera."
Ratu meremat wadah kain cookies ditangannya, mengeraskan rahangnya, dan matanya merah berkilat marah.
"Iya."
Ratu bertekad untuk membalas semuanya berkali kali lipat, tidak akan ia biarkan orang orang itu mati dengan mudah.
.
.
.
.
Tbc
/Sorry temen temen kalau up nya telat dan cuma 1 hari ini 😞🙌 aku lagi ada pesenan catering, ehmmm... Sebenernya sama keterusan nonton drama China yang 100 eps itu 😭🙌 seru banget/
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com