Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

Chap 24: Mayat itu hidup atau mati

Adjietama menggeleng dengan kuat, tangannya gemetar memegang lengan kakak keempatnya yang sudah dingin dan kaku.

"Ini tana aku disini juga orang sudah tau kak Cakrawala sudah tiada." Ucapnya gemetar, Seren yang semenjak tadi di kamar itu mengigit kuku jarinya. "Kak... Apa yang terjadi? Ini aneh..."

Seren menggeleng kuat, "aku tidak tau Djie... Dia bilang mengantuk lalu tidur, jadi aku dan Reo membawanya kemari. Lalu aku menunggu Reo memanggil kalian semua... Kak Maheswara, kak Lean semua berkata bahwa saudara ku sudah mati! Kalian... Kalian ini kenapa begitu jahat kepadaku?"

Reo berjalan mendekati ranjang Cakrawala, memegang tangan adiknya yang ternyata benar sudah dingin dan kaku. Mundur perlahan karena terkejut, Reo menopang tubuhnya dengan ujung ranjang.

"Dia tadi masih bermain dengan kami... Bahkan merengek ke ibunda dan Ayahanda." Reo menatap ke arah Seren, "aku dan Seren masih tertawa bersamanya tadi."

"AAAARGGGHHHHH..."

Semuanya terdiam, suara teriakan dari kamar sebelah membuat mereka berlari dan yang menyadarinya pertama kali adalah Seren.

"Ibunda..."

Evelyn menatap panik ke arah sekitar, tak mendapati anak anaknya disana. Saat kakinya menyentuh lantai, tubuhnya ambruk bertepatan Seren yang sudah sampai di depan pintu.

"Ibu... Ibunda kenapa?"

Kedua tangan Evelyn memegang wajah Seren, memperhatikan Seren dari atas sampai bawah. "Nak... Kau tidak apa apa?"

Seren mengangguk, membantu ibunya untuk berdiri dan duduk di kasur.

"Nak... Ibu bermimpi Cakrawala. Dia... Dia mengikuti sosok itu pergi. Dia meninggalkan kita."

Seren memeluk ibunya, menatap ke arah pangeran lain meminta bantuan akan jawaban yang harus mereka berikan kepada Evelyn.

"Nak... Seren... Dimana kakak kakakmu?"

Seren tak menjawab, tetap memeluk ibunya.

"Seren... Ibunda bertanya,"

Seren menggeleng, Reo berjalan ke arah ibunya dan Seren. "Ibunda a-aku disini."

Evelyn tersenyum kecil, membawa Reo juga dalam pelukannya. "Lalu anak ibu yang paling nakal mana?"

Tak ada jawaban, mereka semua bingung harus memberi alasan apa. Evelyn saat ini dalam kondisi tak baik, dan apabila tau kondisi Cakrawala yang tak bernyawa maka kondisi Evelyn juga akan semakin... Memburuk.

"Anak ibu... Cakrawala... Kamu dimana?"

Evelyn menoleh kebelakang, berharap seperti Reo yang ternyata ada dibelakangnya. Tapi yang ia lihat hanya para pangeran lain, tak ada Cakrawala diantara mereka. Evelyn pikir Cakrawala bersembunyi dibelakang tubuh kekar saudara saudaranya.

"Nak? Kamu bersembunyi dibalik siapa? Ibunda marah kalau kamu bersembunyi terus ya."

"..."

"Ibu... Cakrawala kembali tertidur." Bohong Reo.

Evelyn menoleh cepat ke arah Reo, "dia kelelahan bermain dengan kalian ya? Besok tapi bangun kan?" Senyum kecil tak pernah lepas dari wajah cantik Evelyn. "Yah... Dia memang harus banyak beristirahat. Dia sedang dimana sekarang? Tidur di kamarnya? Ibu akan kesana menengoknya ya."

Seren mencegah ibunya turun dari ranjang, "ibunda kan dilarang ayahanda ke kamar Cakrawala."

Evelyn menggeleng kecil, "bahkan Raja tak bisa mencegah seorang ibu untuk melihat anaknya. Ibunda berhati hati Seren. Tenang saja."

Chandra memanfaatkan waktu yang ada saat Evelyn sedang berbicara dengan Seren dan Reo. Dirinya berlari ke arah kamar Cakrawala mengunci pintu dari dalam dan menutup semua korden yang ada. Berharap Evelyn tidak melihat sedikitpun sosok Cakrawala yang sudah terbujur kaku.

Dengan tangan gemetar Chandra menyentuh wajah Cakrawala, memberikan elusan elusan lembut karena takut membuat Cakrawala terluka.

"Kak... Janjimu untuk bermain denganku mana?" Gumam Chandra. Mengecup tangan Cakrawala lama, "aku tidak percaya dengan Adjietama dan kak Lean yang mengatakan kau telah tiada. Akan aku Carikan di penjuru negeri secepat mungkin untuk membuat jantungmu berdetak kembali."

Chandra menatap ke arah cermin, "Bahkan jika tubuhmu menolak sihir tapi satu satunya hal yang bisa menyelamatkan mu adalah sihir. Aku akan melawan sihir yang menolakmu." Tekad Chandra, dirinya hanya harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan apa yang ia mau.

...

Ratu menatap bengis orang dihadapannya, anaknya Maheswara memberikan kunci tadi siang kepadanya. Kunci dimana para bajingan yang sudah menyerangnya berada, dan diruangan ini Sang Ratu menggila.

Raja sendiri hanya menatap dari belakang tingkah sang Ratu, dari yang memukul, menendang, menusuk, dan mencabut kuku satu persatu para pengkhianat. Dirinya membiarkan semua itu, dan akan terus dibelakang Ratu mendukung.

"Hah... Karena kau... Anak anakku harus mengalami hal hal yang bisa merenggut nyawa mereka."

Ctas...

Kali ini sebetan dari pecut yang dibawa Ratu menggema suaranya.

"Karena kalian yang bodoh salah satu anakku hampir mati."

Ctass...

"Sial... Aku berharap kau membusuk disini. Susah untuk mati dan kesakitan dalam hidup!"

Cuih...

Raja mendengus, menurutnya apa yang dibuat Ratu masih kurang. Yang mereka lukai adalah Cakrawala, dimana suda banyak usaha yang Raja lakukan untuk menopang agar anaknya itu tetap hidup, bangun dari tidurnya dan tetap menjadi anaknya yang manis.

Tapi, karena mereka tubuh Cakrawala bahkan tak jelas menandakan apakah sudah mati atau hidup. Saat menggendong Cakrawala terakhir yang Raja rasakan bahkan seperti tubuh mayat yang di paksa untuk hidup, dingin dan kaku.

"Ratu... Anak kita yang terluka bukan cuma 1, tolong buat mereka merasakan 2 rasa sakit kalau bisa lebih," kompor Raja, bahkan wajahnya sudah tersenyum sinis.

Ratu menggerakkan rahangnya, kembali menyiksa semua orang yang ada di hadapannya.

Seren adalah pangeran yang menurut Raja sangat mirip dengan Evelyn, terutama di bagian wajahnya yang tampan tapi juga cantik. Dan karena penyerangan itu kepala Seren terluka, Raja bahkan tak pernah melukai wajah itu karena selalu teringat Evelyn.

...

"Aku sudah lelah, biarkan aku istirahat." Cakrawala menatap kedua tangannya yang sudah sangat memerah. "Padahal disini aku tidak pernah merasa lelah dan sakit tapi kenapa tiba tiba terasa?"

Putri menaikkan satu alisnya, "kenapa? Kau menyerah begitu saja? Kau mau mati ya?"

Cakrawala menggeleng, "aku masih harus menikah... Aku belum menikah."

Jawaban Cakrawala membuat Putri mendengus, "ya sudah ayo lagi! Aku sudah menutup pandangan sosok itu. Besok kita harus menyerang dia, kalau dia sampai tau kita berusaha menyikirkannya kita yang mati tau!"

Cakrawala berdiri dari duduknya, "iya iya bawel."

Cakrawala kini meregangkan tubuhnya, memfokuskan diri untuk menstabilkan sihir yang ada di dalam tubuhnya. Ingat? Bahwa tubuh Cakrawala menjadi inang kutukan pengganti Adjietama karena kutukan itu merasa tubuh Cakrawala lebih kuat sihirnya.

"Kau harus fokus... Energimu harus ada di satu titik, lalu tembak."

Cakrawala mengangguk, menutup matanya dan mencoba memfokuskan energinya ke satu titik. Dadanya.

"Jantungmu diikat oleh sosok jelek itu, kalau kau salah sedikit yang ada jantungmu di dunia nyata akan meledak."

"Putri jangan banyak omong, aku harus konsentrasi."

Putri merengut, tapi juga mematuhi ucapan kasar Cakrawala. Membiarkan temannya itu, Putri melihat aliran berwarna putih sedikit demi sedikit berkumpul di area dada anak 10 tahun didepannya.

Cakrawala berkeringat, bahkan keringatnya sebiji jagung. Dirinya kelelahan tapi jika tidak dipaksa maka tubuhnya akan semakin manja.

Putri menatap ke sudut, sosok hitam itu curiga. Putri merentangkan kedua tangannya, mencoba membuat penutup dan penghalang. Membuat sosok itu tak bisa melihat apa yang mereka lakukan. Berdoa dalam hati agar Cakrawala segera menyelesaikan pengumpulan energinya.

.
.
.
.
Tbc
/Jadi kalau bingung tubuh Cakrawala ini udah mati, tapi jiwanya belum dipanggil sama tuhan. Bisa dibilang dia ini kaya arwah penasaran wkwkwk/

/Kalo ditanya kenapa gitu? Gini kalo jantung bermasalah dari awal trus kalau dari awal anaknya ga punya energi harusnya udah mati, tapi karena dari awal Cakrawala ini punya energi sihir jadi yang menunjang dia ya sihir ini/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com