Apa?!
Dua pemuda sedang berdiri berhadapan, tatapan setajam pisau saling dilemparkan. Pemuda berambut sakura pucat mendengus lalu terkekeh pelan namun sarat dengan ejekan di nada tertawanya. Ia bersedekap dan menatap remeh pemuda yang ada dihadapannya. Pemuda yang lebih tua darinya menatap tajam dirinya, ia memicingkan kedua matanya dan berkacak pinggang tak ketinggalan ia juga menatap remeh lawan yang ada dihadapannya.
"Hah... Apa yang kau bisa banggakan dari hal seperti itu Kujou? " tanya pemuda berambut senja sambil tersenyum remeh. Yang disebut namanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia meletakkan telunjuk jarinya dipipinya.
"Hmm... Menurutmu? "
Mendengar nada meremehkan dari lawan bicaranya, pemuda berambut sewarna senja sedikit tersulut emosinya.
"Heh~ ku pikir itu tidak berharga sama sekali, lagipula kau tidak bisa melihatnya setiap hari kan? "
Pemuda yang sejak tadi memasang wajah kalem akhirnya tersulut emosinya. Perempatan tak kasat mata mampir sebentar di kepalanya, raut wajahnya begitu jengkel. Tangan di samping badannya terkepal kuat untuk meredam sedikit emosinya.
"Yah... Yang lebih beruntung aku sih... Bisa melihatnya kapanpun kumau, sedangkan kau? " kata pemuda berambut senja dengan enteng.
"Heh! Memang aku jarang melihatnya tapi setiap bertemu pasti dia akan bersikap lucu, itu lebih mending daripadamu yang setiap hari bertemu tapi ia sama sekali tak bersikap lucu."
Ia menghentikan ucapannya sebentar, sebelah sudut bibirnya terangkat menampilkan seringai menyebalkan. "Dan mana ada si kakak lebih 'mini' daripada adiknya? "
Perempatan tak kasat mata akhirnya mampir di dahi pemuda yang lebih kebawah, ia maju selangkah dan semakin menatap tajam lawan adu mulutnya.
"Itu tak ada hubungannya dasar setan pink!! Dan apa-apaan rambut merah mudamu itu?! "
Yang diejek melototkan kedua matanya, ia ikut maju selangkah dan mendorong wajah pemuda dihadapannya, tak terima oleh perlakuan Tenn, Mitsuki melancarkan aksi kekerasan lainnya dengan ikut mendorong jauh wajah Tenn.
Adu mulut dengan diselingi umpatan yang tak layak untuk didengar dan dibaca mengalun tanpa rem. Bila kita lihat lagi ada dua makhluk yang sedang duduk diam menonton pertunjukan live pergelutan dua orang emak. Ah... Lebih tepatnya satu orang yang menatap polos aksi bar-bar tersebut tanpa berkedip.
"Yor... Apa kita harus memisahkan mereka berdua? " tanya pemuda berambut merah sambil memangku dagunya, tak lupa backsound pertengkaran yang masih terdengar dan bertambah memanas dengan ditambah acara jambak-jambakan. Sungguh seperti ibu-ibu yang rebutan diskonan 15%.
Rekannya yang sedang duduk santai di sampingnya hanya melirik sebentar dan melanjutkan membaca buku yang ada digenggamannya, ia membalikkan halaman buku itu dan memasang raut datar.
"Biarkan saja. Toh nanti juga berhenti sendiri. Kau tahu kan bagaimana 'ganasnya' mereka saat seperti itu? "
Riku mengganggukkan kepalanya mengerti dan kembali menatap pertengkaran yang semakin bar-bar. Ia lalu menggangkat bahu tak peduli.
"Yah.... Anggap saja hiburan"
Tangannya terangkat mengambil secangkir teh yang tersaji dihadapannya lalu meminumnya dengan pelan. Tak menghiraukan dua orang pemuda yang masih asik adu mulut dan adu otot. Entah apa yang mereka perdebatkan Enthor sendiri tak paham dan tidak ingin memahaminya karena Enthor sendiri juga tak mau memahaminya.
... Ketikan gabut macam apalagi ini :')
Maafkan bila humor tak sampai, ini Enthor juga mengumpulkan sisa-sisa humor yang lari-lari :')
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com