Kalo bukan...
"Nah... Udah selesai mberi pakan makhluk jejadian sekarang tinggal nyantuy~"
Mitsuki duduk manis di sofa ruang tengah asrama ainana pada pagi itu. Ditemani secangkir teh melati dan biskuit kukula emak tau sendiri, ia menonton televisi yang menayangkan acaranya.
Setelah lelah menjadi emak jejadian setiap hari demi menghidupi makhluk-makhluk titipan tuhan, ia Akhirnya menikmati hari minggu tanpa teriakan atau lengkingan bahkan suruhan dari siapapun.
Ah... Sungguh hari libur yang indah.
Mitsuki menonton tv sesekali menyeruput nikmat teh hangatnya tak lupa menggigit biskuitnya.
"Nii-san... "
Mitsuki menolehkan kepalanya menuju sumber suara. Iori berdiri di samping sofa. Mitsuki menatap bingung Iori yang berpenampilan rapi seperti akan keluar.
"Iori kau mau kemana? "
Iori berdehem sebentar seburat merah muda muncul di wajahnya.
"Ehem- Nii-san aku akan pergi ke toko buku. Ada buku yang ingin aku beli"
Mitsuki menatap jahil adik yang baginya masih imut ini. Alisnya terangkat sebelah dan ia meletakkan sebelah tangannya di bawah dagunya dengan beralaskan senderan tangan.
"He~ jadi adikku yang tampan ini ingin membeli sebuah buku... Ternyata kamu sudah besar ya~"
Merasa konek dengan maksud kakaknya, muka Iori segera berubah menjadi merah.
"Bu-bukan itu maksudku! Aku tidak akan membeli buku seperti itu! "
Mitsuki masih menatap jenaka adiknya. Mukanya terlihat sangat bersemangat untuk menggoda Iori.
"Beneran~ kalo mau belipun tunggu setahun lagi ya baru boleh beli, nanti Nii-chan temenin~"
"Ukh- Nii-san!!! "
Mitsuki tertawa lepas karena berhasil menjahili adiknya yang memegang teguh sikap cool . Sementara Iori mati-matian meredakan wajah memerahnya. Ingin Iori memukul wajah kakaknya yang tertawa lepas itu. Seneng banget ya jailin adek sendiri batinnya.
Mitsuki segera menghentikan tawanya setelah merasakan hawa 'ingin menabok abang sendiri' dari Iori. Tangannya terangkat menghapus bulir air mata yang terkumpul di ujung matanya. Lalu iapun berdiri dari duduknya dan mematikan tv dengan remot yang dilemparkan ke tvnya/ gakgak.
Setelah mematikan tv, Mitsuki berkacak pinggang sambil menatap tajam adiknya. Ditatap tajam oleh kakaknya sendiri, Iori sedikit ketakutan. Serem uy... Dipelototin kakaknya tanpa kedip... Jadi kayak suzanna gak diberi sate kakaknya ini.
"Gak boleh! "
Iori menatap kaget kakaknya yang tiba-tiba membentaknya. Tadi ketawa-tawa kayak orang sarap terus sekarang galaknya ngalahin Tamaki pas gak diberi sajen. Ni kakaknya pms apa gimana sih? Heran hamba batinnya.
"Kalo bukan abang yang nganterin~ awokawokawok"
Seketika wajah ketakutan Iori berubah menjadi datar.
'Korban iklan ternyata... '
Iori segera melimpir meninggalkan kakaknya yang masih ketawa kayak orang ayan. Dah males dia.
"Eh! Eh Iori tungguin abangmu ini! Becanda oy jangan marah dulu! "
Berasa ingin kayang ditenggah jalan tol dirinya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com