Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

Ya mungkin lah!

Lanjutan chapter 'gak mungkin'
Happy reading~

•••

"Gi-gimana ini Iori!! Huaaa!! " rengek Iori sambil menggoyangkan tubuh Riku kedepan dan kebelakang.
"Na... Nana... Se... -San... Tolong... Hentikan... Se... Be... Tar... " ucap Riku dengan terbata karena saking kerasnya Iori menggoyangkan tubuhnya.

"Iori! Eh- maksudku Riku! Berhenti dulu, dong. Kasihan Riku eh- salah- maksudku Iori. Dia bukan pohon yang lagi berbuah! " ucap Mitsuki dengan beberapa kali typo didalamnya karena kebagonggan keadaan yang terjadi. Tenn yang menatap kejadian tak masuk akal dihadapannya itu memijit pelan tulang hidungnya yang entah mengapa berdenyut nyeri.

Mitsuki berusaha menghentikan Iori yang masih gencar menggoyangkan tubuh Riku. Rikunya? Hamdalah cuma mangap-mangap kek ikan koi. Jangan lupa rengekan dan air mata tak kasat mata turun dari mata kelam Iori yang tertutup kelopak matanya. Merasa lelah dengan suara yang dikeluarkan Iori, akhirnya Tenn angkat bicara,
"Bisa hentikan rengekan menyebalkanmu itu! " ucap Tenn sedikit berteriak.

Ucapan dari Tenn sukses membuat Iori terdiam. Iori lalu melepaskan kedua tangannya dari tubuh Riku yang sudah kehilangan setengah nyawanya karena tidak sengaja diblender manual olehnya.

Segera Mitsuki mengambil alih tubuh Riku yang berisi jiwa adik semata wayangnya itu.
Pemuda berambut navy dengan poni belah tengah itu berbalik menghadap Tenn.

Iori menatap melas Tenn dengan mulut mayun kedepan.
"Tenn-nii kok gitu... Udah gak sayang Riku, ya? "

"HOKK-"
Tenang, bukan Tenn kok yang keselek. Itu Mitsuki yang kini bergabung kealam Riku dan ikut tergeletak nista disamping tubuh Riku yang sudah ia letakkan dilantai berlapis karpet diasrama ainana.
Iya... Memang bukan ditunjukkan buat dirinya ekspresi itu tapi serangan yang dilancarkan malah mengenai dirinya. Yap. Salah sasaran tembakan.

Tenn terbengong-bengong dengan nista menatap wajah melas yang terpasang diwajah Iori yang biasanya datar. Tidak mendapat respon, Iori mengoyangkan tubuh Tenn dengan rengekan yang keluar dari mulutnya.
"Tenn-nii!! " rengeknya.

Seakan tersadar oleh sesuatu, Tenn melototkan kedua bola matanya.
"IZUMI IORI- "
"Aku Riku, Tenn-nii!!! "
Tepukan ringan dilakukan didahinya sendiri, maunya di jidat lebar orang didepannya. Tapi ia sadar jika isi didalamnya bukanlah orang yang ingin ia tabok.

"Iya. Maksud kakak gitu" kata Tenn singkat.
Tenn mengerutkan dahi dengan memasang pose berpikir.

"Izu- Riku, coba kamu ambil teflon milik Izumi Mitsuki" perintah Tenn sambil menunjuk beberapa peralatan masak yang tergantung di dinding.
Dengan patuh Iori mengambil salah satu teflon dan kembali kehadapan Tenn.

"Sudah Tenn-nii~"

Rasa geli dan merinding selalu dirasakan Tenn ketika Iori memanggilnya dengan panggilan yang biasanya digunakan oleh Riku. Namun ia harus menepis segala rasa geli itu sekarang. Yang terpenting ia harus mengeluarkan adik tersayangnya dulu dari tubuh nista yang ada dihadapannya.

"Sekarang coba pukulkan ke kepalamu"
"Okey~"
"EH! NGAWUR KAU KUJOU! KALO KEPALA ADEKKU BOCOR GIMANA?! "

Teriakan nista terdengar dari seorang pemuda berambut senja, Mitsuki. Dengan posisi ngesot ia berteriak untuk menghentikan tindakan anarkis yang akan dilakukan Riku kepada tubuh adikknya. Batinnya merana sebab dengan patuhnya Riku melakukan perintah tak masuk akal dari Tenn.

"Nanti bisa ditembel kok, Mitsuki. Tenang saja! " balas Iori dengan riang gembira tanpa beban.
Tenn mengangkat sebelah bibirnya. Wajah pongah tergambar jelas diwajahnya.

Mitsuki membolakan kedua matanya sekali lagi ia berteriak untuk menegakkan keadilan dan melepaskan tubuh adiknya dari belenggu penistaan kedua kembar tak identik dihadapannya. Walau yang satu cuma isinya.

"KEPALA IORI BUKAN BAN MOTOR YANG BISA DIBOCORIN DAN DITEMBEL SESUKA HATI, DEDEKNYA KUJOU-"
"Lo? gak bisa ditembel berarti? "

Mitsuki memasang wajah ingin menangis mendengar pertanyaan polos Riku. Ia menutupi wajahnya dengan posisi tetap ngesot uye.
"Ya gak bisa gitu... Riku... " jawabnya dengan nada pasrah.

"Ya sudah begini... "

Kedua orang mengalihkan perhatiannya kearah Tenn. Dengan senyum lebar ia melanjutkan ucapannya.
"Nanti biar kakak yang njedotin kepala kamu ke dinding. Gak sakit kok, tenang aja~ "

Binar bahagia terlihat dikedua mata kelam Iori, segera ia meletakkan sebelah tangan Tenn dikepalanya.
"Yuk. Coba jedotin, Tenn-nii! " ucap Iori dengan riang gembira seperti anak gembala.

"HEH! ITU KEPALA, YA GUSTI!! JANGAN NGAWUR KUJOU!!! KALO ADEK GUE BEGO GIMANA?!! "
"Berarti bisa nemenin Riku, Mitsuki! "
"JANGAN IKUTAN NGAWUR KAYAK MASMU YA, RIK- "

Tenn tertawa riang dalam hati. Puas dirinya melihat Mitsuki tersiksa batin. Plus ia bisa menistakan Iori yang baginya songongnya minta ampun. Jarang-jarang kan ia bisa menyiksa kedua kakak beradik itu sekaligus.

"Kalo gak dicoba gak bakalan tahu, Mitsuki! Bisa aja nanti-"
Perkataan Iori terputus. Ia sedikit oleng dan segera ditahan kedua lengannya oleh Tenn.
Sebelah tangan Iori memijit pelan dahinya yang berkerut, meredakan rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang kepalanya. Bulir keringat memenuhi dahinya yang semakin berkerut.

"Kamu tak apa, Riku? " tanya Tenn dengan raut khawatir.
Mitsuki yang ingin berdiri untuk lebih melihat kondisi Riku ditubuh adiknya seketika terhenti dan kembali ngesot. Rasa nyeri dipunggungnya menghentikannya. Dengan air mata disudut pelupuk matanya, Mitsuki mengangkat kepalanya dengan tubuh bergetar.

"Jo. Tolongin gue... Encok, nih... "

Tenn menatap Mitsuki yang mengharap pertolongan darinya.
"Bentar. Adek gue lagi kesusahan" tolaknya tanpa rasa bersalah.
Mitsuki memicingkan mata walau wajah menahan sakit masih terlihat.
"Lah. Itu kan adek gue"

'Lah(2) iya juga'

"Ah! Gak! Gak! Kan isinya adek gue, oren! " teriak Tenn ngegas.
Mitsuki merotasikan kedua bola matanya,
"Iya bener isinya adek lu, tapi kan casing nya adek gue, merah muda... "

'Lah(3)? '

"Tapi kan-"

Kembali atensi kedua kakak beda generasi itu teralih. Iori yang berada didekapan Tenn tiba-tiba kehilangan kesadarannya yang mengundang kepanikan keduanya.
"Riku! Bangun dedekku!! " panik Tenn sambil menepuk ralat menabok keras pipi Iori yang telah kehilangan kesadarannya.

"Heh! Pipi unyuk adek gue jangan lu tabok- DOH! PUNGGUNG! "
Bunda Mimit nanti minta urut Nagi ya '-'

Tenn masih setia menabok-nabok penuh semangat pipi Iori. Ia menaikkan kedua alisnya. Lalu segera mengangkat kedua tangannya, membiarkan tubuh Iori terjatuh karena gravitasi dan mendarat dilantai dengan suara 'gedebuk' yang syahdu.

"KUJOUU!!! ADEK GUE BUKAN BOLA BEKEL!! " teriak Mitsuki kembali. Pengennya mau mengamankan tubuh adeknya, tapi apa daya mau bangun rasanya kayak patah punggungnya. Tadi kenapa juga dia jatuh dengan tak elitnya. Batinnya merana.

"Jadi setelah ini kita ngapain, Izumi Mitsuki? " tanya Tenn sambil menyilangkan kedua lengannya.
Mitsuki menumpukan wajahnya dengan sebelah tangan dengan raut datar.
"Bisa tolongin gue, Kujou? " balasnya.

Tenn berlalu sambil sedikit menggeser posisi tubuh Iori yang menghalangi jalannya.
"Pulang, ah... " jeplaknya tanpa rasa bersalah.
Mitsuki melemparkan bantal sofa yang tergeletak disampingnya dan sukses mengenai kepala Tenn.

Tenn menoleh kebelakang dengan urat dahi yang muncul, alisnya berkedut pelan.
"Tolongin gue dulu, sipit! " teriak Mitsuki yang sudah lelah dengan semua kebangongan ini.

Tenn menipiskan bibir dengan ogah-ogahan ia menghampiri Mitsuki dan berjongkok disampingnya. Sebelah tangannya ia ulurkan kearah pemuda berambut senja itu.
"Buruan! " perintahnya.

Mitsuki dengan raut kesal menerima uluran tangan Tenn, mau nabok tapi nanti gak ditolongin.
"Iya.. Sab-"

Tenn membolakan kedua matanya saat melihat Mitsuki ambruk kelantai. Wajahnya panik dengan kedua tangan menggoyangkan sedikit keras tubuh Mitsuki.
"Hoi, Izumi Mitsuki! Lu gak papa?! Hoi?! "

Respon tak didapatnya, kedua kelopak mata Mitsuki tetap tertutup tanpa niatan terbuka.
"Izumi Mitsuki! Bangun heh! Jangan ikutan ngelag kek adik-adik kita!! " teriak Tenn sekali lagi dengan menepuk-nepuk pipi tembam Mitsuki.

Tenn membuang nafas frustasi. Ia mengangkat poninya keatas. Berusaha meredakan kepanikannya yang memuncak.
Hingga rasa sakit tiba-tiba menyerang kepalanya. Refleks ia memegang kepalanya. Kedua bola matanya menutup, berusaha meredakan nyeri yang menusuk-nusuk kepalanya.
Ringisan dikeluarkan olehnya, lalu tak lama kegelapan merenggut kesadarannya.

•••

"Ni-"

"Nii-san-"

"NII-SAN!! "

Teriakan membuat kedua bola mata sewarna senja itu refleks membuka. Tepat diatasnya terlihat wajah Iori yang memandangnya dengan raut khawatir bercampur lega.

"Syukurlah Nii-san baik-baik saja. Aku terkejut saat bangun dan melihat kalian bertiga ikut pingsan disini" ucap Iori sambil membantu kakaknya duduk.
Mitsuki terdiam dengan raut wajah tak bisa dijelaskan.

Riku yang sudah bangun ikut menganggukkan kepala dengan semangat. Ia mengelus pelan rambut Tenn yang masih pingsan dipangkuannya.
"Huum. Untungnya kita kembali ke tubuh kita- Ah! Tenn-nii! Kamu sudah siuman?! "

Tenn dengan pelan Membuka bola matanya, ia memandang wajah berseri Riku dengan pandangan sayu.
"Riku... " panggilnya dengan lirih.
"Iya, Tenn-nii? " jawab Riku sambil mengelus rambut merah muda kakaknya.

"Kok Tenn-nii? Aku kan Mitsuki? "

Senyum dan wajah berseri Riku berganti wajah horor dengan bola mata melotot. Ia segera menoleh kearah Iori yang ikut memandangnya horor.
Riku mengalihkan pandangannya kearah Mitsuki yang memijat pelan dahinya.

"Te-Tenn-nii? " panggilnya ragu.

Mitsuki dengan helaan nafas lelah nan frustasi menatap balik Riku.
"Ya. Riku? " jawabnya.

Teriakan dikeluarkan oleh Riku.
Tenn segera duduk dengan wajah panik. Ia menoleh kearah Mitsuki dengan mulut membuka dan menutup.
Senyum pasrah dilemparkan oleh Mitsuki. Ia ikut lelah dengan semua ini. Tenn menjambak pelan rambutnya. Menyalurkan rasa kesal dan frustrasi yang memenuhi kepalanya.

'Oalah. Karpet ' umpat keduanya secara bersamaan.

______________________________________

Buset... Ketikan gaje sampai sepanjang ini '-'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com