Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua; Satu Lagi Rahasia

Kaca jendala mobil terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya berambut merah. Kedua matanya terfokus ke sepasang muda mudi yang duduk di bangku depan minimarket. Tampak sepasang kekasih sedang menikmati es krim dengan saling suap.

"Siapa gadis itu?" Pertanyaan Masaomi merujuk pada si gadis berambut hitam bergaya twintail dengan aksesoris bando telinga kucing. Sementara yang lelaki tak perlu ia pertanyakan lagi karena darah dagingnya sendiri, Akashi Seijuro.

Tak butuh waktu lama untuk berpikir, sopir kepercayaannya itu langsung menjawab, "Dia Nakano Nisha, atlet sprint perwakilan Rakuzan. Dia satu angkatan dengan Tuan Muda."

Masaomi masih menatap sepasang muda-mudi itu dengan lekat-lekat. Mereka sama-sama tampak bahagia. Mata Masaomi berkaca-kaca. Setelah sekian lama, ia bisa melihat putra semata wayangnya tertawa lepas seperti itu lagi. Sepeninggal Ibunya, Seijuro seakan lupa caranya mengukir senyum.

"Cari tahu lebih banyak tentangnya. Dia dari keluarga mana, dia berkepribadian seperti apa, bahkan semua track record-nya, aku perlu tahu," perintah Masaomi.

"Baik, Tuan."

✨⭐✨

Tak butuh waktu lama, dokumen tentang Nisha sudah berada dalam genggamannya. Di meja kerjanya, Masaomi membaca informasi itu dengan saksama.

Setelah puas membaca dan menelaah, Masaomi meletakkan dokumen itu, lalu menyesap secangkir tehnya.

Inti dari laporan itu adalah: Nakano Nisha adalah gadis berdarah Okinawa dari golongan menengah. Dua tahun lalu, keluarganya pindah ke Kyoto karena pekerjaan. Nisha merupakan anak bungsu dari dua bersaudara.

Gadis itu dikenal sebagai sosok yang periang, emosional dan ambisius. Payah di akademik, tapi sangat menonjol di bidang olahraga lari sprint dan kepenulisan. Beberapa kali ia mengharumkan nama Rakuzan.

Dari informasi yang dikulik, rekam jejak Nisha bisa dibilang bersih. Gadis itu sangat berprestasi dan tidak pernah membuat skandal berbahaya apa pun. Hanya saja, ada rumor yang mengatakan bahwa Nisha menjalin hubungan backstreet dengan Akashi Seijuro, yakni putra dari Masaomi sendiri.

Masaomi memandang foto Nisha. Bibirnya mengurva, dan menggumam, "Bagus, akan kugunakan kau sebagai pionku."

Terdengar suara ketukan pintu. Masaomi segera menyembunyikan segala hal tentang Nisha dan menyahut, "Masuk."

Pintu terbuka. Dengan malu-malu, Hoshinori melangkah masuk untuk menuju ke meja Masaomi. Wanita itu menyerahkan sebuah berkas dengan map biru dan berkata, "Aku perlu tanda tanganmu di berkas ini, Masaomi-kun."

Ya, Shii sekarang menjabat sebagai sekretaris pribadi Akashi Masaomi.  Karena hubungan mereka bisa dikatakan sudah cukup jauh, Masaomi jadi sukar untuk berjarak dengan wanita itu. Walhasil, Shii pun diboyong ke perusahaan ini.

Kendati begitu, karir Shii sebagai seniman tidak berakhir begitu saja. Shii tetap menerima pesanan dan mengunjungi Galeri Seni Kitayama saat libur.

Masaomi menerima berkas itu, membaca sebentar lalu menandatanganinya. Namun, ia tak langsung menyerahkannya pada Shii kembali.

"Duduklah di sini sebentar, tidak perlu buru-buru."

"Baiklah."

Peka akan Masaomi yang ingin menahannya lebih lama, Shii beranjak untuk mengunci pintu dari dalam. Saat dirinya hendak berbalik badan, ternyata Masaomi sudah berdiri tepat di belakangnya.

Dipagut mesra daksa wanita itu, lantas menempatkan kepala di ceruk lehernya. Shii merasa merinding ketika Masaomi mengendus aroma tubuhnya.

"M-Masaomi-kun ...," lirih Shii dengan wajah memerah.

"Kau masih saja malu."

Masaomi melepaskan wanita dalam kungkungannya itu, lalu mengangkatnya dengan gaya pengantin. Shii ingin terpekik saking kagetnya, tapi suaranya hanya tertahan di kerongkongan. Bahaya kalau ada yang mendengar.

"Aku punya kabar baik," kata Masaomi, matanya menatap Shii dalam-dalam.

"Apa itu?"

"Aku ingin kau menebaknya. Kalau tidak bisa, akan ada hukuman buatmu."

"Proyek baru? Anakmu juara lagi? Keuntungan perusahaan meningkat pesat?" Shii mengeluarkan apa saja yang terlintas di pikirannya.

"Bukan semua."

"Apa kau menemukan harta karun One Piece?" Shii menerka dengan ngawur karena frustrasi.

"Itu mustahil."

Shii mendengkus sebal. "Hahh ... aku menyerah."

Karena Shii telah mengibarkan bendera putih, Masaomi pun melancarkan aksi hukuman 'manis"-nya. Kedua bibir mereka bertemu, lalu menyatu dalam gairah romansa.

"Sebentar lagi, hubungan kita bukan lagi rahasia."

✨⭐✨

"Jangan dulu pergi, Seijuro."

Akashi muda yang sudah berdiri dari kursinya kembali mendudukkan diri. Tilikan mata heterokrom merah-emasnya terpusat pada diri sang Ayah, mencoba menerka hal penting apa yang akan dibincangkan pada agenda makan malam ini.

"Bagaimana sekolahmu? Apa yang kau lakukan selama di sekolah?"

Ah, klise sekali. Seijuro telah menerima pertanyaan repetitif itu sejak kelas 5 SD.

"Seperti biasa. Belajar, latihan basket, mengurus OSIS, memainkan shogi dan kadang-kadang latihan memanah."

"Cuma itu? Kau tidak berpacaran?"

"Tidak," jawab Seijuro secara spontan agar tak kentara jika berkilah. Walau sebenarnya, pacuan jantungnya terasa abnormal.

Siapa yang memberitahunya?

"Lalu, siapa Nakano Nisha?" Masaomi masih terus menginterogasi.

Bahkan sampai menyinggung namanya?

"Teman sekolahku. Ada apa menanyakannya?" Wajah tenang Seijuro kini sudah kentara cemas. Dia yang paling tahu ayahnya punya power yang besar. Bukan tidak mungkin jika rahasianya sudah diketahui. Sumpah demi apa pun, Seijuro tidak akan memaafkan siapa pun yang membocorkan ini.

"Temanmu atau temanmu?"

Jika sudah begitu, maka tak ada pilihan lain selain mengaku. Seijuro meremas bajunya dengan erat. "Nakano Nisha adalah kekasihku. Puas?"

"Harusnya sedari awal kau jujur, Seijuro."

Heterokrom milik Akashi muda memandang ayahnya dengan nyalang. Seijuro sudah tahu skenario terburuk dari terungkapnya rahasia ini. Pastilah Ayahnya itu sangat menentang keras hubungan mereka karena dianggap tak setara.

"Aku sudah tahu apa yang ada dalam kepalamu. Kuperingatkan untuk jangan pernah menyentuhnya walau hanya seujung kuku. Awas saja." Seijuro menantang Ayahnya tanpa rasa takut lagi. Persetan dengan itu, takkan ia biarkan Nisha tersakiti.

"Aku tidak akan melakukan apa-apa pada kekasihmu itu."

Dahi Seijuro mengerut.

Masaomi mengulang perkataannya dengan lebih jelas.
"Ya, aku tidak akan menentang hubunganmu. Sebagai gantinya, kau juga tak berhak menentang keputusanku.'

Seijuro mendengkus kesal.

"Dari kecil aku sudah belajar dengan keras, meraih banyak kemenangan dan menuruti segala keegoisanmu. Mari kita lihat, apa lagi yang kau inginkan. Setir saja hidupku sesukamu, asal jangan pernah memisahkan aku dengan Nakano Nisha."

"Bicaralah dengan lebih sopan kepada ayahmu!" tegur Masaomi dengan murka.

"Aku muak." Seijuro bangkit dari duduknya. "Mengapa aku tidak memiliki kebebasan atas hidupku sendiri?"

Ruang makan ditinggalkan. Masaomi menatap punggung anaknya yang sudah mengecil itu dengan nanar. Wafatnya sang Nyonya rumah ini membawa dampak besar, salah satunya membuat hubungan antar ayah dan anak ini merenggang.

Masaomi juga meninggalkan ruang makan untuk beristirahat di kamarnya. Fisiknya lelah, batinnya juga. Saat dirinya ingin memejamkan mata, terdengar suara lembut seorang wanita yang membuat dirinya terlonjak kaget.

"Anata."

"S-Shiori?"

Shiori, lebih tepatnya Akashi Shiori. Wanita berparas ayu itulah sosok Nyonya rumah ini. Dirinya tengah duduk di pinggir ranjang. Wajahnya tersenyum kepada Masaomi dengan begitu lembut.

Entah itu ilusi, hantu atau apa pun itu, Masaomi tak peduli. Dirinya secara spontan memeluk wanita itu dengan erat, meluapkan kerinduannya selama bertahun-tahun. Sudah lama sekali ia tak berjumpa dengan cinta pertamanya.

"Aku senang kalau kamu sudah bahagia."

Perkataan mendiang istrinya itu membuat Masaomi tertunduk malu. Masaomi merasa itu bukan kalimat kebahagiaan, tapi sindiran belaka.

"M-maaf ...," ucap Masaomi dengan lirih.

"Tak perlu merasa bersalah, kamu memang berhak melanjutkan hidupmu. Aku yang harusnya minta maaf karena tak sanggup menemanimu sampai tua."

Air mata merembes keluar dari mata tajam milik Masaomi. Perkataan wanita itu sangat menggores hatinya. Setelah mendengar betapa baiknya kata-kata yang keluar dari mulut Shiori, Masaomi jadi amat sangat tak enak hati untuk memulai hidup baru.

"Jangan berkata seperti itu, aku jadi malu dengan tindakanku sendiri." Dibelai lembut pipi wanita itu. "Hatimu sangat besar. Aku semakin yakin kalau kau bidadari yang kembali pulang ke langit, Shiori."

"Iie, iie. Itu terlalu hiperbola," elak Shiori. "Sungguh, anata. Aku tidak keberatan. Hoshinori-san itu wanita yang baik dan tulus. Kau memilih teman hidup yang tepat."

Masaomi tertegun. Dirinya belum bisa memproses hal ini. Di satu sisi, ia malu ketika mendiang istrinya datang di saat merasakan jatuh cinta dengan wanita lain. Di sisi lain, hatinya merasa lega, tak ada lagi yang mengganjal.

"Satu lagi pesanku untuk kamu. Untuk memulai hubungan yang baik dengan Sei-kun, turuti saja apa maunya. Walau mungkin bagimu tak setara, tapi kekasihnya itulah yang membuat hidup anak kita lebih berwarna. Tolong terimalah Nakano-chan dengan sepenuh hatimu. Dan sampaikan pada Sei-kun, semoga dia selalu bahagia, Ibunya selalu menyayanginya."

Masaomi mengangguk. "Aku mengerti."

Imajiner Shiori mengecup bibir suaminya sebelum pamit undur diri.

"Sayonara, suamiku. Kupastikan kita akan berjumpa lagi di kehidupan selanjutnya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com