☐❜ : dark side ♡ྀ࿐ ˊˎ-
Bahkan pengacara kecil sepertinya harus dihadapkan pada kasus yang mana nama seorang Min Akazumi menjadi jaminannya.
Akazumi masih dengan lamunannya seraya menatap lurus ke arah televisi yang ada di setiap sudut supermarket tersebut sampai-sampai ia terkejut, ketika mendengar seorang anak kecil yang tak lain adalah Jiro yang berkata, "Wah, apakah mereka baru saja menyebut nama Okaa-san? Nee, Nii-chan? Sugoii! Akhirnya Okaa-san bisa dikenal banyak orang!" Pria kecil itu berkata dengan wajah polos yang membuat Akazumi bingung harus menanggapinya bagaimana dan seperti apa.
Karena tidak salah jika anak asuhnya bermaksud mendukungnya, meski mereka belum namun lebih tepatnya tidak tahu sisi gelap dari pekerjaannya sebagai seorang pengacara bergaji rendah.
Beruntunglah Ichiro menjawab terlebih dahulu, "Hum! Itu benar, Jiro!" Jawabannya begitu semangat. Membuat Akazumi merasa jika semuanya baik-baik saja dan dapat ia lalui perlahan.
Namun, tiba-tiba, Ichiro menundukkan kepala. " ... Tapi, itu dari rumor. Rumor itu sesuatu yang buruk. Aku takut-"
"Hee, mana mungkin! Bagaimanapun, ini adalah kesempatan baik untuk Akazumi kaa-san!" Jiro menyanggah ucapan negatif sang kakak.
Meski begitu membuat Akazumi jadi kepikiran juga.
"Umm, Okaa-san ... ?" ucap sebuah suara kecil nan imut yang berasal dari Saburo itu menarik perhatian Akazumi. "Daijoubu? Kalau tidak, lebih baik besok mengambil libul lagi saja! Bekelja tellalu kelas itu tidak baik, loh!" tambahnya dengan wajah polos dan berapi-api di saat bersamaan saking khawatirnya dengan sang ibunda.
"Hah?! Jangan ngomong sembarangan, Saburo! Okaa-san perlu bekerja demi namanya dan kita juga!"
"Berisik, Jilo! Kau memaksa Okaa-san!"
"S-sudahlah, kalian berdua."
Melihat tiga anak asuhnya yang ia asuh baru-baru ini membuatnya merasa terharu dan bersalah di saat bersamaan, ketika keadaannya memaksa mereka untuk dapat mendukungnya. Padahal, ini masalahnya. Seharusnya, Akazumilah yang mendukung mereka. Jadi, pilihan terbaik apa untuk situasi rumit yang mengguncang ketenangan keluarga kecilnya?
Bahkan jika dilihat di sekitar pun banyak dari pada pengunjung supermarket ini yang menonton berita tersebut dan bahkan mungkin ada beberapa dari mereka yang mencari kebenaran atau rumor itu di media massa secara langsung. Beberapa dari mereka malah mulai membisikkan tentang sesuatu dari Akazumi setelah melihat dia berada di supermarket tersebut.
Sungguh pemicu kegaduhan yang Akazumi benci seumur hidup.
Tapi, mau tidak mau, Akazumi menerima pekerjaan tantangannya itu untuk menghajar siapapun yang dengan sembarangan menyeret namanya ke dalam suatu kasus bodoh seperti sekarang. " ... Daijoubu yo." Akazumi mulai berucap, kemudian menyamakan tingginya dengan Yamada bersaudara. "Ini sudah menjadi bagian dari pekerjaan Okaa-san. Toh bukan karena karier, tapi Okaa-san ingin melakukannya demi kalian yang telah mendukung Okaa-san!" tambahnya dengan senyum yang menutupi segala lara dalam hati yang bercampuk aduk rasanya.
Senyum bahagia terlukis indah di wajah Yamada bersaudara seketika. "Kami ada untuk Okaa-san!" seru mereka bersamaan.
Apakah mereka akan tetap seperti itu meski suatu saat nanti akan mengetahui kebenaran di balik pekerjaannya sebagai seorang pengacara? Sisi gelap tidak akan mudah diterima oleh siapapun jua.
Ruangan remang-remang yang memang sengaja diminimkan cahayanya, aroma alkohol yang menyeruak begitu kuat bagi hidung yang terbiasa, beberapa orang yang sudah ambruk karenanya, serta para wanita yang menari dengan bebas dan vulgar di lantai dansa itu membuat Akazumi risih berada di tempat yang sangat, sangat tak ia suka. Club yang menjadi tempat ia berada sekarang untuk pertemuannya bersama dengan kliennya itu sungguh menjijikkan isinya.
Namun, tak seorang pun yang tahu apa yang mereka lalui dalam hidup, bukan? Akazumi menghentikan pikiran negatifnya seketika dan mencoba tenang sampai melihat batang hidung kliennya di depan mata.
"Ah, di sini kau rupanya." Salah seorang pria dari banyaknya pengunjung yang berdesakan itu datang menghampiri Akazumi dengan langkah yang sempoyongan. "Aku sudah mencarimu ke mana-mana," tambahnya sambil meneguk wine langsung dari botolnya.
Seketika membuat Akazumi bergidik ngeri. "Ck, sial, dia mabuk," batinnya risih.
"Ayo, ke tempat biasa," ajak pria yang merupakan klien Akazumi tersebut yang nampaknya masih setengah sadar dari mabuk.
Akazumi hanya mengangguk, kemudian mengikuti kliennya tersebut, namun menjaga jarak serta meningkatkan kewaspadaan agar sesuatu yang buruk tak terjadi padanya hanya karena efek mabuk seorang kliennya.
Ketika sampai di tempat biasa, pria tersebut melemparkan sebuah berkas pada Akazumi begitu saja, kemudian meneguk kembali winenya. "Aku yakin kau sudah melihat berita pagi ini. Jadi, tidak usah basa-basi lagi, aku ingin kau membuatnya bersalah di hadapan hakim," ucapnya sambil menunjuk Akazumi dengan botol kaca winenya.
Sementara Akazumi yang kelabakan mengambil berkas yang dilempar kliennya secara tidak sopan itu pun membelalak tak percaya. "Jangan-jangan ... ini ... " Akazumi melihat ke arah berkas yang kini berada di tangannya. Ia ingin membukanya segera, namun terhenti kala sebuah benda berat menimpa kepalanya. Ia melihat ke atas secara perlahan dan mendapati wajah marah kliennya yang sudah siap dengan botol kaca dari wine yang diminumnya.
" ... Lakukan apa yang kuperintah kalau tidak ingin kepalamu pecah."
Akazumi hanya bisa terdiam dengan mulut yang terbuka. Tak kuasa mengeluarkan sepatah kata saking tegangnya. Ia tidak mau merenggang nyawa hanya karena pekerjaannya yang membawanya pada dosa.
To Be Continued
Story By LadyIruma
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com