00. Monitoring
‼️WARNING‼️
BxB, kata tak baku, OOC, typo bertebaran, yandere behavior, incest(?), disturbing scene
.
Note bisa dibaca di akhir.
.
"Terima kasih semuanya! Ini adalah hari terbaik dalam hidupku, bisa tampil di depan kalian semua seperti ini!"
"BENAR! BENAR! AKU SAYANG KALIAN SEMUA!! Chu~!"
Gemuruh teriakan para penggemar langsung terdengar dalam stadion tempat kedua virtual idol tersebut menyelenggarakan konser pertama mereka menggunakan 3D model. Kerja keras mereka benar-benar terbayarkan dalam momen ini. Adik mereka yang menonton dari backstage pun turut senang melihat kedua kakaknya yang berhasil memukau seluruh penonton.
Konser pun selesai setelah mereka selesai membawakan original song mereka dan beberapa cover. Kedua idol tersebut berterima kasih kepada seluruh penonton dan orang-orang di backstage yang juga sudah mendukung mereka. Mereka pun pulang dengan pegal-pegal yang terasa di selujur tubuh mereka.
Kesuksesan mereka pun juga diberitakan di televisi.
Halilintar Thunderstorm dan Taufan Hurricane. Siapa yang tidak kenal dengan 2 Virtual YouTuber pria ini? Menjadi simbol kesuksesan Vtuber pria di negara mereka, Halilintar berhasil meraih angka 4 juta subscribers di channel pribadi nya sementara Taufan menyusulnya dengan 3,5 juta subscribers.
Uniknya, mereka ini bukan vtuber agensi. Bisa membangun fanbase sekuat itu dan konser sebesar itu tanpa bantuan agensi merupakan hal yang sangat mengagumkan. Untuk itu, berterima kasihlah kepada Gempa, adik dari Halilintar dan Taufan selaku manajer dari mereka berdua.
Pada awalnya Hali dan Taufan juga mengajak Gempa untuk ikut menjadi vtuber, tapi Gempa menolak, bersikeras untuk menjadi manajer mereka ketimbang ikut tampil di depan layar. Meskipun begitu, Gempa sendiri juga punya model vtubernya sehingga ia cukup dikenal oleh para penggemar sebagai friend A atau A-kun. Ia juga lah yang mengatur kontrak Hali dan Taufan dengan para sponsornya.
Ku rasa sudah cukup dengan penjelasan mereka bertiga, mari kita beralih ke Hali yang sudah tepar dengan banyaknya salonpas yang menempel di tubuhnya. Padahal ini sudah berjalan 2 hari setelah konser tersebut diadakan, tapi rasa lelahnya tentu masih belum menghilang.
"Capek gila.."
Gempa yang melihat kakak tertua nya itu pun tertawa kecil, "jangan tepar dulu kak, kakak belum re-take untuk cover Stellar Stellar kemarin."
Hali menghela nafasnya, "yang bener aja.."
"Semangat, Kak! Kakak pasti bisa ngebawain lagu itu dengan keren! Suaranya Suisei* emang indah, tapi aku suka banget sama suara ikemennya Kak Hali~" ujar Taufan sambil membuat teh hangat untuk dirinya sendiri.
"Jangan samain aku sama penyanyi pro gitu dong.. mending kerjain project Minecraft mu sana!" balas Hali yang merendahkan dirinya, merasa ia tidak bisa disejajarkan dengan penyanyi pro itu.
"Duh, jangan diingetin dong, kak! Baru juga istirahat beberapa hari, masa udah disuruh nguli sih?" ujar Taufan balik sambil meminum teh hangat yang ternyata masih sangat panas itu.
"Ngomong-ngomong, aku sudah negosiasi harga sama Blaze buat original song terbaru mu, kak. Lusa katanya bisa ketemuan buat diskusi soal lagunya," sela Gempa yang kemudian menghela nafasnya, "kamu bilang kamu gak mau disamain sama penyanyi pro kayak Suisei, tapi project song mu saja segini banyaknya lho, Kak."
Hali memutar matanya, "kan banyak project lagu bukan berarti bisa nyamain teknik pro nya Suisei.."
"Semerdeka kakak saja lah.."
Gempa kembali melanjutkan aktivitasnya di depan laptop sebelum ia teringat sesuatu dan kembali menatap Halilintar, "by the way, nanti malem kakak jadi live streaming lagi?"
"Iya, cuma freetalk doang sih," jawab sang Kakak sambil membaca sebuah jurnal.
"Jangan paksain diri kakak lho, kakak dari sebelum konser juga sudah sibuk project sana sini, apalagi kakak juga masih ada tanggungan tugas kuliah." Ekspresi cemberut terlihat di wajah Gempa, melihat kakaknya yang bekerja keras menghidupi keluarga kecil mereka sambil tetap belajar itu sangatlah mengagumkan, tapi juga menyakitkan.
Halilintar mengalihkan pandangannya ke arah Gempa sejenak. Melihat adik bungsunya yang khawatir dengan dirinya tersebut membuat hatinya terasa hangat. Ia pun berjalan mendekati Gempa, kemudian mengusap kepalanya dengan lembut.
"Tenang saja, Gem. Aku gak bakal maksain diriku kok, cuma ngerasa ga enak aja ke Lilipichu* karena aku jarang live streaming," Halilintar kembali melanjutkan, "lagipula, salah satu tugas seorang idola itu adalah memberikan fan service terbaik kepada para penggemarnya, jadi aku harus tetap live."
Ekspresi Gempa kini mulai melembut, cemberutnya sudah digantikan oleh senyuman. Berbeda dengan Taufan yang kini memasang ekspresi memelas begitu melihat kakak tertuanya itu mengelus surai adiknya.
"Kak Hali! Aku juga mau dielus-elus kayak gitu juga, tauk!" protesnya sambil menggoyangkan tangan kakaknya itu berkali-kali.
Hali pun memutar matanya, "yang bener aja, lu itu udah gede, Fan."
"Lah, Gempa juga udah gede!"
"Salah sendiri kenapa brojol duluan abis aku lahir!"
"YA MANA KU TAU, MALAIKATNYA GA NGASIH TAU AKU MASUK KE DUNIA NYA KEDUA APA KETIGA!!"
Ada-ada saja omongan Taufan ini.
Meskipun dengan berbagai adu mulut, pada akhirnya Hali memilih menuruti permintaannya Taufan untuk mengelus kepalanya. Tak berselang lama, keduanya langsung memeluk Hali erat-erat, seolah tidak ingin kehilangan kakak tersayang mereka itu.
"Kalian ini.."
"Kakak hanya milik kami," ujar Taufan dengan nada gembira.
"Dan kakak adalah harta yang paling berharga di dunia ini," Gempa pun ikut menimpalinya dengan nada tenang.
Halilintar sendiri sejujurnya tidak tau harus menanggapi seperti apa, terutama karena dirinya sendiri tidak biasa menerima pujian. Terbukti dari betapa merahnya pipinya sekarang hanya dengan 2 kalimat manis dari adiknya.
Apapun itu, Halilintar hanya bisa mengucapkan, "terima kasih, Taufan, Gempa."
Meski ia tidak tau apakah mereka ini adalah jiwa yang sama atau bukan karena sifat mereka yang mirip, tapi baginya juga, keduanya adalah hal berharga yang ia miliki.
.
"Kalau begitu, aku pergi dulu."
"Hati-hati, kak!"
Halilintar pun menutup pintu apartemennya, bersamaan dengan tetangga sebelah kamarnya yang baru saja pulang. Ia menoleh ke arah tetangganya yang seringkali memakai kacamata visor berwarna oranye sehingga ia tampak eksentrik dan unik di saat yang bersamaan.
"Pagi, Hali," sapa tetangganya itu dengan senyuman kecil.
Hali pun membalas senyumannya tersebut dan mengangguk, "pagi juga, Solar."
"Mau kemana?" tanya Solar, sekedar untuk basa-basi.
"Ke depan."
Solar pun hanya ber-oh ria kemudian membuka pintu kamarnya, "kalau begitu gue masuk dulu ya, Li. Hati-hati di jalan, lo mangsa yang manis soalnya."
"Hah? Maksudmu?"
Halilintar tentunya melongo mendengar ucapan Solar yang gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba saja menggodanya seperti itu.
Solar mengendikkan bahunya, "yah, sesuai apa yang gue bilang, lo itu lucu, jadi hati-hati aja kalau ada yang aneh-aneh sama lo."
Hali mengerucutkan bibirnya dengan pipinya yang sudah merona merah, sebetulnya dia ini sadar diri kalau dia itu cakep, tapi cakepnya itu ke arah tampan! Bukannya manis atau sejenisnya!
"Tuh kan, lo itu gampang digodain, jadi-"
"Bacot, bacot, diem lu. Makanan buat Pikachu yang gue kasih kemarin belum habis kan?" Hali pun mengalihkan topiknya, saat ini wajahnya sudah benar-benar merah panas.
Memang, Hali ini digoda dikit saja sudah salah tingkah, sasaran empuk banget buat diculik orang.
Oh ya, ngomong-ngomong si Hali ini sebenernya punya kucing. Namanya Pikachu. Dia titipin di kamarnya Solar karena Taufan itu alergi sama bulu kucing, untungnya Solar bersedia menerima dan menjaga makhluk berbulu itu.
"Masih ada kok, aman. Kebutuhannya si Pikachu ini gak harus ditanggung sama lo semua kok, gue kan bisa beli juga." jawab Solar dengan santai.
Hali menghela nafasnya, "lo itu baru masuk kuliah kan? Mending uang lo itu lo pake buat bayar sekolah, gue udah kerja dan Pikachu itu juga punya gue, jadi gue bisa ngebiayain sendiri."
"Dih, mentang-mentang udah kerja.. memang kerja apaan lo? Perasaan gue jarang ngeliat lo keluar apartemen." tanya Solar balik.
"Nah, itu yang namanya WFH, Lar. Gak usah mikir macem-macem deh." balas Hali yang sudah malas berurusan dengan bensin jejadian itu.
"Iya, iya, gue masuk duluan dah, sampai jumpa."
Solar pun membuka pintu apartemennya dan masuk ke dalamnya, menatap Hali sejenak sebelum ia menutup pintunya.
Hali pun menghela nafasnya, mengucapkan kata, "sampai jumpa," sebelum ia pergi menuju 7 eleven dekat apartemennya.
Sesampainya di sana, ia disambut hangat oleh pemuda manis di konbini, "selamat datang, Hali! Sudah lama kamu tidak kesini, padahal Thorn kangen :'<!"
Hali tersenyum kecil menatap pemuda itu. Semenjak ia pindah ke apartemen itu, ia seringkali datang ke sini untuk membeli camilan dan Thorn tidak pernah absen dalam menyambutnya. Hal itu mengingatkannya kepada salah seorang yang ia sayangi, terutama karena sifat mereka yang sangat mirip..
Yang sayangnya mungkin ia tidak akan ada lagi..
"Maaf, beberapa hari ini aku sibuk jadi aku tidak sempat pergi kemana-mana." sahut Hali dengan perasaan tidak enak.
"Eh, iya kah (☉。☉)! Kalau begitu.." Thorn pun keluar dari wilayah meja kasir tersebut kemudian mendekati Hali dan mengelus surainya dengan lembut, "yosh, yosh, Hali sudah bekerja keras~"
Hali tidak menolak perlakuan seperti itu, malah ia tertawa kecil menanggapi tindakan Thorn yang menurutnya menggemaskan tersebut, "terima kasih, Thorn."
Sungguh, anak ini begitu mirip dengan orang itu..
"Hehe :D!" Selesai mengelus surai halusnya Hali, Thorn kembali ke meja kasir sembari menunggu Hali mengambil camilan yang ia inginkan.
Selesai mengambil camilan serta beberapa mie cup, Hali pun mendatangi meja kasir dan meletakkan makanan yang ia bawa itu untuk discan oleh Thorn.
"Oh iya, Thorn merekomendasikan bakpao rasa kacang merah ini! Masih hangat dan sangat lembut!" ujar Thorn sambil menunjukkan sebuah etalase kecil yang berisi beberapa bakpao dan donat.
Hali berpikir sejenak sebelum ia menggerakkan jarinya ketiga jarinya di hadapan Thorn. Thorn pun tersenyum, ia segera mengambil kertas roti dan capitan makanan sembari berkata, "baik! 3 bakpao isi kacang merah untuk Hali, Taufan, dan Gempa!"
Hali kembali tersenyum kecil. Ia seringkali bercerita tentang kedua adiknya itu kepada Thorn. Thorn sendiri mau mendengarkan cerita Hali dengan riang gembira, bahkan tak jarang ia ikut bercerita tentang kesehariannya dan kucingnya yang bernama Cattus.
Setelah menyebutkan total harganya, Hali pun lekas membayarnya dengan uang pas sehingga Thorn tidak perlu mencari kembalian lagi. Hali mengambil tas belanjaannya tersebut kemudian melangkah menuju pintu keluar sembari melambaikan tangannya dengan pelan ke arah Thorn.
"Sampai jumpa."
Thorn pun membalasnya dengan senyum lebar, "sampai jumpa, Hali! Titip salam untuk Taufan dan Gempa ya (≧▽≦)!"
Begitu keluar dari minimarket tersebut, ia tak sengaja menabrak seseorang yang membuatnya hampir terjatuh jika saja ia tidak ditahan oleh orang tersebut. Hali mendengus setelah mengetahui orang yang menabraknya itu adalah katingnya.
"Bang, kalau kalau lagi jalan, lihat-lihat dong. Kalau makanan gue remuk, kan jadinya susah dimakan."
Kating tersebut--Kaizo--tersenyum kecil, kemudian ia menarik Hali kembali ke posisi berdiri semula, "harusnya kau mengatakan itu kepada dirimu sendiri."
"Yang bener aja, Bang. Gue baru aja keluar dari minimarket lho, mata bang Kai aja kali yang siwer." balas Hali dengan malas.
"Sebut nama gue yang bener, Li. Kesannya kayak lo manggil gue yang masih idup ini dengan sebutan bangkai." ujar Kaizo dengan nada datar. Agaknya ia sudah terbiasa dengan sifatnya Hali yang seperti cewek PMS itu.
"Iya, iya, bang Kaizo. Puas?"
Kaizo hanya membalasnya dengan anggukan sebelum ia kena semprot omongannya Halilintar lagi, "oh iya, adek gue titip pesan, katanya kalau power point nya sudah selesai, langsung kirim saja ke dia."
"Bjir, ada hp canggih-canggih kagak dipake." balas Hali yang heran lantaran teman kakaknya itu yang mau aja merepotkan dirinya sendiri.
Halilintar pun menghela nafasnya kemudian berjalan mendahului Kaizo, "gue duluan ya, bang. Bilang aja ke Fang kalau-"
"Hali."
Panggilan tersebut membuat langkah Hali berhenti dan menolehkan kepalanya kembali ke arah Kaizo yang terlihat tersenyum hangat.
"Lu bakal terus menyanyi sambil main gitar kan?"
Pertanyaan tersebut disertai dengan nada khawatir sekaligus yakin akan keputusannya Hali. Tentu saja Hali menjawab pertanyaan tersebut dengan yakin pula.
"Pasti."
Senyuman Kaizo pun terlihat sedikit lebar, "begitu, have a nice day."
Bersamaan dengan Kaizo yang berbalik meninggalkan Hali menuju minimarket, Hali pun ikut berbalik untuk meninggalkan Kaizo menuju apartemennya.
"Have a nice day for u too."
Selama Hali berjalan menuju kembali ke apartemennya, ia mendapatkan pesan dari sahabatnya yang notabene nya streamer terkenal di YouTube, bahkan angka subscriber nya hampir menyamai jumlah subscriber milik Hali.
Tentu saja, siapa lagi kalau bukan--
Ais
P
P
P
P
P
P
P
P
Hali
Lili-chan
Halilintar Thunderstorm yang paling imut sedunia
You
Kenapa sih? Ngespam terus perasaan
DAN STOP PANGGIL GUE LILI
GUE GAK IMUT
GUE PUKUL LO LAMA-LAMA
Ais
Pukul aja :p
Ga nyampe ini
You
Ya udah, gue samperin mau?
Ais
Boleh
Cuddle ya
You
Cuddle pala kau
If u don't tell me ur business now, I will block ur number
Ais
:(
Besok collab valorant yok
You
Oh
Blh
Ais
Yippieee
Valo time~
You
Gak tidur lu? Gue denger kemaren kemaren lu sempet live hampir 24 jam lebih, walau kebagi sih
Ais
Hooh
Biasa itu mah
Ini udah tidur 2 hari penuh
You
Wtf
Kok lo masih bisa bangun?
Ais
Lo ngarepnya gue ga bangun-bangun gitu?
You
Ga gitu anjay, amit-amit
Ais
Tapi kalo beneran kejadian ya.. gue minta tolong sama lu
You
Tolong apa?
Ais
Cium gue lah, kan pangeran bangun ketika dicium oleh putri yang ditakdirkan
You
Ndasmu
Kebalik cok
Ais
Oh iya
Tuk!
Hali pun mematikan ponselnya dengan setengah kesal setelah menghadapi sahabatnya yang sepertinya masih setengah tertidur. Ais ini orangnya santai dan suka tidur sebetulnya, tapi ia juga suka bermain game sampai di atas 10 jam setelahnya yang membuatnya menjadi salah satu YouTuber dengan jam tayang terbanyak pada saat itu.
Ia memainkan berbagai jenis game, mulai dari game masak-masak, RPG, FPS, MMORPG, puzzle, visual novel, yang penting bukan dating sim. Pembawaan Ais serta cara bermainnya yang santai dan tenang ini membuatnya cukup disukai penggemar.
Begitu pula dengan Hali. Setiap kali Hali berinteraksi dengan Ais, ia selalu teringat dengan salah satu orang terdekatnya yang berharga, terutama karena sifat mereka yang sangat mirip.
'Andaikan aku bisa bertemu dengan mereka kembali..'
Yang tentu saja pemikiran tersebut tidak akan bisa terwujud, tidak peduli seberapa banyak Hali mencoba mencari tau.
Lagipula sudah 25 tahun terlewati..
Hali menggelengkan kepalanya pelan, mencoba menepis pemikiran negatif dari dalam kepalanya yang terus membayangi dirinya.
Kini ia berada di depan pintu apartemennya, kemudian membukanya dan mendapati bahwa sepatu kedua adiknya tidak ada. Artinya mereka berdua pergi tanpa bilang-bilang ke Hali.
Baru saja Hali ingin mengumpat, ia menemukan secarik kertas yang ditempel di pintu kulkas mereka. Kertas tersebut berisi pesan Gempa yang katanya mau membeli bahan masakan dan bertemu dengan sponsor, sementara Taufan sedang melakukan IRL collab* ke rumah salah satu teman mereka, Frostfire. Tentu saja Hali tidak bisa menyalahkan urusan keduanya yang mendadak tersebut dan memilih untuk meletakkan semua camilannya di lemari makanan mereka.
Krieet...
Hali menoleh ke sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari pintu kamar Gempa yang sedikit terbuka.
"Aneh.." tak biasanya Gempa membiarkan pintu kamarnya terbuka seperti itu.
Ada aturan tak tertulis di dalam keluarga mereka yang berisi larangan untuk tidak memasuki kamar Gempa apapun yang terjadi, jika tidak maka hukuman mengerikan menanti.
Untuk itu lah, demi kesejahteraan bersama, Halilintar memilih untuk tidak mendekati kamar keramat tersebut dan pergi ke kamarnya setelah ia selesai membuat mie cup. Sesampainya ia di kamarnya, ia melihat sebuah pesan dari Blaze mengenai original song terbarunya di discord.
Blaze
Pppppppppppp
Haliiiii
HALILINTAR THUNDERSTORM
Kepada yang terhormat, Yang Mulia Halilintar Thunderstorm
Lagu ori terbaru anda sudah jadi
Mana sih nih anak?
WOI
P
P
Hai maniez
HALIIIIIIIIII
You
STOP NGESPAM
GAK ELO, GAK AIS, SEMUANYA SAMA AJA
Blaze
Li, lo kayak cewek yang update status tiktok terus bilang, "semua cowok sama aja," tau ga?
You
Diem lu, jamet
Blaze
Sejamet-jametnya gua, masih ada Gentar di atasnya lagi
You
Ga usah sebut nama tu kucing kebakaran
Mana sini, kasih ke gua
Blaze
Nih
Hali's Commission Song document
AYOK DENGERIN
PASTU JIWAMU AKAN 🔥🔥🔥🔥🔥
You
Apa coba
Hali menghela nafasnya, memang Ais dan Blaze ini sifatnya mirip karena mereka memang anak kembar. Bedanya yang satu tampan dan santai, yang satunya lagi tampan dan MENGGELEGAR.
Lagi-lagi sifatnya ini benar-benar mirip dengan salah satu orang terdekatnya dulu. Sungguh, rasanya ingin Hali kembali ke masa-masa tersebut. Namun, yang sudah terjadi biarlah terjadi.
Hali pun mengambil headset miliknya kemudian memakainya, tak lupa mencolok kabel nya agar terhubung ke komputernya itu. Akan tetapi, ketika ia mencoba menyalakan lagunya tersebut, suatanya malah keluar dari speaker komputernya bukan dari headsetnya yang membuat Hali langsung mematikan lagunya itu.
Ketika ia cek kabel headsetnya, barulah ia menyadari hal yang sangat fatal.
"TIKUS MANA YANG BERANI GIGITIN KABEL GUA SAMPE PUTUS GINI, COK?!?!"
Beruntunglah ia memasang peredam suara di ruangannya, kalau tidak, sudah habis ia dipukuli tetangga karena teriakannya setiap kali ia marah atau ketakutan.
Hali menghela nafasnya untuk kesekian kalinya hari ini, memilih untuk keluar dari kamarnya dan meminjam headsetnya Taufan.
Begitu Hali keluar dari kamarnya Taufan dengan headset milik adik keduanya di tangannya itu, Hali kembali dikejutkan oleh bunyi pintu kamar Gempa yang masih terbuka sedikit itu.
Rasa penasaran pun membuncah dalam dirinya, terutama karena Gempa tidak pernah sekalipun mengizinkan siapapun termasuk Hali masuk ke dalam kamarnya.
Seolah-olah ia menyembunyikan sesuatu yang amat sangat penting.
'Apa dia menyembunyikan sesuatu seperti majalah porno atau malah.. narkoba?'
Hali mencoba menepis pikiran-pikiran negatif seperti itu dari dalam kepalanya. Bagaimanapun juga ia adalah kakaknya Gempa, wajar jika ia penasaran dengan alasan sang adik begitu merahasiakan isi kamarnya dari dirinya.
Untuk itulah, Hali memanfaatkan kesempatan Gempa yang sedang tidak ada di apartemen dan masuk ke dalam kamarnya.
Kamarnya Gempa sangat gelap, bahkan jendelanya pun ditutupi oleh korden yang tebal. Keadaan tersebut yang membuat Hali kesulitan mencari sakelar lampu kamar tersebut sehingga ia harus merabanya pelan-pelan sampai akhirnya ia menemukannya dan segera menekannya.
Hening.
Kegembiraan Hali setelah menemukan sakelar lampunya langsung tergantikan oleh perasaan takut yang luar biasa begitu ia melihat apa yang selama ini disembunyikan oleh Gempa dari dirinya.
Ada ratusan--bahkan mungkin ribuan foto Halilintar yang menempel di dinding kanar Gempa.
Foto tersebut tak hanya mencakup foto ketika ia melihat kamera saja, tapi juga foto candid dari tempat yang tidak diketahui bahkan foto yang tidak senonoh seperti saat Hali membuka baju atau sedang tidur dengan pakaian yang tipis.
Oh, sial.
Rasanya Hali ingin muntah pada saat itu juga.
Hali masih tak percaya oleh kenyataan di depan matanya, kenyataan bahwa adiknya yang ia kira bisa dipercaya itu ternyata malah memiliki fantasi aneh tentang dirinya.
Ia bahkan melihat melihat kalimat mengerikan yang dicoret di atas foto tersebut, yang seolah-olah si penulisnya tengah menggila dengan orang yang sangat ia sukai itu..
'AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI, AKU CINTA KAK HALI--'
Kriet..
"Aku pulang, Kak!"
Oh, shit. Shit shit shit shit shit.
"Hari ini aku beli bahan tom yam, makanan kesukaan Kak Hali, hehehe.."
Jantung Halilintar seolah dipaksa dipacu oleh ketegangan yang meningkat begitu Gempa sampai di apartemen. Tangannya tak berhenti bergetar dengan nafasnya yang beradu, seolah ketakutan itu melahap Halilintar sepenuhnya.
"Hm? Kamarku..."
Halilintar mengutuk dirinya sendiri saat itu juga karena sudah masuk ke kandang singa.
Derap suara langkah kaki seolah memekakkan telinga di kala suasana yang hening menyeruak. Seolah bermaksud menakuti siapa saja yang berani masuk ke dalam wilayah kekuasaannya tersebut, ia memelankan langkah kakinya sampai ia tiba di depan pintu kamarnya.
Dengan perlahan, membuka pintu dan menyalakan lampu kamar. Mengobservasi setiap detail kecil di dalam kamarnya sebelum ia teringat camilan yang ada di lemari makanan mereka dan bergegas pergi ke kamarnya Hali.
Dengan ekspresi mengerikan, ia buka pintu kamarnya Hali dengan keras.
"Kak."
Hali menolehkan pandangannya dari monitornya tersebut.
"Kakak sempat pergi ke kamarku?"
Kakaknya itu mengerutkan dahinya sambil memakan bakpao kacang merah yang ia beli sebelumnya, "engga kok, lebih baik aku disuruh membersihkan seluruh apartemen ini dibandingkan harus masuk ke dalam kamar keramatmu itu tau."
Gempa mengerjapkan matanya beberapa kali, "begitu.. itu, kenapa kakak pakai headsetnya Kak Taufan?"
"Kabel headsetku digigit tikus sampai putus, jadi aku ambil saja headset lamanya Taufan yang buluk ini." jawab Hali tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Pft! Makannya sudah ku bilang pakai headset wireless aja, kan baru tau rasa," balas Gempa sambil menahan tawanya.
"Berisik! Aku lebih suka headset berkabel tau! Sana pergi, syuh, syuh!" titah Hali sebelum ia teringat sesuatu, "oh iya, aku beliin bakpao isi kacang merah buat kamu sama Taufan, ambil aja di dandang."
"Serius, kak? Makaasiih!" Gempa dengan riang gembira langsung menutup pintu kamar Hali.
Meninggalkan Hali sendirian dengan ekspresi datar palsu yang yang kini berubah menjadi ketakutan yang luar biasa.
Tanpa babibu, Hali langsung mengambil tak plastik sampahnya dan memuntahkan isi perutnya di sana dengan nafas yang memburu. Beruntung sekali ia bisa lolos dari terkaman Gempa dengan cepat-cepat keluar dari kamarnya Gempa sebelum si pemilik menyadarinya.
"Sudah cukup dengan doxingannya fansku atas dasar cinta, jangan sampai.. Gempa juga..."
Dalam keheningan, Hali pun memilih untuk memeluk dirinya sendiri untuk memulihkan ketakutan yang menguasainya.
To Be Continue
*Note :
• Suisei Hoshimachi : seorang vtuber Jepang perempuan di bawah naungan agensi Hololive yang populer karena bakatnya dalam menyanyi, bahkan kini ia sudah menggelar beberapa solo konsernya sendiri dan memiliki banyak album.
*Lilipichu : sebutan untuk fans Halilintar.
•IRL Collab : Collab yang dilakukan secara tatap muka.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com