Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

01,5. Live just started 1 min ago

⚠️WARNING⚠️
OOC, Kata tak baku, typo bertebaran, disturbing scene, incest (?), long chapter, mental health issues, suicide behavior

.

‼️HARAP DIBACA WARNING NYA‼️

.














"Tau ga sih, sekarang tuh, The Elements lagi di masa-masa down nya tauk! Bahkan banyak perusahaan yang udah nyabut kontrak kerja sama mereka sama unit ini!"

"Iya tuh, mana yang ngancurin reputasinya itu leader sekaligus kakak mereka sendiri! Si Petir!"

"Iya tuh, ehm--baiklah, kalau begitu sekian gosip terkini, kita--"

Pats!

Televisi bodoh itu ku matikan. Tidak ada yang bermutu di televisi sekarang ini..

Bahkan mereka tidak habis-habisnya membicarakan unit kami yang memang mulai mengalami kehancuran karena..

Aku..

Ya, memang semua ini salah ku..

Jika saja aku tak melarikan diri saat itu, unit kami tidak akan hancur seperti ini..

Ku dengar, Angin dan Tanah bahkan mencoba melakukan pertunjukan jalanan agar kita masih bisa bertahan.. meskipun mereka terus diejek.

Bahkan sempat ada yang menyerang Daun dan Air ketika mereka pulang sekolah..

Menurut laporan, mereka bahkan dijauhi oleh teman-teman mereka di sekolah..

Semua ini gara-gara aku..

Tok tok tok!

"Kak.. kumohon keluar dari kamar, Kak.. Kakak bahkan belum makan sarapan yang sudah ku buat.." Terdengar suara Tanah dari luar kamarku dengan suara yang lirih.

Memang benar, dari kemarin pola makanku benar-benar tidak teratur. Bahkan aku bisa melihat tulangku yang menonjol di balik kulitku.

Tapi bukankah ini yang mereka inginkan?

Aku dengan tubuh idealku?

Bahkan manajer selalu menegurku untuk melakukan diet yang cukup ekstrim..

"Kak, kalau kakak begini terus, kakak bisa mati.." kali ini suara Air yang terdengar dari luar sana.

Rasanya memang tidak etis meninggalkan semua adikku untuk berjuang sendiri di industri yang kejam ini.. apalagi ketika aku lah yang membawa mereka ke dalam dunia seperti ini...

"Pergilah. Jika aku keluar, reputasi kita akan semakin memburuk dan kalian akan semakin diintimidasi.." aku berusaha untuk berbicara dengan kondisi tenggorokanku yang sakit.

"Petir? Ini tante Ratna, nak."

Mendengar suara tersebut membuatku terkejut. Aku segera mendekati pintu tersebut dan berdiri di depannya dengan perasaan campur aduk.

"Tante..."

"Kumohon dengarkan tante, nak. Keluarlah dari kamarmu, kasihan adik-adikmu ini.. mereka sudah berjuang keras agar kalian tetap bisa makan dan memiliki tempat tinggal.. kita pasti bisa berjuang buat meluruskan kesalahpahaman ini, jadi kumohon keluar, nak," suaranya terdengar pasrah, "kau masih ingat dengan janji kita berdua kan?"

"Tante," ku dengar nafasnya tercekat, "kumohon berhentilah bergantung kepadaku.. dan untuk kalian semua, lebih baik buang aku agar kalian bisa bersih dari tuduhan ini."

Aku menyampaikannya dengan nada datar tanpa emosi apapun.

"Tapi, Petir-"

"PERGI, TANTE!" Sial, aku tidak ingin berteriak seperti ini kepada orang yang ku sayangi.

Aku tidak ingin penjahat lagi bagi mereka.

Terdengar suara bisik-bisik yang cukup kasar dari balik pintu. Tante Ratna sepertinya menenangkan semua adikku.

"Baiklah, nak. Tante pergi dulu ya, sampai jumpa na--UHUK!! UHUK!!"

Mendengar suara batuk yang begitu mengerikan membuatku panik dan hendak membuka pintu. Akan tetapi, rasa takutku yang berlebihan membuatku membatalkan niatku.

Walau aku juga takut kehilanga Tante Ratna..

"Tante! Bertahan, tante!"

"Kak Angin! Air ketubannya tante pecah, kak!"

"Sial! CEPAT PANGGIL AMBULAN!! Kalian segera bersiap-siap untuk menemani tante ke rumah sakit! Cepat! CEPAT!

Terdengar keributan di balik pintu yang benar-benar membuatku frustasi. Anaknya tante masih diselamatkan, kan..? Tante Ratna tidak akan mati, kan?

Akut takut, aku takut, aku takut-

"Cahaya, kenapa kau malah berdiri di sana?! Cepat bantu kam--"

"Kak, apakah kakak membenci kami?"

Dari suaranya, terdengar jelas bahwa yang berbicara adalah Cahaya dengan nadanya yang marah.

"Aku.. aku menyayangi kalian.. jika kalian tidak ada, tujuan hidupku.."

"PEMBOHONG!!"

Aku tersentak mendengar bentakan Cahaya dari balik pintu.

"JIKA KAU MEMANG MENYAYANGI KAMI, KENAPA KAU MALAH MENELANTARKAN KAMI?! KAMI SUDAH BERJUANG KERAS AGAR KESALAHPAHAMAN INI DAPAT TERATASI TAPI KAKAK MALAH BERSEMBUNYI SEPERTI ITU!!!"

Jleb!

Kata-katanya benar-benar menyakitkan, walau sayangnya itu adalah nyata.

"Cahaya, stop.. jangan dilanjutin lagi..."

"Cahaya! Cukup! Jangan malah melampiaskan kekesalan mu di sini!!"

Terdengar suara Api dan Tanah yang mencoba menarik nya agar tidak mendobrak pintu ini.

"TIDAK BISA, KAK! KITA MENDERITA KARENA ORANG INI, KAK!! SEJAK AWAL, DIA HANYA MEMIKIRKAN DIRINYA SENDIRI TANPA MEMIKIRKAN KITA!!" Bentakan Cahaya semakin kuat disertai dengan isak tangis yang mulai terdengar, "IA PERGUNAKAN KEPOPULERAN KITA UNTUK NAIK KE PUNCAK!! DIA ITU BUKAN KAKAK KITA, KAK!! DIA ITU PEMBOHONG!!!!"

"MEMANGNYA KAU TAU APA SOAL AKU, HAH, CAHAYA?!?" Aku ikut membentaknya dengan amarah yang menguasai diriku, "AKU TIDAK PERNAH MEMANFAATKAN KALIAN!! KAU PIKIR--KAU PIKIR AKU MENGINGINKAN PERILAKU SEPERTI ITU?!? AKU TAKUT, SIALAN!! ITU ADALAH KEJADIAN PALING MENGERIKAN YANG PERNAH KU ALAMI!!!"

Cahaya balas membentakku kembali, "LALU KENAPA KAU TIDAK KELUAR, HAH?! KAMI ADA DI SINI UNTUK MENDAMPINGIMU, TAPI KAU MALAH PERGI MENJAUH DAN BERTINDAK AROGAN!! KAU PENJAHAT, KAK!!"

"DUNIA LUAR ITU TERLALU KEJAM, SIALAN!! KALIAN MASIH TERLALU KECIL UNTUK MENGERTI!! Aku capek? Iya, aku lembur? Iya, JANGAN KIRA AKU TIDAK PERNAH MELIHAT KELAKUAN MALASMU!!"

"KAU PIKIR--!!"

Tiba-tiba saja terdengar suara Api dan Tanah sedang menahan Cahaya. Tangisannya semakin keras dan semakin keras. Cahaya hebat. Ia memang anak yang tulus..

Tapi dihadapkan dengan situasi seperti ini, malah menjadi pemberontak..

"Jika saja kau lebih mempercayai kami sejak awal, kau pasti tidak akan terjerat kasus seperti ini..."

Pernyataan tersebut kembali membuatku terkejut. Suaranya perlahan lenyap dari sekitar pintu sini.

Jika saja..

Aku melakukan hal tersebut sejak lama..





Esok harinya, ketika sore menjemput, aku memulai konten live di sebuah aplikasi untuk melakukan karaoke. Bodoh memang, tapi tidak ada yang bisa ku lakukan selain itu.

"Halo semuanya, hari ini aku akan menyanyikan lagu dengan list yang sudah ku siapkan hari ini." Bahkan suaraku masih serak dan tidak enak didengar.

Benar-benar mengecewakan.

Tapi aku tetap memainkan lagu demi lagu yang ada untuk menghibur para pendengar. Ku hiraukan semua komentar buruk tentangku dan tetap memetik senar gitarku sebisaku.

Petir_ThElementals 🔴 LIVE
58k watching

Abshdjdkdkf SUARANYA JELEK BANGET WOI!!

Huldk_ kunci nya salah tuh, belajar lagi dek

Qeetytui._ mati lu, adek lo semuanya menderita karena lo kan?

Benar. Semua komentar itu benar.

Aku bukanlah idola bagi semua orang lagi, aku sudah tidak bisa menerangi siapapun, aku tidak bisa memberikan impian kepada siapapun.

Aku jahat ya.

Padahal aku sudah memberikan mereka harapan di awal, tapi malah ku jatuhkan harapan tersebut ke bawah.

Tapi.. sebenarnya siapa yang menyebarkan rumor tak benar itu...?

Haters? Ah tidak, sudah pasti itu adalah gachikoi ku yang memang dikit-dikit birahi dan ngajak kelahi...

Dunia kejam ya.

Padahal aku hanya menjalani hari-hariku dengan semestinya. Bangun tidur, mandi, bekerja sampai sore, kemudian bernyanyi di jalanan...

Ah tidak, itu kebiasaanku saat aku masih seorang penyanyi jalanan, bukan idol..

Berarti kebiasaanku saat ini..

Bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja, tidur, bangun tidur, olahraga, mandi, sedikit sarapan, bekerja, makan siang, bekerja, makan malam, bekerja--

TENG!

Aku membelalakkan mataku begitu menyadari bahwa salah satu senar gitar ku putus. Ku coba mengambil nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya sebelum kembali melihat ke live chat yang langsung dibanjiri komentar mengerikan.

Petir_ThElementals 🔴 LIVE
58k watching

Neryd31 HAHAHAH TUH KAN SENARNYA PUTUS

Lffssh Kata ku sih karma y karena udh hancurin hati kami

Zettaimmm perusak karir orang

Mayo749 this guy looks like shit

Deki32783 enak banget ngeliat orang menderita

Aku mencoba untuk tenang. Tersenyum. Kata Tanah, senyum bisa menenangkan hati. Jangan perlihatkan kelemahanmu. Benar, aku harus tersenyum.

Apa yang harus ku katakan? Tenggorokanku rasanya sangat kering.

Sial.

Senyum. Senyum. Keep smiling.

"Aku kehabisan lagu untuk dinyanyikan, apakah ada yang mau merekomendasikan sebuah lagu?"

Aku tidak yakin dengan nada bicaraku sendiri. Apakah aku terlihat ketakutan? Sebetulnya sejak tadi aku menyanyikan lagu apa? Kenapa mereka terlihat begitu marah?

Ah, tidak boleh begini. Aku tidak boleh membuat mereka marah. Apapun kata-kata mereka, aku harus melakukannya.

Bukankah itu impianmu, Boboiboy Petir dari grup idol The Elementals?

Petir_ThElementals 🔴 LIVE
58k watching

Djdjdjdjdj orang aneh

PejuangHAM kill yourself, bitch









































"Aku mengerti, terima kasih atas rekomendasinya."

Aku lepas gitar kesayanganku itu kemudian ku letakkan di dekat tripod ponsel ku.

Kemudian ku dekati jendela kamarku dan ku geser kacanya.

Aku keluarkan kedua kaki ku melalui jendela tersebut, kemudian mendorong diriku sendiri keluar jendela.

Tak lama kemudian, yang bisa ku rasakan hanyalah tanah kotor dengan cairan merah yang berceceran.

Aneh.

Kenapa aku masih bisa sadar?

Aku bahkan masih bisa mendengarkan suara teriakan orang-orang, termasuk suara plastik yang jatuh di dekatku.

Ah, tapi menurut penelitian, selama otak masih utuh ketika mengalami proses kematian, masih ada waktu selama 5-10 detik sebelum kesadaranku benar-benar hilang.

Unik sekali, padahal aku sudah tidak bisa merasakan seluruh tubuhku lagi.

Haha, miris sekali.

Aku mencoba untuk mengedarkan pandanganku ke arah sekitarku dan mendapati bola kuning yang pernah dibawa oleh Daun ada di dekat tempat sampah.

Siapa namanya? Ochobot ya?

Haha, namanya imut banget.

Oh, sial. Kenapa penglihatanku menjadi buram dan menghitam?

Sudah saatnya kah?

Hahaha.

Haha..

Aku masih belum mencapai impianku dengan benar, sialan.

Aku masih harus menjaga adik-adikku itu. Bisa-bisa Angin dan Api malah menghancurkan rumah jika ku tinggal. Cahaya apalagi, bisa-bisa satu rumah hangus diledakkannya dengan alasan eksperimen. Tanah--ah iya, ku rasa ia yang paling stress jika harus ku tinggal sendiri menghadapi para penghancur rumah tersebut. Oh, dan Air. Kalau tidak ada yang membangunkannya, bisa-bisa ia simulasi mati beneran--nanti kalau sampai ada yang salah paham gimana? Dan juga Daun,  aku belum mengucapkan terima kasih kepadanya karena sudah menghadiahkan tanaman lucu itu padaku! Uh, oh, Tante Satriantar juga, padahal aku sudah berjanji untuk menemaninya ketika ia melahirkan nanti. Oh, Tok Aba juga, padahal aku sudah lama tidak membantu beliau. Tok Kasa--orang yang memberikan Ochobot kepada Daun--padahal ia sudah sering menungguku untuk bertemu dengannya.

Oh, dan--dan--!!

..... Haha..

Aku masih ingin berada di dunia ini. Aku masih ingin bertemu banyak orang. Aku masih ingin menjadi harapan bagi semua orang. Aku masih ingin menjadi kakak yang baik untuk keenam adikku. Aku--

Aku tidak ingin mati....

-----

Aku membuka mataku, berharap kalau yang menantiku di sampingku adalah malaikat penjaga kubur, tapi malah menemukan 2 orang anak laki-laki yang menatapku dengan tatapan khawatir.

Yang tentu saja membuatku bingung bukan main.

"DOKTER! DOKTER! KAKAK BANGUN!!"

"KAKAK UDAH BANGUN, YA TUHAN, SYUKURLAH!!!!!"

Salah satu dari anak tersebut pun berlari memanggil dokter dan salah satunya lagi menangis di depanku sambil menggenggam tanganku dengan erat, YANG MANA HAL INI MEMBUATKU TAMBAH BINGUNG.

"Kau... Siapa...?"

Tangisan anak tersebut semakin keras, "kakak kok lupa sama aku? Kakak amnesia ya??? INI GEMPA, ADIKMU!!"

Hah? Gempa? Anak mana ini? Seingatku, aku tak punya adik bernama Gempa..

Tunggu, dipikir-pikir lagi kenapa aku bisa terbangun di tempat seperti ini?

Dengan sepenuh tenaga, aku menggerakkan kepalaku ke samping untuk melihat kalender yang ada di meja. Begitu aku berhasil membaca tahunnya, aku langsung membelalakkan mataku.

Waktu sudah berjalan 21 tahun sejak hari itu...

Itu artinya.. aku terlahir kembali..?

"NIH BUKTINYA, DOKTER! KAKAK BENERAN BANGUN! TAUFAN GAK NGIBUL!!"

"Astaga! Kupikir kamu ngibul lagi! Suster, bantu saya!"

Selagi dokter memeriksa keadaan tubuhku, aku kembali berpikir tentang nasibku saat ini.

Tuhan benar-benar memberikanku kesempatan kedua..

Apakah itu artinya aku bisa menjadi harapan bagi semua orang lagi...?

-----


"Ini.. semuanya.."

Aku menatap masakan-masakan Gempa dengan porsi raksasa yang sudah tersaji di atas meja dengan aroma yang sangat menggoda.

"Sepertinya aku terlalu bersemangat ya.. aku membuat semua ini sebagai perayaan karena kakak sudah bisa kembali ke rumah dan menjalani aktivitas seperti biasanya, bagaimana?"

Aku tidak menjawabnya, tetapi terus menatap semua hidangan yang ada di meja sambil menengguk ludahku sendiri. Ada ayam golek, opor, bakso urat, seblak, macaroni schotel--kesukaanku--dan banyak lagi yang lainnya.

Taufan memandang Gempa dengan tatapan khawatir, "kau serius masak sebanyak ini, Gem..? Kak Hali kan makannya sedikit.."

"Yah, tapi kan.... Kak?"

Aku mengambil makanan-makanan itu dengan porsi yang cukup banyak di piringku, kemudian ku makan semuanya dengan lahap sampai ku rasa makanan tersebut belepotan di sekitar bibirku.

"Ehm.. Kak?"

"Ya?" Aku mendongakkan kepalaku dan melihat keduanya.

Taufan memasang ekspresi terkejut, "kau menangis..?"

Aku membelalakkan mataku dan langsung menyentuh pipiku begitu Taufan mengatakan hal tersebut.

... Basah..

Sial.. ini membuatku rindu dengan masa-masa itu..

Masa di mana Tanah selalu memasakkan makanan yang kami--ketujuh bersaudara--suka, meskipun tidak mewah. Tapi membuatku benar-benar merindukan suasana seperti itu..

"Terima kasih... Terima kasih..."

Aku menutupi mataku menggunakan lenganku. Air mataku tak berhenti keluar, segalanya benar-benar membuatku terasa rindu.

Detik selanjutnya, kedua adikku itu pun memelukku dengan erat.

-----

"Sudah 21 tahun ya, tante.."

Aku menyebarkan bunga kenanga dan melati yang ku beli untuk menghiasi makam Tante Ratna. Meskipun dengan berat hati, aku mencoba tersenyum--setidaknya agar Tante bisa tenang di sana.

"Maaf ya Petir baru dateng sekarang, dari kemaren itu Petir masih proses adaptasi--dan sekarang Petir punya nama baru, Halilintar. Sejujurnya pas Hali nyoba nyari riwayat berobatnya Tante di rumah sakit, Hali sama sekali gak berharap bakal ketemu Tante dengan cara kayak gini..."

Ukh, ingin menangis rasanya. Satu-satunya orang yang bisa menjadi tempat curhat ku malah pergi..

"Tapi dipikir-pikir lagi, yang pertama ninggalin tante duluan itu kan Hali.. padahal Hali udah janji buat nemenin tante lahiran.."

Tanganku tak berhenti gemetaran. Ada banyak sekali beban di dalam diriku yang ingin ku curahkan langsung di sini--di hadapan makam Tante Ratna. Tapi mengingat nasihatnya bahwa kita harus menjaga etika kita selama di makam, aku tidak ingin melanggar nasihatnya.

"Ganti topik, jelek banget kalo udah ngomongin masa lalu, mari ngomongin masa kini. Waktu nyari riwayat berobatnya tante, susternya baik banget ngasih alamat panti asuhan anaknya tante. Hali blom sempet buat ngunjungin sih--lagian kalo ngunjungin sekali pun, kan aneh kalo Hali bilang Hali itu kerabatnya tante sedangkan penampilannya Hali masih muda gini," aku tertawa kecil mengingat pemikirannya waktu itu.

Untungnya aku tidak jadi mengunjunginya.

"Saat ini Hali punya dua adik. Yang satu namanya Taufan. Dia mirip banget sama Angin, bedanya dia lebih bar-bar aja. Terus yang terakhir ada Gempa. Dia mirip sama Tanah, tapi entah kenapa dia protektif banget sama Hali--atau lebih tepatnya mereka berdua sih. Emang pemilik tubuh ini sebelumnya ga risih apa?"

Yah, endingnya aku tetap curhat sih. Melenceng sedikit dari rencana awal, tapi tidak apa.

"Tante.." aku menghela nafasku, "Hali emang sempet ngarep kesempatan kedua pas Hali sekarat waktu itu, tapi apa yang mau Hali lakuin pas Hali dapet kesempatan kedua itu malah hilang.."

Aku mencoba menahan air mataku sebisa mungkin. Meskipun tidak ada yang melihat, aku tidak ingin menjadi anak cengeng di hadapan tante Ratna. Era Petir yang cengeng dan penakut sudah usai.

"Hali udah berkali-kali nyari info soal The Elementals, bahkan sampe dateng ke tempat kami yang lama, tapi ga ada satu pun info soal adik-adik Hali. Padahal Hali yakin unit sebesar kami pasti akan memiliki banyak berita tentang kami di internet.. tapi semuanya menghilang--bahkan di archive ikut menghilang--seolah ada yang sengaja ngehapus..........."

Aku berpikir sejenak. Apa aku terlalu berpikir berlebihan?

"Angin tidak ada, Tanah tidak ada, Api tidak ada, Air tidak ada, Daun tidak ada, Cahaya tidak ada, Tok Aba tidak ada, semuanya--tidak ada.." aku mencoba mendongak, menatap batu nisan tersebut dengan nafas tercekat, "aku tidak tau apa arti kehidupan kedua ku di sini!"

"Jika.. jika aku memang diberikan kesempatan kedua, apa yang harus ku lakukan? Apa yang harus ku cari? Aku meninggalkan adikku begitu saja atas keegoisanku, aku tak mampu membalas kebaikan mereka, aku.."

Nafasku terasa berat, penglihatanku pun memburam, "berikan aku alasan untuk hidup.."

Dalam keheningan tersebut, aku merasakan sebuah sinyal untuk segera pergi dari tempat itu setelah setetes air turun ke bumi, menandakan kedatangan hujan. Dengan berat hati pula aku beranjak pergi meninggalkan makam tersebut basah kuyup oleh terjangan hujan.

"Sampai jumpa, tante."

Aku berlari menuju rumahku saat ini. Karena ku pikir jumlah harga transportasi yang harus ku bayar sejauh ini itu masih sama, aku hanya membawa sedikit uang. Jadi mau tak mau aku harus berlari untuk kembali ke rumahku.

Siapa sangka inflasi bisa melonjak setinggi ini?

Sambil terus berlari, aku mencoba untuk melihat pemandangan sekitar. Banyak orang yang berlalu lalang menghindari hujan. Banyak pula bangunan baru dan bangunan lama yang sudah direnovasi. Sepertinya aku harus mulai menghapal peta lagi--

Langkahku terhenti.

Pandanganku tertuju pada poster meet & greet 2 idol yang sedang diadakan di bangunan yang cukup besar. Tapi anehnya meet & greet tersebut bukan untuk idol manusia pada umumnya, melainkan idol virtual--

Idol virtual???

Apakah jaman sudah secanggih ini sampai mereka mencoba membuat Hatsune Miku dengan orang asli di belakangnya?

Karena penasaran, aku mencoba masuk ke dalam bangunan tersebut. Beruntungnya aku mendapatkan tiket yang dijual secara khusus untuk penggemar baru yang datang ke acara tersebut. Sistem macam apa ini?

Ah, tapi idol perempuan yang memiliki tanduk dan rambut putih itu memiliki banyak sekali penggemar. Bahkan sebagian besar gedung ini dikuasai oleh penggemar idol perempuan tersebut.

Hm? Tunggu, bukankah di poster tadi ada 2 orang idol yang melakukan meet & greet kali ini?

Aku melihat ke sisi lain antrian penggemar perempuan tersebut dan menemukan seorang idol perempuan dengan rambut dan pakaian serba merah muda. Berbeda dengan idol perempuan bertanduk tadi, idol ini memiliki model gambar (apa penyebutan yang pas untuk ini??) yang cukup kaku.

Yang mengejutkannya lagi, tidak ada seorang pun yang datang untuk menemuinya. Seluruh orang hanya tertarik kepada idol perempuan bertanduk itu.

Miris sekali.

Setelah diingat-ingat lagi, dulu ketika kami pertama kali debut, kami langsung melibas semua pemula yang debut bersamaan dengan kami saat itu dan langsung berada di puncak kepopuleran kami. Kami bahkan mengalahkan artis senior dan yang jelas lebih berpengalaman dari kami.

Tidak sopan sekali rasanya. Tidak, bahkan lebih buruk dari itu.

Bagaimana perasaan mereka saat diperlakukan seperti itu oleh pendatang baru..?

Bagaimana perasaan mereka yang seharusnya berada di posisi yang setara dengan kami tapi malah ditendang dari dunia hiburan lebih dulu..?

Ketika aku terlibat dengan kasus pemerkosaan tersebut, aku yakin sebagian besar dari mereka ada yang menjilat atasan untuk bisa mendapat kepopuleran setara..

Tapi bagaimana dengan orang yang datang ke industri tersebut dengan jujur?

Mereka benar-benar berusaha keras meskipun hasilnya seringkali mengkhianati mereka.

Lalu bagaimana denganku?

Melarikan diri dan menjatuhkan harga diri adik-adikku hanya karena ketakutanku, mengingkari janji ku kepada orang yang berharga bagiku, dan--

--merasa bingung dengan tujuan hidupku, padahal sudah mendapatkan kesempatan kedua...

Oh, sialan.

Apakah ini sebuah petunjuk?

Aku berjalan menuju tempat perempuan serba merah muda tersebut. Mencoba menahan air mata yang sedari tadi ku tahan, tapi malah gagal.

Menghampiri gadis tersebut dengan senyuman terbesar yang ku coba lakukan--dengan air mata yang tak sengaja ku keluarkan.

"Sakura Miki, kan?"

Model gadis virtual tersebut bergerak. Matanya bahkan membukat melihat kedatanganku.

"Aku adalah penggemar baru mu, sekaligus orang yang terselamatkan hidupnya berkatmu, terima kasih..."

Model gadis virtual tersebut tersenyum, tetapi aku dapat mendengarkan suara isak tangis dari gadis tersebut. Oh, apakah ini yang dinamakan perisai jitu?

"Tidak, aku juga adalah orang yang terselamatkan hidupnya berkat kehadiranmu di sini, terima kasih banyak." Suaranya terdengar bergetar tidak karuan, tetapi aku dapat mendengar ketulusan di dalam kata-katanya.

"Mulai sekarang, tetaplah dukung aku ya! Aku akan berusaha sekeras mungkin agar dapat menjadi idol yang kau inginkan, penggemar terbaikku!"

Aku tak bisa menahan senyuman yang terukir lebar di wajahku, "aku menantikannya, idol terbaikku."

-----

Cklek!

"Selamat datang kembali, kak--"

"Gempa, Taufan, pendaftaran SBMPTN masih dibuka sampai akhir bulan ini kan?"

Keduanya terlihat shock berat berkat pertanyaanku ini.

"Eh, euhm.. iya, kakak mau mendaftar?" tanya Gempa dengan nada gugup.

"Huum, dan aku juga ingin mendaftar pelatihan silat--kalau perlu, yang terdekat saja tidak apa agar kalian tidak perlu khawatir," keduanya tampak lebih shock setelah aku bertanya lagi.

"Kak.. kakak baru bangun dari koma beberapa minggu yang lalu, lho? Apa karena kakak mendapatkan hidayah selama koma makannya kakak mau se-produktif ini?" tanya Taufan dengan sedikit nada bercanda di dalamnya.

"Bukannya malah bagus? Daripada kamu, bukannya belajar yang bener malah kena DO dari sekolah. Gimana caranya mau cari kerja nanti?" pertanyaanku ini cukup membuatnya seperti tertusuk oleh jarum-jarum raksasa.

Yah, bukannya bagus meroastingnya seperti ini? Siapa suruh jadi bandel dan berkali-kali mimpin tawuran!

"Untuk kali ini aku setuju sama Kak Hali," pernyataan Gempa membuat Taufan terkejut.

Sambil berlagak tersakiti, Taufan membalasnya dengan cemberut, "jahat kalian semua."

"Dan ada satu lagi yang ingin ku lakukan."

Keduanya menatapku dengan penasaran.

Ini adalah kesimpulan yang ku dapat selama perjalananku hari ini. Terlebih, aku masih ingin membuat lagu yang dulu sempat ku tulis--Reason for Existence--karena aku tidak ingin menyerah untuk menjadi impian bagi semua orang.

Aku tersenyum kepada keduanya, membuat mereka bergidik ngeri.

"Aku ingin menjadi Vtuber."

Dan semenjak keputusanku itu, dunia ku kembali berubah...

-----

Orang tersebut menatapku dengan tatapan tertarik di balik kacamatanya visor oranye miliknya, "jadi kalian tetangga baruku ya.. kalau begitu salam kenal, aku Solar Gamma. Semoga kalian betah di sini, Gempa, Taufan, dan juga Halilintar."

-----

Laki-laki di depanku pun tersenyum lebar sambil menyodorkan sebuah permen berbentuk pikachu, "karena kau adalah penghuni baru di apartemen dekat sini, itu artinya kita bakal sering bertemu! Perkenalkan, namaku Thorn! Ini, aku berikan permen ini untuk Hali soalnya permennya lucu kayak Hali, sekalian sebagai hadiah pertemanan juga!"

-----

Orang di sampingku ini langsung nyengir. Sembari melepaskan headset nya ia pun berkata, "no problem, Hali! Mulai sekarang, Blaze yang hebat ini akan menjadi producer musik untuk setiap lagumu yang sudah pasti bisa menjadi masterpiece!"

-----

Pria tersebut terkekeh, wajah tampannya itu terpampang jelas di monitorku sedang tersenyum, "kalau kau bingung kenapa sifat aku dan Blaze berbeda jauh, itu semua karena dia terlalu liar dan aku terlalu malas. Apapun itu, ku rasa kita akan sering melakukan collab bersama, jadi jangan bosan-bosan berhadapan dengan Ice Frost ini ya, Hali~"

-----

Seorang pria bertubuh gempal tiba-tiba saja menepuk bahuku dan berkata, "hai Halilintar! Aku Gopal, kawan baik kamu! Dan yang rambutnya macam landak ini Fang, musuh bebuyutanmu!"

Pria yang dipanggil Fang itu mendelik begitu diperkenalkan oleh Gopal, "wei! Apa maksud kau tu, ha?!"

-----

Ketika aku berusaha mengambil buku di rak atas, seorang pria dengan rambut ungu yang mirip dengan Fang membantu mengambilkannya untukku, "nih, kau Halilintar kan? Aku abangnya Fang, terima kasih sudah berteman dengan bocah wibu itu."

-----


"Kak? Kau sedang memikirkan apa?"

Aku tersentak mendengar pertanyaan Gempa yang tiba-tiba. Aku pun menghela nafas, "hanya sedang bernostalgia, kau membuatku kaget saja."

"Lho, kalau gak dikagetin nanti kalau kakak kesambet gimana?"

Aku menggeplak kepala Taufan, "amit-amit lah! Jangan doain yang aneh-aneh kamu."

"Ih! Aku kan cuma bercanda, kak!" balasnya dengan ekspresi cemberut.

"Bercanda mu jelek banget, kak," Gempa meletakkan panci berisi sup di meja, kemudian ia tersenyum.

"Nah, sup kacang merah sudah siap! Kalian ada stream handcam kan hari ini? Semangat~"

Aku tersenyum kecil kepadanya, begitu pula dengan Taufan yang mengeluarkan senyum beserta ilernya begitu melihat masakan Gempa.

"Terima kasih, Gempa!"

Gempa itu memiliki 2 senyuman. Yang pertama adalah senyuman tulus yang selalu ia tunjukkan setiap saat, walau terkadang senyumannya bisa diartikan dengan senyuman pasrah.

Dan senyuman yang kedua adalah senyuman mengerikan yang sulit dideskripsikan dengan kata-kata.

Jika memang Gempa terobsesi kepadaku, maka akan ku temukan cara terbaik untuk menghentikannya.





















Hewwooooo! How u doin??

Belakangan ini ujannya deres banget aseli, rasanya kayak mau demam kapan aja 😇. Btw, bagi yang mau berinteraksi langsung sama aku, boleh kok chat aku di X/twt!

Cari aja usn @mizuhanome_kei di twt, isinya sebagian besar itu yapping sama AU ku. Tapi AU nya itu AU enstars, bukan bbb (agak takut soalnya kalo di twt)

Btw juga, referensi Sakura Miki itu ku ambil dari vtuber aslinya yaitu Sakura Miko. Dulu pernah ada acara meet & greet gitu, dan karena dia terhitung cukup baru, yang dateng di acara meet & greet buat nemuin dia itu cuma satu doang sementara perempuan bertanduk alias Nakiri Ayame itu dikerubungin banyak penggemar. Walau cerita ini kesannya kayak karangan, nyatanya ini beneran kejadian, dan sekarang dia udah punya 2 juta lebih subs dan aku ikut bangga ‼️

Anyway, di chapter ini sekaligus aku mau ngasih tau buat jagain temen-temen kalian ya, terutama yang mulai keliatan ga ada semàngat hidupnya(?). Dan satu fakta yang ku tau sejauh ini adalah, orang yang bunuh diri kebanyakan adalah orang yang paling tidak mau mati. Keadaan dan lingkungan yang bikin dia ngambil keputusan kayak gitu.

Baiklah, sekian dari ku, adios~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com