like hell
"Apa ini?"
"Tteokbokki."
Mystery menatap hidangan di depannya dengan ngeri. "Kenapa warnanya merah sekali?"
"Karena warna merah adalah warna cinta. Dan aku membuat ini dengan sepenuh jiwa dan ragaku." Kau menyeret Mystery untuk duduk di kursi makan sebelum menyodorkan sepiring tteokbokki padanya. "Nah, makanlah. Aku belum mencicipinya karena aku ingin kau menjadi orang pertama yang merasakannya."
Itu sama sekali tidak membantu.
Mystery memandangmu, lalu kembali memandangi tteokbokki itu seolah sedang menatap bom waktu yang siap meledak. Lalu dengan tangan sedikit gemetar, dia menyumpit sepotong tteokbokki. Saus merahnya menetes pelan, terlihat seperti tetesan darah segar baginya. Mystery meniupnya sebentar, lalu memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.
Lidahnya langsung terbakar. Namun meski begitu, Mystery tetap mengunyahnya sampai habis.
"Bagaimana rasanya?" tanyamu penuh harap.
'Seperti neraka.'
"Enak."
Wajahmu berbinar begitu mendengar jawabannya. "Syukurlah. Habiskan, ya."
Sepertinya kau ingin membunuhnya.
Meski dia sudah mati sebelumnya, sih. Tapi tetap saja dia keberatan untuk mati lagi.
Pada kunyahan berikutnya, airmata Mystery pun mengalir.
"Eh? Kau kenapa?" Kau segera menggeser kursimu lebih dekat padanya. Tanganmu terangkat untuk menghapus air mata pria itu.
Apakah rasanya begitu enak hingga Mystery menangis bahagia?
Kau jadi penasaran bagaimana rasanya.
Meraih sumpit, kau mulai mengambil sepotong tteokbokki dari piring. Saus merahnya masih mengepul panas, dan aromanya menusuk hidung. Kau meniupnya sebentar sebelum memasukkannya ke dalam mulutmu.
Dalam sekejap, lidahmu seperti dilempar ke kawah magma. Napasmu tersengal, matamu refleks berkaca-kaca. Kau cepat-cepat mengambil segelas air dan meneguknya hingga habis.
"Rasanya mengerikan!" Kau bergidik. Tatapanmu lalu mengarah pada Mystery yang masih memakan 'lava' itu. "Jangan dimakan lagi. Nanti kau sakit perut."
Mystery tidak mendengarkan. Dia tetap saja makan meski airmata kembali mengalir di wajahnya. "Kau sudah susah payah membuatnya. Sayang sekali kalau dibuang."
Kau tertegun mendengar kata-katanya. Tanpa bisa dicegah, matamu pun mulai kembali berkaca-kaca. Kali ini bukan karena kepedasan, melainkan karena terharu akan ketulusan hati Mystery.
Dengan segera, kau mengambil kembali sumpitmu dan mulai memakan tteokbokki itu lagi.
Mystery menoleh padamu, seolah bertanya apakah kau yakin dengan keputusan hidupmu.
"Ayo kita lalui neraka ini bersama-sama," ucapmu dramatis.
Dengan penuh perjuangan dan penyiksaan, kalian akhirnya berhasil menghabiskan makanan itu.
'Ingatkan aku untuk tidak pernah meminta rekomendasi saus yang enak pada Baby lagi.' gumammu dalam hati.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com