ramyeon
Uap panas memenuhi ruangan kecil itu. Kau dan Mystery duduk bersila di lantai, di depan meja rendah tempat panci ramyeon mengepulkan aroma gurih.
Suara air mendidih berpadu dengan bunyi sumpit yang kau gunakan untuk mengaduk, sementara Mystery hanya duduk di seberangmu seraya menopang dagu dengan tangan. Poni panjang yang biasanya menutupi kedua matanya kini tertahan oleh sebuah bando di kepalanya.
Hal itu membuatmu bisa melihat seluruh wajahnya dengan jelas. Dan itu jelas berbahaya untuk jantungmu. Tanpa poni yang menutupi, kedua matanya terlihat begitu jelas. Apalagi tatapan itu terfokus padamu sepenuhnya.
"Kau tidak ingin membantuku?" tanyamu seraya terus mengaduk ramyeon di dalam panci.
"Aku bantu memperhatikanmu saja," jawabnya santai.
'Itu jelas tidak membantu!' jeritmu dalam hati, mencoba mengabaikan tatapannya yang tak pernah lepas darimu.
Beberapa menit kemudian, ramyeon pun matang. Kau menuangkannya ke dalam dua mangkuk sebelum mendorong salah satunya ke Mystery. "Makanlah sebelum dingin."
Namun bukannya melakukan apa yang kau katakan, Mystery malah berdiri agar bisa pindah dan duduk di sampingmu.
"Apa yang kau lakukan?" tanyamu heran.
"Aku punya cara yang lebih menyenangkan dalam menikmati semangkuk ramyeon." Mystery mengangkat sehelai mie dengan sumpitnya ke mulutmu, kemudian dia meletakkan ujung lain dari mie itu ke bibirnya sendiri.
Kau terdiam ketika otakmu memproses apa yang baru saja ia lakukan. "Sebenarnya apa yang-"
Terlambat. Mystery sudah mulai menyeruput mie itu perlahan, membuat jarak di antara kalian semakin mengecil. Kau bisa saja menarik diri, memutus mie itu, atau bahkan memarahinya. Tapi entah kenapa, tubuhmu menolak untuk bergerak.
Seruput demi seruput, wajah kalian semakin dekat. Kau bisa merasakan napasnya yang hangat di wajahmu, dan detak jantungmu mulai tak karuan. Pandangannya tak pernah lepas darimu, seolah menunggu reaksi yang akan kau berikan.
Hingga akhirnya, ujung mie itu habis. Tak ada lagi yang memisahkan kalian. Dalam sepersekian detik, kau menyadari jarak di antara bibir kalian hanya tinggal beberapa sentimeter, lalu...
Bibir Mystery menempel di bibirmu dengan lembut. Singkat, tapi cukup untuk membuat seluruh tubuhmu kaku. Dia tidak tergesa, hanya memberi tekanan ringan seolah sekadar memastikan kau merasakan setiap detiknya.
"Ternyata memang lebih enak dimakan dengan cara seperti itu," ucap Mystery dengan senyum penuh kemenangan terukir di wajahnya.
Jangan tanya bagaimana kondisi jantungmu saat ini. Terimakasih.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com