A : Awful
Ran yang sedang marah itu sangat mengerikan.
[Name] akan selalu mengingat untuk jangan pernah membuat Ran marah, karena kalau tidak, kemungkinan ia akan bernasib sama dengan orang yang kini mungkin sudah hancur tengkoraknya karena Ran tidak berhenti memukulkan tongkat besi ke kepala orang itu.
Semuanya berawal saat [Name] digoda, atau mungkin lebih tepatnya hampir dilecehkan oleh beberapa orang yang tidak dikenal ketika ia berjalan pulang dari tempat kerjanya. Siapa yang tahu, di tengah keramaian Roppongi yang seolah tidak pernah tidur akan ada bahaya yang bisa mengintai seseorang kapan saja. Yah, mungkin ini salah [Name] juga karena ia memilih jalan pintas agar bisa sampai di rumah dengan cepat karena ia sudah merasa sangat lelah dan ingin segera tidur di kasur tercintanya.
Jalan yang [Name] lalui adalah sebuah gang dengan pencahayaan yang temaram, bahkan ada beberapa lampu yang sudah mati dan tidak lagi berfungsi, membuat jarak pandangnya terbatas hingga tidak menyadari adanya sekumpulan pria yang tengah berkumpul dengan beberapa botol minuman keras di sekeliling mereka.
Jantung [Name] seketika berpacu dengan cepat. Gadis itu sedikit merutuki keputusannya karena memilih jalan ini. Ingin rasanya memutar kembali tumitnya dan berlari ke jalanan ramai di belakangnya, namun sepertinya kembali pun sama saja karena jaraknya sudah sangat jauh. [Name] sudah hampir berhasil melewati gang saat matanya menangkap cahaya lampu jalan tak jauh di depannya. Maka dari itu, ia memantapkan hatinya. [Name] segera mempercepat langkah kakinya, berusaha sekeras mungkin untuk tidak menimbulkan suara hingga akan menarik perhatian orang-orang itu. Meski [Name] menguasai beberapa tekhnik taekwondo, jumlah mereka tidak sedikit. Sudah pasti ia akan kalah meski berusaha melawan.
"Ya ampun, apakah nona cantik ini tersesat?"
Deg
Jantung [Name] hampir melompat keluar saat suara itu tertangkap indera pendengarnya. Ia bisa melihat salah seorang berandalan yang tadi berkumpul di sudut kini sudah berdiri di depannya dengan seringai kotor di wajah orang itu.
"Kenapa buru-buru, manis? Bergabunglah dengan kami. Kami bisa menghangatkanmu di malam yang dingin ini."
Gemuruh tawa di belakangnya membuat [Name] mengepalkan tangan. Saat orang itu mencoba untuk menyentuh wajahnya, [Name] segera memberi perlawanan dengan cara menendang 'masa depan' pria yang kini merintih kesakitan.
[Name] segera berlari pergi, namun langkah kakinya terhenti saat rambutnya yang tergerai dijambak oleh seseorang.
"Jalang sialan! Aku akan membunuhmu!" Orang itu melempar tubuh [Name] hingga punggung gadis itu membentur dinding bata di belakangnya dengan sangat keras. "Tapi sepertinya akan sia-sia jika gadis cantik sepertimu mati begitu saja. Bagaimana kalau kau melayani kami terlebih dahulu sebelum aku membunuhmu."
[Name] membulatkan mata mendengar kata-kata pria itu. Apalagi sisa orang yang tadinya hanya diam menyaksikan kini sudah berkumpul mengelilingi dirinya.
"Kami akan bersikap lembut jika kau menurut seperti anjing yang patuh, sayang~" Suara menjijikkan itu kembali terdengar. Bayangan-bayangan mengerikan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya terus berputar di kepala gadis berhelai [hair color] tersebut.
[Name] ketakutan sekarang. Tubuhnya yang gemetar membuktikan semua itu. Gadis itu seketika kembali merutuki kebodohannya. Andai saja ia tidak mengambil jalan pintas, mungkin ia tidak akan terjebak dalam situasi mengerikan ini. Andai saja Ran datang menjemputnya, mungkin-
"Oh? Apakah tuan putri menangis?" Orang itu tertawa sebelum mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah [Name] yang ternyata sudah basah oleh airmata. "Sudah kubilang kami akan bersikap lembut jika kau-...."
"Singkirkan tanganmu dari milikku."
Bugh
Semuanya terjadi begitu cepat. Orang yang tadinya berdiri di depan [Name] kini sudah terlempar beberapa meter akibat pukulan yang datang dari orang yang tidak terduga.
"Ran... " [Name] menggumamkan nama itu saat ia menangkap punggung yang begitu familiar di matanya.
Ran melirik [Name] dari balik bahunya. Penampilan gadisnya yang kini berantakan membuat emosinya seketika naik ke level tertinggi. Dengan cepat, Ran segera melesat menuju sekumpulan bedebah yang kini menatap pria kepang itu dengan sorot mata ketakutan.
Sepertinya mereka mengenal siapa Haitani Ran. Oh, berandalan Roppongi mana yang tidak tau sang penguasa tersebut? Jika mereka tau kalau gadis itu adalah milik Ran, mereka tidak akan mengganggunya sejak awal. Tapi apa daya, nasi telah menjadi bubur. Mereka telah mengusik milik Ran yang paling berharga, jadi bersiaplah untuk pemakamanmu.
"Apakah tangan ini yang tadi menyentuh milikku?"
Sreeettt
"AAAAAARRGGHHH!"
Suara teriakan kesakitan itu menggema di gang yang gelap saat Ran menginjak tangan orang yang tadi dipukulnya.
"Apakah kepala ini yang memikirkan hal kotor tentang milikku?"
Sreeettt
Bugh!
Suara teriakan kembali menggema saat Ran memukul kepala orang itu dengan tongkat besi di tangannya. Darah mulai mengucur dari kepala orang yang tadi mengganggu kekasihnya, tapi Ran tidak peduli. Ia bahkan berencana untuk membunuh bajingan ini.
Ran mungkin tidak peduli, tapi [Name] peduli. Bagaimana jika Ran membunuh orang itu? Bukan berarti [Name] merasa kasihan pada orang yang berniat jahat padanya beberapa saat yang lalu, namun gadis itu tidak ingin Ran membunuh orang karena dirinya.
"Hentikan, Ran."
Namun seolah tuli, Ran mengabaikan ucapan [Name] dan kembali melayangkan pukulan pada orang yang sudah tidak sadarkan diri itu.
Sedikit meringis karena sengatan rasa sakit di punggungnya, [Name] segera menghampiri Ran dan memeluk pria itu dari belakang. "Hentikan, Ran. Kumohon."
Suasana menghening beberapa saat. [Name] merasa lega ketika Ran mendengar kata-katanya kali ini.
"Dengar." Suara Ran yang dalam dan gelap memecah keheningan. [Name] tau kata-kata itu bukan ditujukan padanya, melainkan pada kumpulan orang yang mematung di belakang mereka.
"Jika ada di antara kalian -atau siapapun itu- yang mengganggu milikku lagi, maka bersiaplah untuk mati di tanganku."
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com