Setelah kejadian penembakan itu, Ran semakin protektif pada kekasihnya. Ran bahkan segera memboyong [Name] ke kediamannya begitu gadis itu keluar dari rumah sakit. Dengan alasan keamanan, [Name] tidak bisa menolak keputusan tersebut.

"Aku bisa jalan sendiri, Ran." [Name] berkata saat Ran menggendongnya dengan gaya pengantin begitu mereka keluar dari mobil untuk memasuki gedung dimana tempat tinggal pria dengan tatto di tenggorokannya itu berada.

"Kau sedang terluka."

"Yang terluka 'kan bahuku. Kakiku baik-baik saja."

"Tetap saja kau sedang terluka."

[Name] menghela napas lelah. Ran adalah orang yang keras kepala, jadi berdebat dengan pria itu tidak akan ada habisnya.

Gadis berhelai [hair color] itu memilih untuk menyadarkan kepalanya di dada bidang sang kekasih. [Name] tidak bisa untuk tidak memikirkan kehidupannya beberapa waktu ke depan.

Orang tua [Name] tidak tahu kalau ia mengalami kecelakaan. Gadis itu sengaja tidak memberitahu mereka karena tidak ingin mereka cemas dan khawatir.

Mulai hari ini pun ia akan tinggal satu atap dengan Ran. Jika orang tua [Name] di Kyoto tau anak gadisnya tinggal dengan laki-laki, apa yang akan mereka lakukan? Oh, tentu saja mereka pasti akan memarahinya karena itu tidak pantas.

"Kurasa kau harus segera menikahiku, Ran."

Sang empunya nama tertawa dan langsung menyetujuinya saat itu juga.

"Tentu saja, princess. Setelah kau pulih sepenuhnya, aku akan segera menyematkan margaku di belakang namamu."

.
.
.