N : Nightmare
[Name] tidak ingat bagaimana ini terjadi. Dirinya tiba-tiba saja berada di situasi yang tidak dia mengerti. Yang gadis itu tau, kini dia berada di tengah-tengah perkelahian antar geng yang saling memukul dan menghajar satu sama lain. Gemuruh hujan dan teriakan saling bersahutan seolah menjadi latar di tempat itu.
Banyak orang yang sudah terkapar, entah dengan darah atau luka pukul di tubuh mereka. [Name] sungguh ingin pergi dari tempat ini, namun kakinya seolah terpaku di tempat hingga tidak bisa bergerak. Matanya terus bergerilya untuk melihat situasi hingga siluet tubuh seseorang yang dikenalnya tertangkap iris [eye color] sang gadis.
Seketika, gadis berhelai [hair color] itu pun merasa lega. Setidaknya ada orang yang ia kenal disini.
"R-....."
DOR! DOR! DOR!
Iris [eye color] [Name] membulat sempurna saat tubuh yang tadinya berdiri kokoh itu kini jatuh tersungkur dengan lubang yang mulai mengucurkan darah segar di tubuhnya.
Seolah oksigen ditarik paksa dari tubuhnya, [Name] merasa ia kesulitan untuk bernafas.
"KAKAK!"
Seseorang berteriak dan berlari menuju sosok yang terjatuh itu. [Name] berusaha untuk mengangkat kakinya agar bisa menghampiri mereka. Setelah berhasil, [Name] segera berlari sekencang yang ia bisa. Tubuhnya berulang kali menabrak orang yang masih terlibat perkelahian, tapi ia tidak peduli. [Name] hanya memikirkan bagaimana caranya ia segera mencapai sosok yang tidak sadarkan diri itu.
"Ran..." [Name] jatuh berlutut di samping tubuh Ran yang kini berada dalam dekapan Rindou.
"[Name], k-kakak tidak bernafas," ucap Rindou di sela isakannya.
Dengan tangan yang gemetar, [Name] mencoba menepuk pipi Ran yang terasa dingin di bawah sentuhannya. "Ran, bangun."
Nihil.
Tak ada perubahan apa pun. Tubuh Ran tetap diam meski kini [Name] mengguncang tubuh itu dengan airmata yang mengalir di wajahnya. "Kubilang bangun, Ran! Ini tidak lucu! Bangun, sialan!"
Meski [Name] meraungkan nama Ran, mengguncang tubuh laki-laki itu, Ran tetap tidak membuka matanya. Hembusan nafasnya sudah tidak ada, bahkan detak jantungnya pun sudah tidak terasa.
"RAN!"
.
.
.
.
"[Name]...."
Sang empunya nama membuka matanya lebar-lebar hanya untuk menatap langit-langit kamarnya.
"Kau menangis dalam tidurmu. Kau mimpi buruk? Hm?" Suara itu terdengar cemas. [Name] tidak bisa melihat terlalu jelas siluet itu karena kegelapan kamarnya, namun hanya mendengar suaranya saja ia sudah bisa tau siapa orang yang kini duduk di samping tempat tidurnya tersebut.
Tanpa menunggu waktu lama, [Name] segera menarik orang itu ke dalam pelukannya. "Jangan pergi, Ran. Jangan tinggalkan aku."
[Name] kembali menangis. Tangannya memeluk Ran dengan sangat erat. Gadis itu merasa lega begitu merasakan detak jantung Ran yang berdetak seirama dengan detak jantungnya sendiri.
[Name] bersyukur, ternyata kejadian mengerikan itu hanya mimpi.
Meski awalnya terkejut, perlahan Ran mulai mengelus kepala [Name] seraya terus menenangkan gadis itu. "Kau benar-benar mimpi buruk ya?"
"Mimpi terburuk dalam hidupku."
Ran terkekeh mendengar jawaban [Name] yang teredam di bahunya. "Seburuk itu kah?"
[Name] mengangguk.
"Yasudah. Sekarang lupakan mimpi itu dan kembali tidur, oke?" Ran membenarkan selimut [Name] sebelum mencium kening gadisnya dengan sayang. "Selamat malam, princess."
Saat Ran hendak bangkit dari tempat tidur, [Name] segera meraih ujung baju laki-laki itu, "Jangan pergi," ucapnya pelan. Manik [eye color] itu kembali berkaca-kaca. "Jangan tinggalkan aku."
Sepertinya mimpi itu benar-benar menggangu [Name]. Ran jadi penasaran, mimpi buruk apa yang baru saja dialami kekasihnya ini?
Ran akhirnya mengabulkan permintaan itu. Tadinya ia akan pulang setelah [Name] tertidur, sekaligus pergi untuk membereskan orang-orang yang mengganggu kekasihnya. Tentu saja Ran tidak akan puas sebelum membunuh mereka. Karena siapapun yang mengusik miliknya, maka orang itu harus mati.
Namun betapa terkejutnya Ran saat ia mendapati [Name] menangis seraya memanggil namanya di dalam tidur gadis itu. Ran yang tadinya akan keluar dari rumah itu setelah memeriksa [Name] pun lantas mengurungkan niat awalnya tersebut.
Saat Ran merebahkan diri di kasur, [Name] segera meringkuk ke dalam pelukan kekasihnya. "Terimakasih, Ran."
Laki-laki tampan itu tersenyum sebelum mencium puncak kepala gadisnya. "Anything for you, love."
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com