Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

T : Teritorial

Mystery bukanlah tipe orang yang banyak bicara atau menunjukkan perasaannya secara terang-terangan. Tapi siapapun bisa tahu bahwa pria berambut lilac itu menyukaimu jika dilihat dari sikap dan perlakuannya jika menyangkut dirimu.

Seperti ketika kau tersesat di tengah keramaian, hanya butuh beberapa menit sebelum Mystery muncul di sampingmu tanpa suara, seolah-olah ia selalu tahu di mana kau berada. Atau ketika kau mengeluh pelan soal hari yang melelahkan. Tanpa banyak kata, ia akan menyingkirkan beban dari tanganmu dan membawanya untukmu. Tidak ada janji manis, tidak ada kalimat puitis, hanya tindakan kecil yang nyaris tak terlihat tapi memiliki makna yang dalam. Bahkan saat kau berbicara tentang hal remeh seperti cuaca atau makanan kesukaanmu, ia mendengarkan. Mungkin tak ada balasan panjang darinya, tapi beberapa hari kemudian kau akan menemukan versi terbaik dari makanan itu di mejamu, tanpa catatan ataupun nama pengirimnya.

Tapi hal yang paling mencolok dan yang membuat orang lain berpikir dua kali sebelum mendekat adalah sikap teritorialnya. Ia tidak kasar, tidak meledak-ledak. Tapi cukup dengan aura dingin yang tajam ketika seseorang berdiri terlalu dekat denganmu, atau cara halusnya menyelipkan dirinya di antara kau dan orang lain, seolah-olah menandai batas yang tak kasatmata. Tangan yang tiba-tiba menyentuh bahumu ketika seseorang mulai terlalu akrab. Nada suaranya yang turun satu oktaf lebih rendah saat ada yang menyebut namamu dengan cara yang menurutnya 'terlalu akrab.' Ia tak pernah melarangmu, tapi kehadirannya selalu menjadi pengingat bahwa kau adalah seseorang yang berarti baginya, dan bahwa ia tidak suka berbagi.

"Dia menggeram padaku lagi," ucap seorang pria padamu.

"Siapa?" tanyamu.

"Pacarmu."

"Hah?"

Pria itu lalu menujuk ke arah Mystery yang berdiri di belakang meja kasir dengan dagunya. "Meski matanya tertutup rambut, aku yakin dia sedang menatapku dengan tajam."

Kau turut menatap Mystery, dan mendapatinya kini memasang wajah cemberut ketika matamu tertuju padanya.

"Sial. Begitu kau menatapnya, ekspresinya langsung berubah."

Kau memutar matamu begitu mendengar kalimat itu. "Apa yang kau bicarakan? Mystery bukan orang seperti itu. Dia orang yang lembut. Dan sekedar informasi, dia bukan pacarku."

"Lembut? Mungkin iya jika dia berbicara denganmu. Tapi dengan orang lain? Tidak. Apalagi pada pria yang mendekatimu. Bahkan padaku; sepupumu sendiri." Pria itu; sepupumu, menggelengkan kepalanya. "Dia seperti anjing liar."

Sepupumu mendesah panjang, lalu bersandar pada dinding dengan wajah seolah baru saja lolos dari medan perang. "Aku hanya bertanya kau mau minum apa. Belum lima detik bicara, dia sudah berdiri lebih dekat daripada bayanganmu sendiri. Diam tapi sangat intens. Rasanya seperti aku akan dihukum hanya karena bernafas di dekatmu."

Kau menoleh lagi ke arah Mystery. Ia masih di balik meja kasir, berpura-pura sibuk menyusun barang, tapi kau tahu dari gelagatnya. Gerakannya terlalu kaku, terlalu teratur. Kau langsung tahu ia sedang menguping.

Senyuman kecil menghiasi wajahmu ketika kau berkata. "Dia memang begitu."

Sepupumu melotot begitu mendengar tanggapanmu. "Jadi kau tahu?"

"Sedikit." Kau mengakui dengan bahu terangkat.

"Lalu kau nyaman-nyaman saja dengan itu?"

Kau terdiam sesaat. Jika orang lain yang bersikap seperti itu, kau mungkin sudah merasa terganggu dan terkekang. Tapi Mystery? Dengan segala keheningannya, tatapan-tatapan sunyi yang ia lemparkan, dan bagaimana ia tak pernah memaksa tapi selalu ada?

"Anehnya ya," gumammu pelan.

Sepupumu menatapmu tidak percaya sebelum melirik ke arah Mystery yang kini dengan tenang menyesap minumannya seolah-olah tidak pernah melotot pada seseorang sebelumnya. "Dengan sikap seperti itu, kau berani bilang bahwa dia bukan pacarmu?"

"Karena dia memang bukan."

Sepupumu menatapmu lama, seperti menunggu kau tertawa dan mengatakan itu hanya bercanda. Tapi kau tetap diam, wajahmu tenang, bahkan ketika matamu kembali tertuju pada Mystery yang sekarang pura-pura tidak memperhatikan kalian, meskipun kau tahu benar ia mendengar setiap kata.

"Lalu kenapa dia bersikap solah kau miliknya?"

Pertanyaan itu membuatmu terdiam lagi. Bukan karena kau tak punya jawaban, tapi karena kau mulai sadar bahwa kau juga tidak benar-benar tahu.

Mystery tidak pernah menyatakan apa pun. Tidak pernah berkata ia menyukaimu. Meskipun terkadang ia tidak sengaja memegang tanganmu, atau bahkan menjilatmu ketika kalian piknik hari itu; sebuah cara di luar nalar yang berhasil membuat jantungmu berdetak dengan cepat hanya untuk membersihkan wajahmu dari remah makanan.

Kau masih ingat betul ekspresi syokmu saat itu, dan bagaimana pipimu memanas bukan karena marah, melainkan karena kau tak tahu bagaimana menghadapi perhatian absurd seperti itu. Mystery memang bukan tipikal pria romantis, tapi ia juga bukan seseorang yang membiarkan orang lain mengotori hal yang dianggapnya penting, terutama jika hal itu adalah kamu.

Kau tersadar dari pikiranmu begitu sepupumu memanggil namamu.

Sebelum kau sempat menjawab, kau mendengar langkah kaki mendekat. Langkah yang terlalu ringan untuk sembarang orang, dan terlalu familiar untuk tidak kau kenali.

Mystery kini berdiri di sampingmu, dan meskipun tidak mengatakan sepatah kata pun, ia meraih satu sisi hoodie-mu dengan santai. Sebuah kebiasaan diam-diam yang selalu dilakukannya saat ia harus berpisah denganmu.

"Aku harus pergi," ucapnya.

"Sekarang?" tanyamu pelan.

Mystery mengangguk. "Aku ada urusan."

Sepupumu yang sedari tadi diam-diam mengamati, melirik kalian dengan penuh rasa ingin tahu namun memilih bijak untuk tak ikut campur.

Kau menatap jemari Mystery yang masih menggenggam ujung hoodie-mu. Genggamannya erat tapi lembut, seolah tak ingin melepaskan namun tindakan itu harus dilakukan.

"Baiklah," katamu pada akhirnya.

Mystery mengangguk lagi kemudian perlahan melepaskan genggamannya. Namun sebelum benar-benar berbalik, ia bersandar sedikit lebih dekat dan berbisik di telingamu. "Jangan terlalu lama bersamanya."

Kau menoleh cepat padanya, namun Mystery sudah melangkah pergi tanpa menoleh lagi. Tak ada penjelasan ataupun permintaan maaf. Hanya satu kalimat pendek bernada posesif yang terlalu jujur untuk ukuran seseorang seperti Mystery.

Kau hanya berdiri terpaku. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Di sebelahmu, sepupumu mulai membuka suara. Nadanya terdengar geli ketika ia berkata. "Baiklah. Aku tarik ucapanku. Dia bukan anjing liar, tapi serigala yang meng-klaim wilayahnya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com