07. Keberuntungannya
(Name) kini berada di mall. Gadis itu tidak belanja apa-apa. Ia hanya ingin berdingin karena sudah terlalu lama berada di luar, peluh sudah begitu banyak membanjiri tubuhnya.
(Name) melangkahkan dirinya ke toilet. Ketika membuka pintu, betapa terkejutnya (Name) ketika mendapati banyak sekali perempuan di sana.
Baiklah. Ini wajar karena memang tempat umum dan khusus perempuan. Yang membuat (Name) heran adalah jumlah mereka yang seperti ingin tawuran.
(Name) melongo kebingungan. Ada apa ini? Para perempuan itu sibuk berias dan menata rambut. Apa mereka semua model? Pikirnya.
"Hei! Kalau kau mau masuk cepat masuklah. Tutup pintunya!" tegur seorang gadis berambut pirang pada (Name).
Karena tidak ingin terlibat dengan gerombolan itu. (Name) pun menutup pintunya dan segera pergi meninggalkan toilet.
Brak!
(Name) terjatuh karena tiba-tiba ditabrak dengan kencang oleh seorang gadis yang seusia dengannya.
"Maafkan aku," ucap gadis itu seraya mengulurkan tangan.
(Name) pun menerima uluran itu dan segera berdiri. "Tidak apa-apa, lain kali hati-hati ya."
Gadis itu tersenyum kikuk. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku terburu-buru. Aku ingin dapat tempat di depan."
"Tempat di depan? Apa ada konser musik di sini?" tanya (Name) antusias. Sudah lama sekali dia tidak datang ke konser. Selain olahraga, ia juga menyukai dunia musik.
Gadis itu menggeleng. "Bukan. Apa kau tidak tahu? Kise Ryouta mengadakan Meet&Greet. Ano. Sekali lagi maafkan aku, ya? Aku pergi dulu."
(Name) mengangguk dan gadis itupun pergi.
Tunggu ... Kise Ryouta?!
Gemuruh langkah kaki puluhan manusia itu mengejutkan (Name). Mereka adalah para perempuan yang tadi di dalam toilet. (Name) jadi paham. Mereka berdandan untuk menghadiri meet&greet Kise Ryouta.
Karena ingin ikut juga, (Name) mengekori mereka ke tempat meet&greet itu. (Name) jadi merasa aneh. Mereka semua sudah berdandan dengan cantik. Sedangkan dirinya? Make up sudah luntur, badan bau matahari dan bajunya begitu lusuh.
Cepat-cepat (Name) berbalik, melesat ke toilet tadi. Ia tak mau bau badannya mengganggu acara meet&greet itu. (Name) mengeluarkan deodoran dan parfum dari ransel kecil yang dibawanya. Setelah itu, ia berdandan dan merapikan pakaiannya.
(Name) sangat berharap bisa berjumpa dengan Kise Ryouta.
(Name) pun keluar dan langsung menuju tempat meet&greet tadi. Ternyata acaranya sudah mulai. (Name) kedapatan tempat di belakang. Membuatnya sulit melihat panggung dengan jelas.
Karena tubuhnya kecil, (Name) nekat menerobos dan berhasil berada di tengah.
Sosok di atas panggung itu mencuri atensi semua kaum hawa. Kise Ryouta nampak mempesona dengan setelan jas warna abu-abu dan celana dasar hitam. Ditambah lagi dengan senyum khas andalannya.
Kise mulai menyapa para penggemarnya dan suasana jadi tambah heboh.
Sesi pertama yaitu menjawab Q&A. Pertanyaannya sudah dipersiapkan panitia. Kise pun menjawab semua pertanyaan, mulai dari kehidupan pribadi, dunia modelling, sekolah baru dan klub basket. Bahkan, tipe perempuan yang disukainya.
Sesi itupun usai. Kini pemandu acara mulai mengungumkan sesi yang kedua. "Oke. Sekarang waktunya kita memilih lucky fans!"
"UWAAHH!!!" Para penggemar Kise pun berteriak dan berjingkrak-jingkrak dengan hebohnya.
Salahsatu panitia menyerahkan empat tangkai mawar pada Kise. dan Kise menerimanya.
"Kise, kau lenpar empat mawar itu ke mereka. Yang mendapat bunga ini bisa naik ke panggung dan mendapat hadiah," ujar pemandu acara itu yang lagi-lagi membuat heboh.
Kise pun mulai melempar mawar itu dan langsung di perebutkan oleh manusia-manusia dibawah panggung. Jangan tanyakan keadaan tempat itu saat ini, sudah pasti sangat rusuh seperti pembagian sembako.
(Name) juga ikut berebut mawar itu. Ia ingin bertemu dengan Kise Ryouta saat ini juga.
Tiga mawar telah berhasil di dapatkan. Kini tinggal satu mawar yang terakhir.
Dan....
Perempuan yang berada di depan (Name) yang berhasil mendapatkannya. Para penggemar yang tidak mendapatkan bunga itu sudah pasti kecewa berat. Termasuk (Name).
Kise mengambil alih mic dan mulai berbicara. "Empat rasanya kurang. Aku ingin satu lagi yang naik kesini."
Sontak, mereka semua bersemangat lagi termasuk (Name).
"Berhubung mawarnya sudah habis, jadi aku ingin pakai cara lain yaitu menjawab pertanyaanku," ujar Kise.
(Name) jadi lebih bersemangat. Ia sudah tahu semua tentang Kise Ryouta.
"Pertanyaannya. Kapan aku bergabung dengan klub basket dan jelaskan teknik yang kupunya?"
Setelah mendengar pertanyaan Kise. (Name) langsung mengangkat tangan. Pemandu acara menyuruh gadis itu naik panggung karena (Name) satu-satunya orang yang mengangkat tangan.
(Name) sangat senang, berbanding terbalik dengan para penggemarnya Kise yang iri dengki.
(Name) pun mengambil alih mic dan mulai berbicara. "Kise-kun bergabung dengan klub basket saat kelas 2 SMP."
"Benar?" Pemandu acara memastikan.
Kise mengangguk. "Benar."
(Name) tersenyum dan melanjutkan jawabannya. "Kise-kun punya teknik copy. Yaitu bisa meniru dengan sempurna semua gerakan pemain yang dilihatnya. Selain itu, teknik ini cuma bertahan lima menit."
"Benarkah Kise?" tanya pemandu acara yang memastikan lagi.
Kise mengangguk dan tersenyum. "Benar sekali-ssu!"
Empat orang gadis yang dapat bunga mawar sudah mendapat hadiah masing-masing. Mereka mendapat goodie bag dan foto bersama Kise.
Sementara (Name) tidak mendapat hadiah karena panitia hanya menyediakan empat. Gadis itu hanya mendapat foto bersama.
Kise memandangi (Name) dengan intens. Di antara gadis yang naik ke panggung, hanya (Name) lah yang menarik atensinya. Sementara jantung (Name) berdebar kencang. Kise Ryouta benar-benar tampan! Mimpi apa dia semalam hingga menjadi lucky fans?
(Name) pun menyerahkan ponselnya ke panitia dan berfoto dengan Kise. Gadis itu dirangkul Kise dan (Name) berpose peace sambil tersenyum lebar.
Saat (Name) dan Kise selesai berfoto. Kise pun menawarkan sesuatu padanya. "Karena kau tidak dapat hadiah. Kau boleh meminta tiga hal dariku fans-chan."
"Ya ampun Ryouta-kun. Penawaranmu seperti om jin dalam botol saja," batin (Name) seraya memikirkan apa yang akan dipinta nanti.
Perkataannya itu langsung diprotes heboh oleh para penggemarnya Kise. Mereka benar-benar iri dan dengki atas keberuntungan (Name).
(Name) pun gugup. Ia bingung harus menjawab apa. Tapi bukankah ini kesempatan emas? (Name) tidak mau membuangnya. "Yang pertama ... Aku mau kontaknya Kise-kun."
"Boleh." Kise pun mengangguk dengan senang hati. Panitia langsung mencatat nomornya Kise.
(Name) tidak peduli dengan teriakan iri fans kurang hoki yang di bawah panggung. Ia melanjutkan kata-katanya. "Yang kedua, bolehkah aku memanggil nama depan Kise-kun?"
Kise tersenyum. Permintaan gadis itu ternyata sangat sederhana. "Tentu boleh, ini hadiahmu."
(Name) tersenyum puas.
"Terima kasih Ryouta-kun. Umm. Aku masih belum terpikir yang terakhir." (Name) mengetuk bibirnya berulang-ulang, bingung.
Kise memandang (Name) dengan gemas. Entah mengapa. Gadis itu benar-benar sukses mengacak-acak hatinya.
"Yang terakhir, berikan aku hadiah pengganti. Terserah apa saja, asal itu darimu," ujar (Name) yang sudah kepalang bingung.
Tanpa ragu. Kise pun melepas jam tangannya dan memberikannya pada (Name). "Ulurkan tanganmu," titah pemilik surai kuning itu.
(Name) mengulurkan tangan kirinya dengan gemetar dan Kise memakaikan jam itu padanya.
Semua orang yang di sana berjerit-jerit dengan hebohnya. Pemandu acaranya pun tak henti-hentinya mengucap kata 'so sweet.'
"Terima kasih Ryouta-kun," ujar (Name) yang pipinya memerah seperti kepiting rebus.
Kise sangat gemas melihat wajah (Name) yang seperti itu.
"Sama-sama fans-chan," ujar Kise seraya tersenyum manis. (Name) mengakui tervonis diabetes saat ini juga.
(Name) pun mendapat secarik kertas dari panitia yang berisikan kontak Kise.
"Karena sudah mendapat kontakku. Kau bisa hubungi aku kapan saja fans-chan," tambah si surai kuning itu.
(Name) tersenyum. "Tentu saja Ryouta-kun." (Name) pun turun dari panggung dan langsung diserbu oleh para penggemar Kise.
Mereka juga menginginkan kontak sang idola dan ingin merebut jam tangan itu dari (Name).
(Name) pun berusaha keras menerobos mereka, ia berusaha berlari meninggalkan mall itu walau rambutnya dan tubuhnya sempat ditarik-tarik. (Name) bersyukur pernah jadi mantan atlet lari, ternyata bakatnya sangat berguna disaat seperti ini.
✨⭐✨
Hari ini (Name) sangat senang karena dipertemukan dengan mereka dengan cara yang unik. Rasanya, ia ingin pindah ke Tokyo saja daripada tinggal di Kyoto.
(Name) kini berjalan-jalan di lapangan basket umum. Ia mendapati sosok bersurai hijau lumut itu sedang melempar bola ke dalam ring.
Midorima Shintaro?
(Name) bertepuk tangan dan menghampiri sosok hijau lumut itu. "Wah. Midorima Shintaro-kun. Kau keren sekali!" puji (Name) dengan senangnya. Ia tak menyangka bisa hertemu Midorima juga.
Jika Akashi ada di urutan pertama. Maka urutan keduanya adalah Midorima. Presentase rasa sukanya pada Midorima menyentuh angka 70%. Tentu masih jauh jika dibanding Akashi yang presentasenya 1000%.
Tapi itu dulu.
Midorima menatap aneh pada gadis di depannya. "Kau mengenalku? Bukan berarti aku penasaran nanodayo."
"Tentu saja aku mengenalmu! Shooting guard serta wakil kapten Kiseki no Sedai. Aku sering memperhatikanmu karena kau keren juga tampan sekali Midorima-kun, upss!" (Name) segera menutup mulutnya.
Pipi Midorima memerah dan ia segera menbelakangi (Name). "Sudah sana pergi. Aku tidak mau diganggu-nanodayo."
"Aku mau menontonmu," pinta (Name).
"Tidak," tolak Midorima dengan ketus.
(Name) mendengkus. Menghadapi sosok ssundere seperti Midorima perlu tenaga ekstra.
"Midorima-kun. Aku datang jauh-jauh dari Kyoto, loh. Padahal aku sudah senang bertemu dengan idolaku, tapi malah diusir," cerocos (Name) dengan wajah memelas yang sama sekali tidak dilihat Midorima.
Midorima pun menoleh pada gadis itu. Jarang sekali ada perempuan yang mengidolakannya. Ia selalu kalah tenar dari Akashi dan Kise. "Baiklah. Bukan berarti aku senang ditonton olehmu, tapi menghargaimu yang datang dari jauh dari Kyoto-nanodayo."
Dasar tsundere!
"Yeay!"
(Name) menonton Midorima dari pinggir lapangan. Ia sangat mengagumi permainan Midorima. Dengan sekali tembakan jarak jauh, pemuda bersurai hijau lumut itu mampu mencetak tiga poin tanpa meleset.
(Name) berjalan ke arah Midorima. "Midorima-kun. Ajari aku. Kau tahu kan aku datang dari jauh? Setidaknya aku punya pengalaman berkesan denganmu."
Pipi Midorima memerah lagi. Ia menutup wajah malunya dengan gelagat mendorong kacamata. "Kau pasti tidak bisa melakukannya dari jarak seperti ini-nodayo."
"Kalau begitu dari dekat saja! Ayolah." (Name) menarik baju Midorima dan menyeret pemuda itu.
"Dasar orang Kyoto ini merepotkan sekali. Jangan menarik bajuku nanodayo."
Kini mereka berdua berada dekat dengan ring.
"Aku contohkan dulu nodayo." Midorima mengangkat bola itu dan melemparnya. Bola itu masuk ke dalam ring.
(Name) mengambil bolanya dan kembali pada Midorima. "Pertama-tama bagaimana?"
"Angkat."
(Name mengangkat bola itu dengan kedua tangannya. "Lalu?"
"Fokus."
(Name) memfokuskan matanya pada ring.
"Lompat dan lemparlah dengan posisi tangan seperti ini nodayo." Midorima menyontohkan posisi tangannya pada (Name) agar menyamainya.
Tubuh mungil namun berisi milik (Name) melompat dan melempar bola itu dengan penuh keyakinan. Bolanya berhasil masuk ke dalam ring.
"AAAA!!" (Name) menghambur memeluk Midorima. "Aku bisa dengan sekali coba! Kau benar-benar hebat Midorima-kun. Aku tambah mengagumimu!"
Jantung Midorima berdegup kencang ketika mendapat pelukan dari (Name). Ia berusaha melepas pelukannya, Midorima cemas jantungnya akan copot. "Oi orang Kyoto! Hentikan-nodayo."
(Name) melepas pelukannya. Ia merasa malu karena tiba-tiba memeluk Midorima. Gadis itu takut Midorima akan berbuat seperti Akashi. "Engg- Ano ... Maafkan aku. Aku terlalu senang diajari langsung dengan idolaku."
Midorima sebenarnya tak keberatan. "Ja-jangan seperti itu lagi-nanodayo."
(Name) tersenyum kikuk, ternyata Midorima tak begitu mempermasalahkannya. "Ne, Midorima-kun. Apa aku boleh meminta kontakmu? Kau tahu kan—"
"—Iya aku tahu kau mengidolakanku dan datang jauh-jauh dari Kyoto. Tapi aku tidak mau-nanodayo," potong Midorima cepat.
"Ayolah Midorima-kun," rengek (Name) dengan puppy eyes andalannya.
Midorima pun jadi luluh.
"Baiklah. Bukan berarti aku mau, tapi kau itu pemaksa dan berisik sekali. Berdebat denganmu tidak ada habisnya. Catatlah-nodayo."
(Name) pun mencatat nomor yamg disebut Midorima. Setelah selesai. Midorima berjalan ke pinggir lapangan.
"Midorima-kun? Kau mau pulang?"
"Ya."
"Baiklah. Terimakasih untuk hari ini." (Name) tersenyum dan memainkan bola basket itu.
Pemilik manik emerald itu bergegas pulang. Ia mengambil sapu lidi—benda keberuntungannya hari ini yang terletak di pinggir lapangan.
Midorima melihat kucing hitam yang berjalan mendekatinya. Karena sangar takut dengan hewan itu, Midorima spontan memukulnya dengan sapu lidinya. Mahluk Tuhan yamg imut itu pun pergi.
Sungguh biadab sekali tindakan Midorima Shintaro ini.
Si hijau itu benar-benar sedang sial, saat pergi ke sini pun ia hampir tertabrak taksi dan dikejar orang gila. Sebenarnya Midorima tidak mau keluar rumah, tapi ia harus berlatih.
Mendadak dia ingat perkataan Oha-Asa itu.
"Karena peringkat zodiakmu di bawah. Sebaiknya kau mendapat pelukan dan menghabiskan waktu dengan perempuan berambut panjang. Dia bisa menangkal kesialanmu hari ini."
Perempuan yang ia kenal dekat hanya adiknya, ibunya dan Momoi Satsuki—mantan manajernya. Ibunya dan adiknya tidak berambut panjang. Momoi memilikinya, namun berada lumayan jauh dari tempat tinggalnya.
Lagi pula walaupun dekat. Midorima tidak mungkin meminta pelukan Momoi.
Jadi untuk hari ini, Midorima berusaha yakin pada lucky itemnya saja. Ia tidak melakukan lucky action yang dikatakan Oha-Asa itu.
Midorima berbalik. Ia melihat gadis itu sedang melakukan shoot yang tadi diajarkannya. Percobaannya rata-rata gagal, hanya beberapa saja yang masuk.
"Perempuan berambut panjang?" Midorima bergumam.
Ya, (Name) memiliki rambut panjang!
"Dan pelukan tadi itu ...."
Midorima diam-diam tersenyum. Secara tidak langsung, gadis itu sudah melakukan lucky action untuk dirinya.
Karena takut ketiban sial lagi. Ia berjalan mendekati (Name).
(Name) mengurungkan shootnya karena kedatangan Midorima bersama sapu lidi. "Midorima-kun? Apa kau mau menyapu lapangan?"
"Tidak. Ini lucky itemku."
Sudah (Name) duga.
"Oh. Tadi kau bilang mau pulang?"
"Tidak jadi."
Midorima kikuk. Ia ingin mengajak gadis itu mengantarnya pulang karena takut terkena sial. Tapi dia kesulitan merangkai kata-kata.
(Name) mengibaskan tangannya pada Midorima yang sedang melamun. "Hallo Midorima-kun, apa kau baik-baik saja?"
Midorima tersadar akan lamunannya. Ia kini mengutarakan keinginannya. "Oi orang Kyoto. Apa kau mau pergi bersamaku?"
(Name) terkejut. "Pergi ... bersamamu?"
Midorima membetulkan letak kacamatanya. "Dengar ya. Bukan berarti aku mau pergi bersamamu, tapi kau seperti tidak punya teman di sini-nodayo."
"Aku mau!!! Ayo Midorima-kun! Aku sudah tak sabar."
Midorima sudah menduga gadis itu akan mau dengan senang hati. Kini mereka meninggalkan lapangan itu dan melewati jalanan perumahan Tokyo
Cuaca panas menyengat itupun mengharuskan (Name) melepas lilitan syalnya. Luka cakaran Akashi sudah hampir menghilang jadi ia tak perlu menutup lehernya lagi.
(Name) curiga dengan maksud Midorima yang tiba-tiha mengajaknya pergi. Tidak mungkin Midorima melakukan hal yang diluar karakternya. Terlebih lagi, mereka baru bertemu.
(Name) segera membuka situs Oha-Asa dan membaca ramalan cancer. Sudah ia duga, ini berhubungan dengan horoskop.
Mereka pun sampai di pagar rumah bertuliskan nama keluarga Midorima.
Setelah mengajak (Name) kesini. Midorima jadi canggung karena takut Ibunya mempertanyakan gadis yang dibawanya. Midorima juga tak enak menyuruh (Name) pergi.
(Name) sadar bahwa Midorima malu membawa seorang gadis ke rumahnya. "Maaf Midorima-kun kita sampai di sini saja. Aku baru ingat harus membeli oleh-oleh untuk kakakku."
Midorima tambah merasa tak enak ketika mendengar kalimat itu. Ia merasa jahat. Harusnya dirinyalah yang meminta maaf, karena memanfaatkan gadis itu untuk penangkal sial.
Dirinya tak berniat mengusir (Name), tapi ia harus pulang ke rumah untuk mengerjakan tugas. Midorima merasa harus membalas budi pada gadis itu.
"Tunggu di sini dulu-nanodayo."
Midorima bergegas membuka pagar dan masuk ke dalam rumah. Ia mengacak-acak peti yang berisi kumpulan barang-barang yang pernah menjadi lucky itemnya.
Midorima menemukan kalung batu emerald. Di antara lucky itemnya disana, barang itu yang paling cocok diberi untuk (Name). Ia keluar rumah dan memberikan kalung itu pada (Name). "Ambil ini."
(Name) mengambilnya dengan gemetar. Mata (Name) berbinar ketika melihat kalung seindah itu. "Untukku?"
Midorima membetulkan kacamatanya yang tidak berubah posisi. "B-bukan berarti aku mau memberimu, tapi aku tidak butuh itu nanodayo."
(Name) menatap kalung itu seraya tersenyum lebar. Midorima jadi sangat senang sekaligus lega ketika melihat (Name) bahagia dengan pemberiannya.
"Terima kasih Midorima-kun. Kau benar-benar membuat liburanku berkesan! Kalau sabtu depan aku kesini. Bisakah kita bertemu lagi?"
"Tidak! Pulanglah ke Kyoto dan jangan kesini lagi-nanodayo." Midorima segera pergi meninggalkan (Name). Tentu perkataannya itu bohong, Midorima menantikan gadis itu ke sini lagi.
(Name) tersenyum dan segera melanjutkan perjalanannya. Ia memakai kalung itu dan berjalan sambil tersenyum-senyum seperti orang gila.
Hari ini dia benar-benar beruntung.
✨⭐✨
#TeamAkashi
#TeamMayuzumi
#TeamKuroko
#TeamKagami
#TeamKise
#TeamMidorima
..
(Name) Kangen sama Seijuro nggak?
Gak usah kangenin suamiku, kan kamu udah jadi ratu harem. ^_^
Sampai jumpa di next part.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com