Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

08. Kebohongannya

Ucapan (Name) tentang memberikan oleh-oleh itu tidak bohong, ia benar-benar membelikannya untuk Mayuzumi—yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri.
(Name) membelikan makanan untuk menemaninya membaca light novel. Selain itu, ia juga membeli gantungan kunci berbentuk bola basket.

(Name) kembali ke penginapannya dan hendak beristirahat. Tapi, sebelum tidur, ia membuka pesan masuk di ponselnya.

From : Mayuzumi Chihiro

Ya. Aku sudah makan.

Tidak ada masalah kan?

Tidak ada Mayuzumi-san.
Aku baik-baik saja.

(Name) mencharger ponselnya karena baterainya hampir kosong. Ia tersenyum saat membaca pesan Mayuzumi tadi. Dibalik sikap misterius di anime, ternyata dia sosok yang perhatian pada orang terdekat.

(Name) pun tidur sejenak untuk menghilangkan rasa penatnya.

✨⭐✨

Gadis itu terbangun pukul empat sore. Ia segara mandi dan bersiap keluyuran lagi dengan semangat. Dulunya, (Name) memang sangat suka kelayapan seperti ini.

Pernah suatu hari, (Name) sampai bohong dengan keluarganya mengerjakan tugas kelompok. Padahal, (Name) berpetualang keluar kota naik bus sendirian.

Dan di dunia ini. (Name) telah merasa kembali pada karakternya yang asli. Yaitu energik, ekspresif dan liar.

Ngomong-ngomong. Sehabis membelikan oleh-olehnya Mayuzumi tadi, (Name) langsung tidur tanpa makan siang. Dan sekarang (Name) ingin melakukan ritual makan siangnya yang terlambat. Gadis itu berjalan menuju restoran cepat saji terdekat.

"Ih sayang!!! Jangan lari!"

"KUSO!!! BERHENTILAH MENGEJARKU!"

(Name) berbalik ketika mendengar suara keributan itu.
Ia terkejut ketika melihat pemuda berkulit tan dan bersurai biru tua tengah dikejar-kejar seorang waria. Mereka pun berlari menuju ke arah (Name).

Aomine Daiki?

Aomine kini berada tepat di depan (Name). Lantas Aomine terduduk lemas di depan gadis itu. Napasnya terengah-engah dan peluh membanjiri tubuhnya. Ia sangat lelah dan tenaganya sudah diambang batas.

"Siapapun kau..., tolong aku. Aku akan lakukan apapun untuk balas budi, tapi selamatkan aku dari waria sialan itu." Aomine memohon pada (Name) sambil mengatupkan tangannya.

"A—"

Belum sempat (Name) mengucap apapun. Waria itu kini telah berada diantara mereka.

"Ih, sayang! Kenapa kau malah berduaan dengannya!" bentak waria itu seraya menunjuk (Name) dengan sengit.

(Name) melipat tangan di dada dan menyorot tajam pada waria itu. Aura gelap kini menyelimuti dirinya. Waria itu sampai bergidik ngeri ketika melihat (Name) dalam mode setan.

(Name) pun melabrak waria itu. "Sayang? Heh! Nyawamu ada berapa sampai berani merebut Daiki-kun dariku?"

Waria itu terdiam membisu. Sementara Aomine menahan diri untuk tersenyum. Lucu saja, gadis secantik (Name) mendeklarasikan Daiki-kun sebagai miliknya. Ya, meskipun itu pura-pura, Aomine tidak menyangka (Name) akan menyelamatkannya dengan cara seperti itu.

Aomine yang paham alurnya pun langsung berdiri dan merangkul (Name). Gadis itu sempat kaget. Namun ia harus bersikap biasa saja demi keberlangsungan drama gila ini.

"Kau sudah lihat kemarahan pacarku ini seperti apa?! Pergilah!" usir Aomine.

Alih-alih pergi. Waria itu masih bergeming dengan mata yang berkaca-kaca. (Name) yang melihat itu speechless, bisa-bisanya pesona seorang Aomine Daiki juga mampu memikat waria.

"Hei, jawab dengan jujur. Apa alasanmu mengejar-ngejar Daiki-kun sampai seperti ini?" tanya (Name) dengan penasaran. (Name) tahu kalau waria itu menyukai Aomine, ia hanya ingin mendengar alasannya saja.

"Aku sangat menyukainya. Dia tipe suami idamanku, dia eksotis, tampan dan macho," tuturnya terus terang, seraya memandangi Aomine dengan penuh rasa kagum. Sementara yang dipandangi ingin muntah saat ini juga.

"Tapi kau perempuan jadi-jadian! Jelas aku lebih memilih dia karena—" Aomine pun memandangi lekat-lekat mata hitam gadis itu.

(Name) balas memandangi Aomine. Mereka bertatapan cukup lama hingga membuat jantung keduanya berdebar.

Aomine meneguk salivanya kasar, ia jadi gugup ketika beradu tatap dengan gadis secantik (Name). Sejujurnya, ia sudah sering melihat gadis-gadis cantik di majalah. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang mampu membuat jantung seorang Aomine Daiki berdebar hebat seperti ini.

Aomine pun mengalihkan pandangannya, ia kembali menatap waria itu dengan tajam.
"—Karena wajah cantiknya asli dan dadanya juga asli, bukan imitasi sepertimu!" tegasnya tanpa disaring dulu. Waria itupun tertohok. Ia menangis bombay dan pergi begitu saja sambil mencak-mencak.

Setelah mendengar Aomine menyinggung dadanya. (Name) pun menonjok perut Aomine dengan sekuat tenaga hingga membuat pemuda itu meringis.

"AHOmine hentai!!! Aku menyesal menolongmu!" (Name) pun berteriak pada waria tadi. "HEI! AKU BERBOH—"

Cepat-cepat Aomine membekap mulut (Name). "Diam aho!" Setelah waria itu semakin menjauh, bekapan (Name) pun dilepaskan. Aomine merasakan sensasi aneh di tangannya, itu karena bibir (Name) menyentuh telapak tangannya.

"Kau yang aho! Jelas-jelas namamu Ahomine!" ejek (Name).

"Kenapa kau bisa tahu namaku?" Aomine sedari tadi penasaran karena (Name) bisa tahu namanya.

Untuk kesekian kalinya (Name) mendengkus. Setelah Midorima, Aomine juga menanyakan hal yang sama. Apa para Kiseki no Sedai tidak sadar kalau mereka terkenal? Kecuali Kise Ryouta dan raja iblis itu.

"Tentu saja aku tahu, Ahomine! Kau, 'kan ace Kiseki no Sedai yang gesit itu. Hahaha, kau itu memang aho. Seluruh Jepang tentunya sudah kenal denganmu," cerocos (Name) panjang lebar

Aomine menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia benar-benar merasa aho alias bodoh.

"Katakan. Kau mau apa untuk balas budimu?" tanya Aomine yang mengalihkan pembicaraan.

(Name) mengetuk-ngetuk bibirnya, mencoba memikirkan jawaban itu.

Otak mesum Aomine dapat menyimpulkan jawaban (Name) dengan cepat. "Kau mau dicium? Dengan senang ha—"

"BUKAN ITU AHOMINE! Ini gelagatku kalau sedang berpikir!" sergah (Name). Gadis itu tak menyangka dengan jalan pikiran Aomine yang benar-benar sesat.

"Lalu, apa maumu? Cepat katakan."

"Traktir aku ramen!"

Aomine mendengkus, tapi ia harus melakukan itu sesuai dengan janji yang dibuatnya. Hanya saja, dompet Aomine menangis mendengar ini.

Mereka pun sampai di kedai ramen. Tak tanggung-tanggung, (Name) meminta porsi double karena lapar. Tentu saja, dompet Aomine tambah menangis dibuatnya.

Aomine hanya mengamati gadis itu seraya menyeruput es teh nya. Namun, mata Aomine menangkap pemandangan lain yang membuat dirinya risi. Ada dua pria yang duduk di pojok tengah memandangi (Name).

Aomine peka dengan arah pandang mata mereka. Cepat-cepat, Aomine melepas jaketnya dan memberikan itu pada (Name).

"Lain kali. Jangan pakai pakaian seksi seperti itu, aho," ujar Aomine.

(Name) mengenakan kaos lengan pendek (F/c) dan training hitam. Kaos itu memang agak ketat, sih.

(Name) menyambar jaket itu dsn segera memakainya. "Kau ... dasar mesum," omel gadis itu pelan-pelan agar tidak diperhatikan orang.

"Bukannya terima kasih, malah memaki. Dari tadi dua orang di sana memandangimu terus," ucap Aomine seraya melirik tempat pria tadi. Sekarang mereka tidak lagi memandangi (Name).

"Baiklah, terima kasih dan maaf." Gadis itu kembali mengangkat sumpitnya dan memakan ramen itu.

Seraya mengunyah ria. Gadis itu terpikir sesuatu.
"Ano ... Kurasa ini tidak perlu. Besok aku pulang ke Kyoto, pasti tidak sempat kucuci." (Name) hendak melepas jaketnya tapi dicegah oleh Aomine.

"Jangan dilepas aho. Kalau begitu, aku menunggumu ke sini lagi," ujar Aomine.

(Name) mengangguk. "Baiklah. Tentu saja, aku akan ke sini lagi."

Aomine pun menandaskan minumannya dan mengeluarkan ponsel. "Minta kontakmu?"

Setelah mendapat kontak (Name). Aomine pun pamit pergi. (Name) juga segera menandaskan makanannya dan tentu saja kelayapan lagi.

✨⭐✨

Pukul 18:20

Taman bermain yang dikunjungi (Name) sangat ramai. Banyak anak-anak, orang tua serta muda-mudi yang datang untuk menikmati malam minggu. (Name) yang lajang berusaha stay cool walau hatinya agak iri.

Gadis itu kini terduduk di bangku panjang seraya memainkan kembang api.

"Huh ... coba saja Mayuzumi-san ikut. Atau ditemani salah satu Kisedai," keluh (Name). Malam minggu ini benar-benar tidak menyenangkan.

Kembang apinya mulai padam. Gadis itu mengambil yang baru di samping kanannya.

"Permisi, apa kalian pasangan?"

Sontak (Name) terkejut ketika melihat penjual lolipop yang berbicara dengannya. (Name) bingung dengan salah satu kata dari kalimat itu.

'Kalian'?

(Name) hanya mengrnyitkan alia, ia merasa sendirian dan tidak ada orang lain.

"Apa kalian baru berpacaran atau sedang musuhan? Kenapa duduknya berjauhan begitu?" tanyannya lagi.

(Name) pun menoleh ke kiri, ia terkejut melihat pemuda bersurai hitam dan poninya panjang itu-terduduk di sisi kiri bangku. Pemuda itu juga terkejut dengan kehadiran (Name) yang ada di sebelah kanannya

(Name) kaget bukan karena hawa keberadaannya yang tipis seperti Mayuzumi dan Kuroko. Namun, ada hal lain yang membuat gadis itu terheran-heran.

Himuro Tatsuya? Yaampun! Tampan sekali dia? Tapi, kenapa orang Akita itu bisa ada di sini?

Tahu-tahu, penjual lolipop itu kini berada di antara mereka.


Penjual itu mengambil dua lolipop besar. "Ternyata benar kalian baru berpacaran, pantas masih malu-malu. Kalau begitu, aku kasih lolipop ini untuk teman mengobrol." Ia menyodorkan lolipop itu pada Himuro dan (Name).

"Tapi—" ucap (Name) dan Himuro berbarengan.

"Tenang saja, ini gratis khusus pasangan. Selamat bermalam minggu ya! Jangan malu-malu lagi."

Setelah mendengar kata gratis. (Name) dan Himuro mengambilnya dengan senang hati.

"Terima kasih," ucap pasangan palsu itu serempak.

Penjual itupun pergi. (Name) dan Himuro saling melontarkan tatapan bingung. Beberapa detik kemudian Himuro memecah keheningan. "Bukan sebuah masalah besar, 'kan? Kita sama-sama dibuat bingung dan tidak sempat menjelaskannya."

(Name) mengangguk. "Kau benar. Yang penting ini gratis." Ia membuka plastik yang membungkus lolipop itu dengan semangat dan mengemutnya.

"Apa rasanya enak?" tanya Himuro. Ia mengamati ekspresi gadis disebelahnya yang mirip dengan seseorang.

(Name) berhenti mengemut lolipop itu. "Ya, ini sangat enak. Sebaiknya Hi- kau juga makan untuk memastikannya," ujar (Name) seraya tersenyum.

"Ah, syukurlah kalau enak. Aku tidak terlalu suka permen, sebaiknya aku berikan pada temanku yang sangat menyukainya," tutur Himuro yang dapat dicerna dengan cepat oleh (Name). Pasti pemuda itu membicarakan Murasakibara Atsushi.

Apa Murasakibara-kun ada disini juga? Kalau iya. Aku berhasil menemui anggota Kiseki no Sedai dengan lengkap di sini.

Ngomong-omong, kenapa nada bicaranya Tatsuya-kun itu lembut sekali sih. Aku jadi meleleh.

Tanpa gadis itu sadari. (Name) masih mempetahankankan senyuman dan tatapan kagumnya pada Himuro. Sementara Himuro jadi kikuk ketika sang gadis melihatnya seperti itu.

"Ngomong-omong ... siapa namamu?" tanya Himuro untuk membuat senyuman (Name) terhenti. Bukan, bukan karena tak menyukainya. Hanya saja, Himuro Tatsuya takut terkena diabetes diusia muda.

Imajinasi (Name) buyar, ia langsung blushing tapi segera menormalkan wajahnya menjadi serius.
"Namaku (Full Name). Namamu?" (Name) balik bertanya.

Himuro mengerutkan dahinya, tampak memikirkan sesuatu.

(Full Name)?

"Himuro Tatsuya," jawabnya.

"Oh, senang bertemu denganmu Himuro-san." sudut bibir (Name) tertarik semakin lebar.

Yaampun, dia pamer Senyuman itu lagi! Bahkan lebih lebar.

"Ya, aku juga senang bertemu denganmu," ujar Himuro seraya membalas senyuman (Name).

Tatsuya-kun! Aku bisa diabetes tahu.

Begitulah batin kedua pemilik senyuman manis itu.

Gadis itu tak hentinya berfangirling ria. Selain memiliki wajah tampan. Nada bicara seorang Himuro Tatsuya sangat lembut sekali seperti alunan musik klasik.

Ayolah. Gadis mana yang tak tertarik dengan Himuro? Jangankan perempuan. Ia juga mampu membuat Kagami Taiga dan Murasakibara Atsushi nyaman. Tapi bukan dalam artian yang aneh-aneh alias maho, Himuro sudah seperti figur kakak bagi keduanya.

Cih. Kenapa aku malah menyukai si raja iblis itu yang kepribadiannya 180° dengan good boy ini! sungut (Name) dalam hati.

Sementara Himuro masih memikirkan tatapan intens dan senyuman (Name) tadi. Ia sudah sering berjumpa dengan gadis yang menunjukkan ekspresi serupa. Tapi gadis yang bersamanya ini begitu menarik atensinya.

Sekali lagi ditegaskan bahwasannya (Full Name) memiliki daya tarik yang kuat. Dari segala sisi gadis itu sangat menarik. Mulai dari postur tubuhnya, wajahnya, matanya, suaranya.
Tentu saja yang paling memikat itu ada pada—

—Senyumannya.

(Name) memutar otaknya agar bisa melanjutkan percakapan dengan Himuro. Ia tak mau melewatkan kesempatan ini, kesempatan berbincang dengan salahsatu karakter tampan Kuroko no Basket.

"Himuro-san. Aku tidak menyadarinya, kau datang sebelum atau sesudah aku?" tanya (Name). Dia jadi malu kalau Himuro datang sebelum dirinya dan mendengar (Name) menyebut Kiseki no Sedai tadi.

"Sebenarnya, aku juga tidak tahu. Aku mencemaskam suatu hal dan tak begitu memperhatikan sekitar," jelas Himuro dengan jujur.

(Name) lega dan seketika berubah cemas. "Eh, apa yang kau cemaskan Himuro-san? Apa ada masalah? Ceritakan sa—." (Name) menggantung ucapannya. Ia meneguk salivanya kasar. "Ano ... maafkan aku Himuro-san. Bukan maksudku ikut campur urusan pribadimu."

Himuro terkekeh pelan karena tingkah gadis itu. "Eh. Santai saja. Baiklah, akan aku ceritakan.."

(Name) mengangguk dan menyimak cerita Himuro.

"Sebenarnya, aku mencemaskan temanku. Neneknya sakit parah dan dia sangat sedih sekarang."

Semoga itu bukan Murasakibara-kun. "Oh. Kenapa Himuro-san tidak bersamanya dan menghiburnya saja?"

"Itu dia...," Himuro menghela nafas panjang. "Aku sudah menyusulnya dari Akita ke sini. Tapi, aku tidak menemukannya di rumah sakit juga di rumah neneknya itu. Entah ke mana perginya."

"Apa kau sudah menghubunginya?"

"Sudah, tapi ponselnya tidak aktif. Aku juga sudah hubungi teman-teman akrabnya di sini, mereka semua tidak tahu." Himuro merogoh sakunya dan mengambil ponsel. "Ini fotonya, apa hari ini kau melihatnya?"

(Name) melihat foto itu dan membelalak.
"Ini kan Mura-saki-bara-Hah. Murasakibara-kun hilang?!" ucap (Name) tak percaya.

Himuro sebenarnya terkejut (Name) mengenal temannya Tapi dia mengesampingkan rasa penasarannya sejenak.

"Himuro-san, jangan putus asa. Kita harus mencarinya lagi!"

Setelah itu mereka memutuskan untuk mencari pemuda raksasa itu. (Name) dan Himuro meninggalkan taman bermain itu dan berpencar. Mereka juga sudah bertukar kontak agar saling memberi kabar.

✨⭐✨

(Name) sudah berkeliling terlalu jauh dan merasa haus. Gadis itu cepat-cepat memasuki minimarket. Ia menyambar sebotol air mineral dan membayar di kasir.

Mendengar notifikasi pesan. (Name) memgurungkan dirinya keluar, ia membuka pesan itu terlebih dulu dan berharap ada kabar baik.

From : Himuro Tatsuya

(Name) kalau kau lelah istirahat dulu.

Kita sudah setengah jam berkeliling.

Baik Himuro-san. Kebetulan aku di minimarket.


Gadis itu segera memasukkan ponselnya ke saku dan keluar. Karena sangat lelah, ia langsung menduduki kursi yang berada di depan minimarket itu. (Name) pun membuka minumannya dan meneguknya.

"Hmmm..."

Mendengar suara aneh, gadis itu menoleh ke sumbernya. Mata (Name) membulat sempurna ketika melihat sosok bertubuh besar itu di kursi sebelahnya. Pemuda itu menenggelamkan wajahnya di meja, disekitarnya banyak sekali sampah camilan.

(Name) yang terkejut spontan menyembur air dimulutnya.

"WAAA! MURASAKIBARA-KUN!"

(Name) segera menghampirinya dan mengguncang tubuhnya. Karena tak kunjung bangun. (Name) nekat menggelitiki perutnya. Tapi, usaha gadis itu tidak ada hasilnya.

(Name) pun mengelus lembut surai ungu panjang itu. Gadis itu memajukan wajahnya ke telinga pemuda itu, dan berucap. "Murasakibara-kun. Bangunlah, akan ku belikan sekotak maibou."

Murasakibara pun perlahan mendongak.

Berhasil!

(Name) segera melesat masuk lagi ke minimarket untuk membeli camilan itu. Pemuda bertubuh kyojin itu mengucek matanya dan mencoba menerawang...

Siapa yang berucap ingin membelikannya maibou tadi? Apa cuma mimpi-halusinasi semata?

Tak lama. (Name) pun keluar dengan sekotak maibou dan menghampiri raksasa ungu tersebut. "Murasakibara-kun. Ini untukmu," ujarnya seraya menyodorkan sekotak camilan itu.

Murasakibara gatal ingin merampasnya, tapi ia ragu karena tidak kenal dengan gadis itu. "Eh-"

"Ambil saja Mu-kun. Kalau bingung 'siapa aku', aku ini penggemarmu," potong (Name) cepat.

Murasakibara pun menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih." Pemuda itu pun membuka kotaknya dan menyantap isinya.

(Name) membersihkan semua sampahnya dan pun duduk di depan pemuda itu. Ia tersenyum gemas melihat cara makan Murasakibara yang seperti anak kecil. Sementara Murasakibara menyantap camilannya seraya memerhatikan (Name). Menurutnya, gadis itu sangat baik.

Dan senyumannya juga manis ... Setara dengan maibounya, atau bahkan lebih?

Pemuda itu masih tak menyangka (Name) mendeklarasikan diri sebagai penggemarnya.

Jarang sekali dia punya penggemar perempuan, terlebih lagi yang perhatian dan cantik seperti (Name). Para gadis hampir tidak ada yang menyukainya, malah dirinya sering diejek 'titan', 'tiang listrik bernyawa' atau kata-kata serupa lainnya.

Untung saja Murasakibara penyabar dan tidak bersumbu pendek. Kalau tidak, pasti orang yang mengejeknya itu sudah gepeng terinjak-injak.

Murasakibara terlalu banyak melamun, sampai-sampai di sudut bibirnya ada remahan. (Name) langsung mengelap itu dengan tangannya.

Pipi Murasakibara memanas ketika diperlakukan seperti itu.

Lantas (Name) menepuk jidatnya. Ia hampir lupa mengabari Himuro perihal keberadaan sosok yang dicari-cari mereka ini. Gadis itupun merogoh sakunya dan menelpon.

"Hallo (Name)?"

"Lapor komandan. Tersangka sudah tertangkap!"

Murasakibara terkejut mendengar perkataan (Name).

Dan dirinya sama sekali tak sadar gadis itu tengah berbincang dengan 'sohib'nya, karena tidak diloudspeaker.

"Di mana?"

"Minimarket. Di depannya ada lapangan golf, aku tidak tahu ini jalan apa, sebaiknya kau tanyakan orang saja."

Murasakibara semakin penasaran meski rautnya terkesan malas. Pikirannya travelling, apa gadis di depannya ini mata-mata atau apa? Tapi, siapa gerangan yang ingin dia tangkap?

"Oh. Baiklah, terima kasih. Aku segera ke sana."

(Name) pun menutup telponnya. Ia menatap Murasakibara dengan serius.
"Ano ... Mu-kun. Kau ini nakal sekali. Kenapa kau menghilang? Himuro-san mencemaskanmu tahu," omel (Name) seraya mengerucutkan bibir.

Kalau begini, bertambah satu lagi yang membuat Murasakibara penasaran; soal penangkapan tadi dan soal hubungan gadis ini dengan Himuro.

"Maaf, maaf. Aku kekenyangan, jadi ketiduran di sini," jawabnya.

Tangan kanan (Name) menyelonong mencubit pipi Murasakibara dengan gemas. "Mu-kun, lain kali jangan begini, ya?"

Pipi Murasakibara pun memerah. Bukan hanya karena cubitan (Name), tapi pemuda itu blushing. "I-ya."

(Name) melepaskan tangannya dan kali ini tatapannya kembali serius. "Tadi Himuro-san bilang nenekmu sakit parah, semoga cepat sembuh."

Murasakibara mengangguk. "Terima kasih banyak, umm. Siapa namamu?"

"(Full Name)."

"(Name)-chin. Kalau boleh tau, apa hubunganmu dengan Muro-chin? Apa kau pacarnya?"

"Bukan. Kami hanya teman biasa Mu-kun."

Murasakibara hanya ber-'oh'. Lalu, kembali memasukkan camilan bernama maibou itu ke mulutnya. Tak terasa, sisa camilan itu tinggal satu, pemuda titan itu mengambilnya dan mengarahkan pada bibir (Name).

"Aaaa....."

(Name) pun melahap suapan Murasakibara. Pipi gadis itu muncul semburat merah, perlakuan pemuda ini benar-benar menggemaskan. Sementara pemilik rambut ungu itu hanya tersenyum, senang.

"Wah, kau sudah dewasa ya Atsushi."

(Name) dan Murasakibara menoleh ke sumber suara. Terdapat pemuda hersurai hitam tengah memandangi keduanya dengan senyuman.

"Himuro-san! / Muro-chin."

Himuro mengelap keringatnya. "Nah. Kau tertangkap, Atsushi." ujar Himuro seraya menodongkan lolipopnya seolah-olah pistol.

Ya, begitulah keunggulan seorang Himuro Tatsuya. Dia mengatakan itu dengan lembut, tidak sedikitpun kasar dan marah-marah walaupun sudah sangat merepotkannya.

Murasakibara menghela napas panjang.
"Ternyata, itu tadi inspektur Muro-chin. Aku kira (Name)-chin mata-mata yang mengintai bandar narkoba."

Seketika (Name) dan Himuro tertawa karena kepolosan titan ungu itu.

Murasakibara memicingkan matanya pada lolipop Himuro. "Muro-chin, tumben sekali kau beli permen."

Himuro menatap lolipop itu sekilas lalu menyodorkannya pada Murasakibara. "Oh, ini untukmu."

Murasakibara mengambil lolipop itu dan memikirkan sesuatu. "Ah, sebaiknya aku kasih (Name)-chin saja, dia sudah belikan aku maibou." Murasakibara pun menyodorkannya pada (Name).

(Name) menggeleng. "Tidak usah Mu-kun. Aku sudah makan itu, nanti gigiku sakit."

"Simpan saja. Kau bisa memakannya nanti," bujuk Murasakibara.

(Name) pun menerimanya. "Terima kasih Mu-kun."

Dan pemuda surai ungu itu hanya tersenyum.

"Atsushi. Ayo kita ke rumah sakit. Aku dapat kabar dari ibumu kalau nenekmu sudah siuman," ujar Himuro.

Murasakibara beranjak tempat duduknya dan tersenyum bahagia. Akhirnya, sang nenek siuman setelah dari kemarin tak sadarkan diri. Pemuda itu sampai izin meninggalkan kegiatan MOS di SMA Yosen untuk ke Tokyo- tempat neneknya itu dirawat.

Namun, raut Murasakibara seketika murung tatkala harus berpisah dengan gadis manis nan baik yang ditemuinya malam ini.

"Aku sedih kita tidak akan bertemu lagi," ucap sang titan ungu pada (Name) dengan raut wajah sedih. Melihat itu, (Name) juga ikut sedih.

Himuro segera memperbaiki suasana.
"Jangan bicara seperti itu, Atsushi. Kita akan sering ke Tokyo kalau interhigh mulai."

"Himuro-san benar, Mu-kun," timpal (Name).

Murasakibara lalu mengacak-acak rambut gsdis di depannya dengan tangan besarnya. "Aku pergi dulu ya (Name)-chin, sampai jumpa."

(Name) jadi salah tingkah. "Sampai jumpa Mu-kun."

"Aku juga pamit pergi (Name). Sampai jumpa dan terima kasih atas bantuanmu," ujar Himuro.

"Sama-sama. Sampai jumpa Himuro-san."

Keduanya pun pergi, mereka sama-sama berharap bisa berjumpa kembali dengan (Name).

✨⭐✨

Serius aku gak nyangka cerita ampas ini ada yang nungguin. Jadi tambah semangat ngelanjutin.

Tes dulu.

#TeamAkashi

#TeamMayuzumi

#TeamKuroko

#TeamKagami

#TeamKise

#TeamMidorima

#TeamAomine

#TeamHimuro

#TeamMurasakibara

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com