12. Keseruan di klubnya [2]
Pintu gym berderit, menanpilkan kelima laki-laki anggota klub voli. Tubuh mereka semua tinggi dan kekar, dan kisaran tinggi mereka itu 185-190 cm. Jika ditanya mengapa hanya ada lima padahal seharusnya enam, maka jawabannya; agar seimbang.
Mereka berjalan ke tengah lapangan dan berhadapan dengan kelima anggota basket. Tatapan mereka seolah meremehkan, terutama pada Akashi yang kurang tinggi.
Lantas, apa yang membuat tim voli mendatangi tempat latihan klub basket? Tentu saja, karena permintaan manajer basket Rakuzan itu.
"Game kedua yaitu melatih kerjasama dan keakraban. Kalian harus menang tarik tambang melawan tim voli."
Begitulah ujarnya.
(Name) pun berjalan ke tengah lapangan dengan menjinjing tali tambang. Ia meniup peluit dan atensi kedua tim langsung terfokus pada gadis itu.
Mulut (Name) hendak terbuka, tapi ada salahsatu dari tim voli yang berbicara duluan.
"Oi, manajer. Bagaimana kalau kita buat pertandingan ini tambah seru?" tawar Hoshiro, seraya melipat tangan di depan dada. Hoshiro Ishikawa—kapten klub voli-. Pemuda yang punya wajah seram seperti preman pasar serta tatapan tajam.
"Maksudmu?" tanya gadis itu bingung.
"Bagaimana kalau kita taruhan?" usulnya secara gamblang.
Akashi pun angkat bicara.
"Berapa uang yang kalian inginkan?"
Hoshiro melirik sinis pada Akashi. "Wah, kau ini pewaris keluarga Akashi ya? Hmm, sayang sekali, kami tidak mau taruhan dengan uang. Tapi kami mau...," Hoshiro menunjuk (Name) dengan seringai jahat. "... kami mau manajermu."
Kelima tim basket langsung memberi tatapan kau mau cari mati?! Sementara (Name) jadi cemas, ini benar-benar diluar kesepakatan. Dan keempat anggota voli lainnya ikut-ikutan menyeringai jahat.
"Heh dasar sinting! Kau pikir manajer kami barang?!" bantah Hayama tak terima.
"Kami tidak mau manajer-chan jadi taruhan." Mibuchi ikut membantah.
"Sudah, tidak usah tarik tambang! Aku menantang kalian gulat denganku lima lawan satu!" Nebuya sangat terpancing emosi.
Meskipun wajahnya Mayuzumi datar tapi pemuda itu sangat marah. Dan Akashi bergeming, nampak memikirkan sesuatu.
"Menyerah sebelum bertanding? Oh. Bagus sekali mental juara klub basket Rakuzan tahun ini. Mari kasih Applause!"
Hoshiro bertepuk tangan dan diikuti keempat rekannya. Semua kepala tim basket jadi tambah mendidih tentu saja.
"Baiklah," ucap Akashi tiba-tiba.
Eeh???
"Tidak kapten! Aku tidak mau!" bantah manajer Rakuzan itu.
(Name) jadi tambah kesal dengan Akashi yang semena-mena terhadapnya.
Uncrowned Kings plus Mayuzumi juga tampak tak senang, sementara Akashi tetap terlihat tenang.
"Kapten kalian sudah setuju, ada baiknya anggota ikut saja," ujar Suwa, salahsatu dari tim voli yang berambut cokelat.
"Kalau tim kalian kalah. Manajer itu akan jadi milik kami selama sehari. Dan tentunya kami bebas melakukan apasaja padanya." Ucapan Hoshiro ini, disambut kekehan jahat keempat rekannya.
(Name) mengepal tangan kanannya dan menggertakkan gigimya, geram. Bagai ada imajiner api berkobar di belakangnya.
"KUSO!!! Dasar sinting kalian! Aku tidak mau!" Kemudian, (Name) pun melirik pemuda bersurai crimson itu dengan raut melas.
"Kapten ... kenapa kau setuju? Di sini aku yang dirugikan kalau kita kalah," nada bicara barbarnya berubah lirih. Uncrowned King plus Mayuzumi tambah gelisah.
"Tentu saja aku tidak akan membiarkan kita kalah. Karena kemenanganku mutlak," ujar Akashi dengan percaya diri.
Kelima anggota voli pun melontarkan tatapan jangan terlalu percaya diri bocah!
"Dan kalau kalian yang kalah. Kalian harus menerima hukuman apapun dari manajerku," putus Akashi pada akhirnya.
🏀VS🏐
Pertandingan tarik tambang itu berlangsung sengit. Kekuatan tim basket dan tim voli sepertinya sama rata. Selang lima menit berlalu, tali itu masih tak ada pergerakan.
Posisinya dari depan ke belakang; Akashi, Hayama, Mibuchi, Mayuzumi dan Nebuya. Kelima anggota tim basket itu sama-sama berjuang keras agar (Name) tidak jatuh ke tangan tim voli.
Tim basket sudah kelimpungan memikirkan cara agar menang. Tenaga tim voli bukan isapan jempol semata, mereka benar-benar kuat dan membuat kewalahan.
"Hiyaa! Tarik! Ayo tarik!!!"
Hayama Kotarou tak hentinya berteriak, menyalurkan semangat juang pada rekannya agar jangan sampai putus asa. Tim basket pun semakin jor-joran mengeluarkan tenaga yang mereka punya, dan tali itu sedikit bergerak ke pihak tim basket.
Melihat kemajuan itu. (Name) yang semula sangat gusar kembali bersemangat. Dijadikan bahan taruhan tentu saja membuat dirinya cemas dan terbebani.
"Semangat Kapten, Hayama-senpai, Mibuchi-senpai, Mayuzumi-san dan Nebuya-senpai! Kalian bisa!" teriak (Name) dengan mata berkaca-kaca, sangat terharu melihat kelima pemuda itu yang berjuang untuk dirinya.
Ah, ralat. (Name) pikir, Akashi jelas tidak peduli dirinya. Pemuda itu hanya ingin harga dirinya sebagai 'pemenang maha absolut' tidak jatuh.
Teriakan (Name) barusan seolah memberi energi tambahan bagi tim basket dan tali itu kembali sedikit tertarik. Namun tim voli dengan cepat menarik ulurnya kembali.
(Name) kembali menyemangati mereka.
"Jangan menyerah minna! Rebut lagi!"
Tarikan tim basket semakin menggila, tangan mereka pun sampai merah-merah. Tapi mereka tak peduli. Toh, yang penting tim basket menang dan bisa menyelamatkan sang manajer.
Setelah sekian lama. Tali itu sedikit demi sedikit berpihak ke tim basket.
Brak!
Karena tenaganya sudah diambang batas dan tangannya licin, Hoshiro pun terjatuh. Lebih tepatnya jatuh di depan Akashi seperti habis terkena ankle break.
Keadaan ini dimanfaatkan tim basket untuk menarik tali itu secara leluasa dan akhirnya merekalah yang menang.
"Yeay!!!"
Saking senangnya, manajer Rakuzan itu melompat-lompat seperti diatas trampolin. Tim basket pun lega karena mereka berhasil menang.
Hoshiro pun bangkit dan berdecih, ia menatap kesal pada (Name). "Lalu apa hukumanmu, manajer? Cepatlah, kami tidak punya waktu."
(Name) berhenti melompat. Ia pun mengetuk-ngetuk bibir dan memutar bola matanya. Sembari memikirkan hukuman apa yang pantas untuk cecunguk-cecunguk sialan yang berniat buruk padanya.
(Name) akhirnya mendapat jawaban.
"Aku ingin kalian melepas baju, lari keliling Rakuzan sambil garuk-garuk kepala dan teriak 'uuk aak uuk aak' ."
"Jadi monyet?" tanya Mibuchi memastikan.
(Name) menyeringai. "Ya."
Uncrowned king langsung tertawa ketika mendengar itu.
Hoshiro dan keempat rekannya ingin membuka mulut untuk protes, tapi Akashi membungkam mereka. Tim voli pun dipaksa membuka baju dan diseret keluar gymnasium untuk berkeliling.
Dibawah pengawasan klub basket. Mereka benar-benar melakukan apa yang (Name) suruh. Adegan memalukan itu disaksikan oleh banyak siswa/i yang sedang latihan di klub masing-masing dan beberapa guru yang belum pulang. Tak hanya dilihat klub yang outdoor, mereka juga dipaksa memasuki tempat latihan klub indoor seperti klub musik, theater, sastra, dll.
Tentunya aksi tim voli itu menuai gelak tawa yang menggelegar. Hoshiro sangat menyesal menawarkan taruhan itu. Ia pun jadi sangat dendam dengan klub basket, terutama pada sang manajer.
Setelah mengelilingi Rakuzan yang luas itu. Mereka kini berada di gymnasium lagi. Nebuya melempar baju-baju mereka dengan jijik, dan kelima tim voli itu memungut baju masing-masing dan memakainya dengan segera.
Kelima tim voli melontarkan tatapan sengit. Raut kesal tentu saja terpampang jelas, tidak terima dikalahkan.
"Mengapa kalian masih lancang memandangi kami seperti itu?"
Kesal mendengar teguran Akashi barusan. Hoshiro berdecih dan mengisyaratkan rekannya agar pergi.
"Tunggulah pembalasanku manajer sialan."
Setelah tim voli melenggang.(Name) membungkuk di hadapan tim basket.
"Tolong maafkan aku. Ini semua salahku. Harusnya, aku ajak klub lain yang anggotanya waras," ujarnya, sangat merasa bersalah.
Uncrowned King langsung mengerubungi manajernya itu. Akashi dan Mayuzumi hanya bergeming.
Mibuchi merangkul (Name).
"Ini bukan salahnya manajer-chan kok," ujar Mibuchi seraya mengelus lembut punggung (Name). "Benar kan Sei-chan?"
"Ya," jawab Akashi singkat
"Memang mereka yang brengsek," timpal Nebuya.
"Jangan sedih manajer-chan. Senyumlah," bujuk Hayama Dan (Name) mengulas senyum.
Taruhan gila itu benar-benar diluar kesepakatan.
Saat meminjam tim voli ke pelatih mereka. Pria itu sangat menyukai ide brilian (Name) yang berniat membangun kerjasama tim.
Tapi Hoshiro Ishikawa dengan seenak jidat mengusulkan taruhan itu. Akashi yang notabene tidak suka dikalahkan pun langsung menyetujui, apalagi Hoshiro tadi sangat memanas-manasi.
"Lalu, apa kami bisa mengambil hadiahnya sekarang?" tanya Hayama yang sangat antusias.
"Eh... Tentu, karena ketegangan tadi, aku sampai lupa." (Name) menepuk jidatmya dan tersenyum canggung. Benar-benar lupa kalau....
"Kalau kalian berhasil memenangkannya, kalian boleh meminta apasaja dariku tapi jangan aneh-aneh."
"Aku mau parfumnya manajer-chan. Baunya harum, aku suka sekali." Mibuchi Reo, si pemuda feminim ini orang pertama yang menyuarakan permintaannya. (Name) pun mengiyakan.
"Aku mau diucapi ini saja. 'Kotaro-kun, i love you!" Hayama ikut meminta. Nebuya yang berdiri disebelahnya langsung menoyor kepala blonde kawan sintingnya itu.
"Kotaro-kun. I love you," ucap (Name) menuruti. Toh, ini cuma bercanda kan? Namun, tanpa diketahui. Mayuzumi bersungut di dalam hatinya.
"KYAAAA!!!"
Hayama berjerit-jerit kegirangan seperti habis mendapat hadiah undian. Mengabaikan si blonde bergigi taring itu, (Name) melirik Nebuya. "Kalau Nebuya-senpai?"
"Aku ingin manggamu saja. Aku lapar sekali. Ototku bisa menyusut kalau tidak segera makan," ujar Nebuya sambil mengelus perut kekarnya. Ia tahu kalau manajernya itu menyimpan sekantung mangga segar di loker.
(Name) memberengut. Tapi, ia harus menuruti janjinya. "Tapi dua saja ya senpai." Dan meskipun hanya dua dari dua puluh, tapi masih merasa tak ikhlas.
"Dua itu dikit, aku mau semuanya," protes Nebuya dengan tak tahu diri. Si maniac makanan itu tentu saja tidak akan merasa kenyang.
(Name) menimbang-nimbang sejenak dan mengulas seringai sadis. "Baiklah. Tapi menu latihanmu kutambahi juga ya. Apalagi senpai mau menyaingi kecepatanku kan?"
Nebuya menghela napas pasrah. "Ya sudah. Manajer-chan yang pelit, tapi kawaii."
(Name) terkekeh dan melirik Mayuzumi. "Dan kau, wahai arwah tak kasat mata?"
"Kembalikan light novelku yang kau curi itu," ucap Mayuzumi ketus.
"Aku tidak mencuri! Aku meminjam," bantah (Name).
"Memangnya kau izin?" tanya Mayuzumi, mematahkan alasan gadis itu.
Alis (Name) bertaut, kesal.
"Huh ... Lagi pula untuk apa kau memintanya? Bukannya yang di rak itu sudah semua kau tamatkan."
"Itu yang dibeli kemarin," pungkas Mayuzumi. (Name) pun kalah telak dalam perdebatan ini.
"Baiklah-baiklah. Dan..." (Name) melirik Akashi. "Kapten?"
Akashi sedari tadi bingung, apa yang akan dia pinta? Toh, ia sudah punya segalanya.
Namun ada satu hal yang belum dia miliki.
"Aku mau kau jadi maid ku di sekolah ini."
"EHH?"
Uncrowned King plus Mayuzumi terlonjak kaget, terlebih lagi si gadis yang dipinta. Permintaan gila macam apa itu?
"Dasar Bakashi gila!!! Enyahlah saja kau dari dunia ini!"—" Oh, baiklah. Jika itu yang kapten mau."
Jawaban (Name) lain di mulut, lain pula di hati.
Sejujurnya. Ia hanya cari aman saja. (Name) tak mau nyaris dibunuh Akashi lagi dan mati konyol sekali lagi. Hidupnya di anime Kuroko no basket ini sudah lumayan enak. Ia tak mau, kalau sampai ditransmigrasikan lagi ke anime yang banyak baku hantamnya. Bisa-bisa hidupnya tak tenang.
"Bagus. Besok kau mulai melayaniku."
(Name) mengangguk sembari meneguk salivanya, kasar. Uncrowned king plus Mayuzumi jelas tak senang. Tapi, apa boleh buat? Menentang Akashi itu mustahil. Persetan dengan kedudukan Uncrowned king yang senior, dan Mayuzumi yang maha senior. Akashi tetaplah yang paling disegani diantara mereka.
Karena merasakan getaran. (Name) merogoh saku jas dibalik blazer abu-abunya. Ia mengambil ponsel dan terdapat pesan masuk.
From : Pelatih
Segeralah kesini.
Baik pelatih.
🏀🏀🏀
Malam harinya. Kelima tim basket plus manajernya tengah berada di rumah tua. Mereka semua sudah dikabarkan pelatih berkumpul disini, untuk tradisi rutin tim basket saat terbentuk formasi baru. Yup, tepat sekali. Mereka akan uji nyali untuk menyelesaikan sebuah misi.
Soal rumah tua yang berdiri sejak 1910 ini. Konon katanya bekas salahsatu keluarga konglomerat yang meninggal akibat dibunuh pembunuh bayaran. Desas-desus yang terdengar hanya seperti itu, berita jelasnya masih simpang siur atau memang sengaja ditutupi.
Fakta yang jelas kebenarannya; keluarga konglomerat yang beranggotakan ayah, ibu, dan satu anak perempuan dan dua anak laki-lski itu tewas di tempat ini, rumah mereka sendiri.
Nsmun, selang berpuluh tahun setelahnya. Rumah ini justru dijadikan tempat rekreasi dan kerap kali dijadikan tempat syuting. Gila memang. Tapi meskipun begitu, orang yang berkunjung kesini tak terlalu sering, bahkan lima bulan ini nyaris tidak ada orang berkunjung.
Dan keenam anggota klub basket Rakuzan, telah menginjakkan kakinya didepan rumah itu.
Ekspresi yang ditunjukkan keenam orang itu berbeda-beda. (Name) berusaha kalem walau sebenarnya takut. Akashi, Mayuzumi dan Nebuya benar-benar berani dan tidak takut. Hayama sangat bersemangat dan Mibuchi nampak sekali raut tegangnya.
"Senpai-tachi. Bisakah ceritakan sedikit pengalaman kalian?" tanya (Name) pada seniornya, penasaran.
Hayama pun menjawab.
"Waktu itu, Reo-nee sampai mengompol dan pingsan hahaha!" ledeknya.
"Dan Kotaro hampir mati terpeleset di tangga, dia terlalu lincah seperti monyet lepas." Nebuya ikut menjawab sekalian mengumbar aib Hayama. Si gigi taring itupun jadi kesal.
"Ei-chan juga hampir gila gara-gara tersesat, dia teriak histeris minta tolong. Untung saja diselamatkan pelatih," timpal Mibuchi yang mengeluarkan aib Nebuya.
"Itu gara-gara Kotaro meninggalkanku! Dia yang bawa senternya. Aku cemas tidak bisa pulang."
(Name) tertawa ketika mendengar itu. Rasa takutnya seketika hilang. Sebenarnya (Name) biasa saja kalau diajak ngobrol ramai-ramai begini, tapi entah kalau di dalam nanti.
(Name) penasaran. Siapa gerangan yang menjadi partnernya? Semoga itu diantara Hayama dan Nebuya saja. Gadis itu tidak bisa membayangkan kalau partnernya Mayuzumi atau Mibuchi. Terlebih lagi Akashi yang lebih seram daripada setan.
Mereka mendapat undian nomor. Nomor itulah yang akan menentukan siapa partnernya. Pelatih pun menyebut nomor secara random.
"Satu dengan empat, tiga dengan lima dan dua dengan enam."
Satu : (Name)
Dua : Nebuya
Tiga : Hayama
Empat : Akashi
Lima : Mayuzumi
Enam : Mibuchi.
Mereka pun telah bersama partner masing-masing. (Name) bersungut-sungut dalam hati karena mendapat partner yang tidak klop. Misinya adalah : mencari bola basket berpita emas. Masing-masing pasangan menjelajahi lantai yang berbeda. Dan setelah diundi lagi. (Name) dan Akashi kedapatan menjelajah di lantai tiga.
Ketiga pasangan dibekali satu senter dan setiap orang memakai pelindung kepala yang empuk, antisipasi kalau terjatuh atau tersungkur karena pencahayaan minim.
Merekapun masuk ke dalam rumah itu. Hayama menyeret lengan Mayuzumi. Mibuchi bersembunyi di punggung Nebuya. Dan (Name)? Gadis itu berjalan pelan-pelan mengekori Akashi.
Karena gelap. Mereka tidak dapat melihat dengan jelas interior rumah ini. Yang mereka tahu, rumah ini sangat kumuh.
Ketiga pasangan itupun memisahkan diri ke lantai masing-masing. Mayuzumi dan Hayama dapat di lantai dua. Mibuchi dan Nebuya di lantai satu.
Perlu menaiki empat tangga yang masing-masing tangganya ada sepuluh pijakan untuk (Name) dan Akashi sampai ke tujuan. Ketegangan (Name) kembali meningkat ketika berpisah dengan Hayama dan Mayuzumi di anak tangga ke dua puluh.
Saat menaiki anak tangga ke dua satu. Suasana sunyi sangat mencekam hingga membuat bulu kuduk gadis itu merinding. (Name) itu hanya ingin diajak mengobrol. Apapun topiknya, setidaknya ada suara.
Hihihihi
(Name) menutup mulutnya agar tidak menjerit. Suara kekehan hantu itu jelas sekali terdengar. Ia pun mensugesti dirinya sendiri.
Tenang (Name) tenang. Kau pemberani, ok? Yang bersamamu ini lebih seram dari setan itu.
Hihihi.
Oh, cukup. (Name) tidak tahan lagi! Ia pun membuka suara dan berinisiatif mengajak Akashi mengobrol, biar suara hantu tertawa itu tersamarkan.
"Kapt—"
Akasbi langsung menoleh.
"—Kau takut?"
"Ti-tdak. A-aku cuma mau bertanya. Di mana keempat Kiseki no Sedai bersekolah?" tanya (Name) random.
Akashi memindahkan senter di tangan kanannya ke tangan kiri. Ia pun mengamit tangan (Name). Gadis itu seketika terkejut namun berusaha tenang. Mereka pun berjalan berdampingan.
"Jelas sekali kau itu takut dan ingin mengobrol denganku, 'kan?"
Ya, kalau sudah tertangkap basah begini. Mau tidak mau (Name) mengakuinya dengan mengangguk. Lagi pula Akashi dapat merasakan keringat dingin di tangan (Name), sudah jelas manajer—sekaligus maidnya ini takut.
"Benar-benar diluar karaktermu. Di gym, mulutmu yang paling mendominasi dan gemar mengancam. Ternyata kau penakut," tambah Akashi.
Ini namanya skak mat! (Name) pun hanya menggigit bibir bawahnya, kikuk.
"Shintaro sekolah di Shuutoku. Ryouta di Kaijo. Daiki di Akademi Touou dan Atsushi di Yosen," papar Akashi seraya menyorot senter. Ia pun menemukan pintu dan menuntun (Name) kesana. Mereka sudah ada di lantai tiga.
"Menurutmu. Siapa lawan berat Rakuzan?" (Name) bertanya penasaran. Kali ini ia benar-benar tidak tahu jawabannya. Ia lupa semua pertandingan di Kuroko no Basket.
Yang diingat di anime ini hanyalah nama, ciri fisik, sekolah, kemampuan dan kebiasaan tiap karakter.
Benar-benar tidak ada ingatan yang membekas meskipun sudah menonton sampai tamat. Tapi firasatnya mengatakan itu SMA Seirin, mengingat ada tokoh utamanya disana.
"Entahlah. Aku juga penasaran. Tapi siapapun itu. Rakuzan tetaplah yang terkuat."
(Name) mengangguk setuju, toh Rakuzan itu memang tim kuat. Ada tiga raja tak bermahkota, satu pemain bayangan dan kapten yang maha absolute ini. Perpaduan yang sempurna, kan? Bukankah mustahil bisa mengalahkannya? Tim yang sering mendapat titel juara ya Rakuzan.
Merekapun memasuki ruangan yang terlihat seperti gudang karena banyak sekali barang rongsokan dan lemari berjejer.
(Name) pun melepas genggamannya. Mereka harus bersama-sama mencari bola itu. (Name) mengeluarkan ponselnya dan membuka ikon senter, gadis itu mendongak dan menyorot ke atas lemari-lemari yang berjejer. Kalau-kalau bola itu bertengger disana.
Sementara Akashi pun menyorot senter ke lemari besar paling pojok. Pemuda itu berjalan kesana dan membuka pintunya. Ia langsung disambut dua lipan yang merayap ke arahnya.
Binatang ini adalah kelemahan rahasia dari raja iblis absolut itu.
Note nyempil : Mon maap kali aku ngasal:'v Tapi horang kaya biasanya takut sama hewan yg menjijikan gitu:'v
Akashi panik bukan main. Ia berbalik dan hendak kabur. Tapi malah menubruk (Name) yang ada dibelakangnya hingga membuat mereka berdua jatuh, saling menimpa. Untung saja ada pelindung kepala itu hingga kepala (Name) tidak terlalu sakit.
Wajah mereka saling menempel dan dua bibir lembut itu tak sengaja bertabrakan. Untuk beberapa saat, waktu seakan terasa berhenti.
Hingga pada akhirnya, Akashi tersadar dan menyingkirkan dirinya. (Name) pun ikut beranjak dan memegangi kepalanya yang sakit, ditambah lagi badan Akashi yang menimpanya itu sangat berat.
Akashi berdiri sembari menyeret tangan (Name) dengan kasar. "Tch. Cepat pergi dari sini!"
(Name) pun berdiri dan menatap kesal pada partnernya. "Jelas-jelas kau yang menabrakku, tapi malah aku yang diusir dan dibentak-bentak?" (Name) menghempaskan tangan Akashi dan keluar dari gudang itu.
Oh, ini buruk. Gadis itu salah paham. Maksud Akashi adalah 'mereka' harus cepat pergi dari sini.
"Manajer!"
Akashi menyusul dan berhasil mendapatkannya dengan mudah. (Name) tengah bersandar di dinding sebelah pintu gudang itu.
"Aku tahu kau membenciku, tapi bisakah jangan selalu menyalahkanku di setiap situasi?"
"Hee. Siapa yang menyalahkanmu? Maksudku itu, kita harus segera pergi dari sana."
"Tapi, kenapa? Pencariannya kan—"
"—bola itu tidak ada di sana. Ayo cari di tempat lain. Aku lihat di situ ada binatang beracun."
(Name) mengiyakan dan berjalan bergandengan dengan Akashi lagi. Ingatan kejadian tadi tetiba terputar kembali di kepala keduanya. Akashi mengecap ada sedikit rasa manis di bibirnya. Manis buah yang kaya vitamin C itu.
Dan (Name) sangat kesal. Bisa-bisanya 'itu' terjadi.
Firstkissnya sudah diambil Akashi secara tidak langsung.
🏀🏀🏀
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com