Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

30. Menginap Di Rumahnya.

Semua orang ada di dapur dengan aktifitas masing-masing; (Name) tengah mengiris bawang, Mayuzumi mencincang daging, Mibuchi memasak nasinya.

Tiga yang lain? Hanya memantau seolah-olah mandor proyek. Akashi duduk manis diatas kursi, sementara Nebuya dan Hayama duduk lesehan di lantai.

Karena daging empat kilo terlalu banyak untuk dimasak dalam sehari, jadi hanya dimasak dua kilo saja. Kasihan juga dengan juru masaknya, bisa-bisa tangan mereka kebas.

Dan sesuai hasil rapat dadakan mereka berenam, daging itu akan digoreng karena meraih empat suara. Yang berbeda pendapat itu Nebuya dan Mayuzumi, mereka lebih memilih dibuat sup daripada digoreng.

Bunyi bentrokan pisau dan nampan menguasai dapur. Tangan Mayuzumi dan (Name) memotong bahan mereka dengan cekatan. Sejak membaca sinopsis itu, (Name) menginginkan mereka berdua mulai rajin masak bersama untuk lebih membangun kemistri.

Tiba-tiba, (Name) teringat sesuatu.

"Mengapa aku dulu tak boleh menyentuh dapurmu?"

Ya, (Name) baru mendapat kesempatan pertamanya sewaktu membuat sup tofu Akashi yang pertama kali. Sebelumnya, Mayuzumi melarang keras (Name) memasak. Sekali pernah (Name) ingin makan sesuatu dan hendak memasaknya sendiri, alhasil Mayuzumi sangat marah.

"Apapun yang kau mau, aku akan membuatkannya. Jangan seenaknya menyentuh dapurku."

Begitulah Mayuzumi melarangnya.

"Karena aku tak mau kau lelah," jawab Mayuzumi gamblang.

Kurva lebar terbentuk di wajah perempuan itu. Ia tak menyangka. Bahkan sebelum mereka 'dekat', Mayuzumi sudah sangat mempedulikannya.

"Araa. Mayuzumi-san perhatian sekali dengan manajer-chan," ucap Mibuchi. Pemuda gemulai itu sampai baper sendiri melihat kedekatan keduanya. Mereka terlalu 'uwu' untuk dianggap kakak beradik.

"Oh jelas." tanggap Mayuzumi dalam hati.

Tak lama, racikan bumbu sudah beres, begitu juga cincangan Mayuzumi. Daging itupun dicuci oleh (Name).

Setelahnya, (Name) menghampiri ketiga mandor itu. Jari telunjuknya dikibaskan, menunjuk mereka secara bergantian.
"Umm. Aku ramal, di antara kalian ada yang belum mandi."

Nebuya dan Akashi biasa saja karena sudah mandi. Hayama jadi salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu nyengir kuda.

"Hehehe. Aku malas mandi manajer-chan." Hayama akhirnya mengaku.

"Cih! Aku tidak mau tidur dengan orang bau. Mandilah sekarang atau kau tidur di teras sana!" tegur Nebuya.

"Ei-chan benar. Mandilah Ko-chan," timpal Mibuchi.

"Kalian cerewet seperti kedua orangtuaku saja." Hayama pun beranjak, pergi meninggalkan dapur.

✨⭐✨

(Name) tengah menggoreng daging. Mayuzumi dan Mibuchi mengusung peralatan makan ke meja. Masih seperti tadi, trio mandor itu tidak ada kontribusinya, hanya mengamati tangan (Name) yang membolak-balikkan daging.

Aroma harum sedari tadi menguasai dapur, membuat lambung Nebuya dan Hayama meronta-ronta. (Name) mencicip satu iris dan sudah terasa pas. Ia pun mematikan kompornya dan memasukkan daging itu ke wadah.

Makanan pun sudah tersaji di meja. Mereka mulai mengambil tempat duduk. Bagian kiri diisi anak kelas dua, dan dibagian kanan ditempati Akashi, (Name) dan Mayuzumi.

Secara bergantian, mereka mulai mengambil jatah makan masing-masing. Bisa ditebak siapa gerangan manusia yang mengambil banyak, tentulah Nebuya Eikichi.

(Name)? Dia mengambil porsi normal, bahkan lebih sedikit. Tidak, gadis itu bukannya sedang jaga image. Ia tiba-tiba merasa nyeri pinggang. Sepertinya sebentar lagi bulan datang menghampirinya.

"Manajer-chan sariawan, kah? Atau sakit gigi?" Hayama dan yang lain heran melihat (Name) hanya makan sedikit.

"Iie. Pinggangku yang sakit."

Hayama jadi khawatir, "Hee? Kenapa bisa sakit? Apa kau kelelahan karena memasak? Atau menu latihanmu terlalu keras?"

"Kau tak akan paham, Ko-chan. Itu masalah yang biasa dialami perempuan." Mibuchi yang menjelaskan pada Hayama.

"Mentang-mentang Reo-nee perempuan."

(Name) mengalihkan topik ini dan memulai makan. "Ittadakimasu."

Satu suap sudah terasa sangat nikmat. Mulut mereka gatal ingin memuji masakan (Nane), tapi karena ada Akashi yang menjunjung tinggi tata krama di meja makan, Uncrowned Kings jadi segan. Tapi Akashi sendiri juga mengakui masakan gadis itu selalu enak.

Selang beberapa meniit, makanan diatas enam piring sudah tandas. Tapi, dagingnya masih tersisa banyak, Nebuya memutuskan untuk menghabisinya.

"Masakanmu enak sekali manajer-chan!" puji Hayama sembari mengelap wajahnya dengan serbet. Mibuchi dan Nebuya juga menyerukan hal yang sama.

"Eh, kenapa cuma memujiku? Chihiro-kun dan Reo-nee juga berkontribusi loh."

"Karena manajer-chan yang menggoreng dan membuat bumbunya," jelas Hayama.

"Ehehe, terima kasih. Permisi, aku duluan, ya." (Name) tak tahan ingin ke toilet.

Mayuzumi dan Akashi juga ikut undur diri. Akashi juga ingin ke toilet dan Mayuzumi ingin memberi kucingnya makan.

Kedua tangan Mibuchi memberi tepukan lembut pada pundak Hayama dan Nebuya.

"Kalian berdua bantu aku cuci piring. Enak saja kalian ini tidak berkontribusi sama sekali. Kasihan manajer-chan dan Mayuzumi-san loh."

Mereka langsung menyetujui, tak membantah sama sekali. Kalau bicara tentang siapa yang tidak berkontribusi, tentulah nama Akashi juga ikut masuk. Akan tetapi, memerintah Kaisar maha absolut itu sama saja menjemput kematian.

(Name) pun keluar lagi, dia duduk di sofa sembari menunggui teman-temannya. Ternyata benar dugaannya, ia sedang kedatangan tamu. Pantas pinggang terasa sangat nyeri.

Sebenarnya (Name) ingin mendekam di kamar, tapi karena ada banyak tamu, rasanya tak enak meninggalkan mereka. Apalagi Mayuzumi adalah orang yang tidak pandai meladeni tamu. Bisa-bisa mereka sungkan berkunjung lagi.

Para lelaki mulai berguyur datang. Mereka langsung mengambil tenpat duduk masing-masing. Akashi membawa tabletnya dan Mayuzumi membawa kucing serta light novel.

Kucing digendongan Mayuzumi memberontak. Mayuzumi pun melepaskannya dan si kucing malah pindah ke pangkuan Akashi. Lalu menggosokan kepalanya dengan manja ke badan pemuda itu

"Gawat! Jangan apa-apakan kucingku."

Meow, meow, meow!

Akashi yang semula sangat fokus jadi teralihkan. Ia menatap kucing itu dan memegang kepalanya.

"Kyaaaaa!!! Jangan! Jangan mencekiknya!" (Name) tiba-tiba berteriak histeris. Panik kucingnya diapa-apakan.

"Siapa yang mencekik siapa manajer-chan?" tanya Mibuchi heran. Mereka semua merasa terkejut dan bingung.

"Boku?" Akashi tahu, (Name) menyinggung dirinya.

"Aku ini bukan psikopat."

Tapi kau tukang cekik, seperti psikopat!

(Name) tentu tak mau kucingnya dicekik juga.

Akashi menepuk pelan kepala kucing itu dan berkata, "Kalau kau mau duduk di sini, diam. Jangan berisik dan membuatku geli."

Kucing bernama Mayuu itupun diam. Tak lagi mengeong dan menggosokkan kepalanya di perut Akashi. Akashi pun melanjutkan pekerjaannya.

"Eh. Omong-omong, kapan ulang tahunnya manajer-chan?" Hayama menghilangkan kecanggungan yang ada.

"Ulang tahunku 29 Februari."

"Jangan bercanda! Tanggal itu, 'kan tidak ada!" Nebuya ngamuk karena merasa ditipu oleh (Name).

"Yang benar saja Ei-chan tidak tahu? 29 Februari itu ada, munculnya empat tahun sekali, dan namanya tahun kabisat." Mibuchi memberi Nebuya pencerahan. Nebuya jadi merasa malu karena sangat terlambat mengetahuinya.

"Jadi, manajer-chan sering tidak ulang tahun? Dan berapa umurmu sekarang?" Hayama bertanya lagi.

"Benar. Aku baru tiga kali merayakannya. Umurku lima belas."

"Pantas saja manajer-chan kecil seperti loli."

Tak salah juga Hayama mengatakan itu. Karena perawakan (Name) bahkan lebih pendek dari Kuroko. Ia juga suka membuat mode rambut seperti anak kecil. Gadis itu benar-benar menggemaskan dan tampak awet muda, wajar banyak yang menyukainya kendati yang kontra juga banyak.

"Pantas belum dewasa," tanggap Akashi.

"Hei ... aku tidak sekecil itu Kotaro-kun." (Name) tak suka disamakan dengan loli. Hayama hanya terkekeh.

"Manajer-chan. Kau pasti merindukan momen ulang tahunmu, ya?" Mibuchi jadi sangat bersimpati.

(Name) mengiyakan. Ia sangat rindu momen pesta ulang tahunnya beberapa tahun silam. Yang lebih dirindukan lagi adalah kebersamaam dengan orangtuanya. Gadis itu tak menyangka, ulang tahun ke-12 adalah perayaan terakhir kali bersama mereka. 2 tahun kemudian, mereka pergi.

Dan (Name) lebih tak menyangka lagi akan merayakan ulang tahun ke-16nya di dimensi lain.

Yang lain-termasuk Akashi juga jadi turut bersimpati. Mereka saling bertelepati; Tahun depan, kita akan buat pesta kejutan yang berkesan untuk manajer-chan!

"Dari pada tidak melakukan apa-apa. Bagaimana kalau kita main sesuatu?" usul Mibuchi untuk menghilangkan kegabutan.

"Ayo kita main ToD!" Hayama ikut memberi usul.

Mood (Name) mendadak buruk. Gara-gara Katsuki, permainan ToD kini terasa sangat horror. (Name) rasanya ingin kabur dari permainan ini, takut mendapat dare yang berhubungan dengan Akashi.

Nebuya dan Mibuchi menyetujuinya. (Name) mengatakan tidak ingin, tapi terus-terusan dipaksa ikut sampai disogok pancake mangga.

Akhirnya ia mau.

Ternyata memang bemar, hawa nafsu perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Apalagi nafsu makan perempuan bernama (Name). Semasa kecilnya, ia bahkan pernah diculik karena dengan mudahnya diiming-imingi permen lolipop. Untung ada yang menolong.

Mendadak (Name) teringat sesuatu.

"Kau itu perempuan. Lain kali, jangan pergi sendirian. Apa kau mau diganggu berandalan lagi?"

"Aku mengerti. Terima kasih sudah mengantarku."

Meskipun Akashi yang sekarang cukup baik padanya, tapi (Name) masih sangat canggung tiap kali berinteraksi dengan pemuda itu. Kalau bisa, (Name) tidak ingin lagi ada urusan di antara mereka.

Nyatanya, takdir berkata lain.

Insiden 'Pernyataan cinta yang bar-bar' itu bukannya menjauhkan mereka. Tapi justru sebaliknya, keduanya menjadi semakin dekat.

"Kalian main saja, pekerjaanku masih banyak," ucap Akashi seraya menggulir layar tablet. Mayuu masih tenang di pangkuannya.

Akashi sebenarnya tidak akan bisa menginap di sini kalau Ayahandanya ada di mansion. Untuk beberapa bulan, Masaomi menangani perusahaan cabang di Amerika. Tapi itu tak sepenuhnya membuat Akashi bebas, ia tetap harus mengerjakan tugas Ayahmya sesuai deadline.

"Aku tidak tertarik," tolak Mayuzumi tanpa berpaling dari light novelnya.

"Kau harus ikut! Pokoknya ikut, ikut, ikut!" (Name) merengek pada Mayuzumi sambil mengguncang-guncang lengannya.

"Tidak."

"Kusaya?" (Name) menyogok Mayuzumi dengan makanan kesukaannya.

"Bodoh. Aku bukan tukang makan sepertimu."

(Name) akhirnya menyerah, ia tak ingin lagi semakin memaksa pemuda itu. Kemarahan Mayuzumi hari ini cukup mengerikan.

"Aku ambil bukuku dulu ya." Hayama pun beranjak dari tempat duduknya.

"Jauh sekali. Di laci yang atas itu ada buku dan pena." (Name) menunjuk nakas di sebelah Mibuchi.

Mibuchi pun membuka lacinya dan mengambil dua benda itu. Setelahnya, Mibuchi dan Hayama memotong kertas itu hingga kecil-kecil. Lalu menulis truth dan dare.

Kertas sudah digulung-gulung. Lalu diguncang oleh Mibuchi dan dijatuhkan. Mereka melakukan janken. Yang kalah duluan adalab yang pertama. Jadi urutannya; (Name), Mibuchi, Hayama lalu Nebuya.

"Shit."

(Name) mengambil salah satu gulungan dengan harap-harap cemas.

"Truth."

Gadis itu bernapas lega. Lega tak kena dare.

"Bagaimana tipe lelaki yang disukai manajer-chan dan apa alasannya?" Hayama memberi pertanyaan pertama.

"Atlet. Karena atlet bagiku sangat keren, apa lagi sewaktu wajahnya berkeringat. Kyaaa! Aku bisa-bisa meleleh. Dan juga, aku suka laki-laki yang lebih tua dariku."

Jantung Mayuzumi berdebar kencang dan senyum samar tercipta di wajahnya. Atlet dan yang usianya lebih tua? Sesimple itu tipe lelaki seorang (Name)? Ia senang, karena telah memenuhi syarat dan ketentuan utama.

Nebuya pun bertanya.
"Apa makanan yang manajer-chan tidak sukai?"

"Rumput laut! Makanan macam apa itu? Menurutku, rasanya sangat aneh."

"Hee. Ternyata kita sama," batin Akashi.

Sekarang giliran Mibuchi yang memberi pertanyaan.

"Karena para laki-laki (yang straight) di sini atlet. Seandainya Sei-chan, Ko-chan Ei-chan dan Mayuzumi-san menembakmu secara bersamaan, siapa yang akan kau terima?" Mibuchi tak mengopsi dirinya karena lebih tertarik dengan laki-laki.

(Name) tanpa berpikir lama-lama pun menjawab dengan mantap. Ia yakin, kalau pilihannya adalah yang paling tepat untuk diterima.

"Tentu saja Chihiro-kun."

Detik itu juga, Mayuzumi merasa ada kupu-kupu menggelitiki perutnya seolah mengajak terbang pada langit ke tujuh. Dan di detik itu pula Hayama merasa patah hati karena tertolak. Nebuya biasa saja mengharap.

Dan Akashi? Entahlah, hatinya sedikit merasa kecewa.

Aneh. Padahal, 'kan dirinya sendiri sudah empat kali menegaskan kalau enggan membalas perasaan (Name). Tapi, entah mengapa ia meeasa kecewa saat tidak dipilih.

"Kenapa tidak Akashi? Semua gadis mengidolakannya." Nebuya tak menyangka (Name) akan memilih Mayuzumi.

Mana mungkin. Perasaanku padanya sudak kadaluarsa!

"Justru karena dia banyak fansnya aku tidak mau. Hahaha. Ayo lanjut lagi! Semoga Reo-nee dapat dare." (Name) cepat-cepat mengalihkan topik.

Insiden itu memang tak sampai menyebar penuh satu sekolah, apalagi di kalangan laki-laki yang notabene tak suka bergosip. Jadi wajar saja, anak-anak kelas dua ini tidak tahu apa yang terjadi dengan (Name).

Permainan pun dilanjutkan sebagai ajang penistaan. Ketiga Raja tak Bermahkota itu sama-sama mendapat dare yang membagongkan. (Name) tak hentinya melepas tawa bahagia. Untung pekerjaan Akashi tuntas, jadi mereka tak kena semprot.

Tadi Mibuchi disuruh menari memakai rok sekolah (Name) yang mini itu, merayu Nebuya seolah sebagai suaminya dan dare dari (Name) adalah 'memberi kecupan pada tukang servis AC lewat telpon'.

"Apa ada yang bisa kami bantu?"

"Servis-kun, ganbatte. Emmuah."

"Hahahaha!"

Gelak tawa (Name), Hayama dan Nebuya saat mendengar itu tak terkendali lagi. (Name) yang tertawa paling lepas sampai memukul-mukul lengan Mayuzumi.

"Aku sangat risi mendengar mereka tertawa seperti orang sinting. Tapi lebih baik 'dia' tertawa lepas begitu dari pada menangis," ujar Akashi dalam hati.

Uncrowned Kings menghentikan permainan. Pada kapok untuk lanjut lagi. Takut darenya lebih mematikan dan semakin menghancurkan harga diri.

Mereka pun melakukan permainan lain. Mulai dari main ular tangga, UNO dan remi. Kali ini Mayuzumi dan Akashi ikutserta. Dan Akashi selalu memenangkannya.

"Ya ampun. Lama-lama wajahku seperti pantat kuali."

Giliran (Name) yang kali ini ternistakan. Entah mengapa kartunya sering jelek hingga membuatnya kalah beruntun. Alhasil, wajahnya itu jadi hitam legam tak keruan karena dibaluri kopi sebagai hukuman.

Wajah yang lain juga kotor, tapi tidak separah (Name). Satu-satunya orang yang suci dari noda di sini adalah Akashi. Pemilik jargon 'Aku selalu benar, maka aku selalu menang' itu tak pernah sekalipun kalah.

Lagi.

(Name) kalah lagi.

Mereka mulai membaluri (Name) dengan kopi lagi lalu tertawa. Hayama pun meminjam tablet Akashi dan mengambil foto aib gadis itu. (Name) tidak bisa menutupi wajahmya karena lengannya dicekal.

"Ah sudah-sudah. Nanti aku jerawatan! Mending kita bakar-bakar di atap saja." (Name) ingin menyudahi kesengsaraan dirinya. Ia pun bangkit, ingin membasuh wajah.

Karena meminum minuman pereda nyeri, sakit pinggangnya kini sudah berkurang. (Name) ingin makan lagi karena perutnya belum kenyang.

"Bakar apa?" tanya Hayama.

"Membakarmu Kotaro! Pasti bakar makanan lah!" jawab Nebuya ngegas.

"Kalau soal makanan saja kau cepat tanggap," ledek Mibuchi.

Tak lama, (Name) keluar lagi dengan wajah yang bersih. "Bisa tolong aku mengangkat barang-barang?" tanyanya.

Mereka semua pergi ke dapur. Mereka—kecuali Akashi menyimpang ke toilet tamu untuk membasuh wajah, lalu mengusungi barang keperluan bakar-bakar. Yang akan dibakar adalah daging sapi dan jagung yang direbus Mayuzumi tadi pagi.

Langit malam yang penuh bintang menjadi saksi kebersamaan tim basket Rakuzan. Mereka bercengkrama ria dan saling menyuapi makanan satu sama lain. Malam ini benar-benar pengalaman yang berkesan untuk mereka. Terutama bagi (Name).

Akashi juga ternyata merasa senang. Meskipun orang-orang disekelilingnya ini aneh-aneh, tapi dengan mereka ia bisa merasa nyaman dan tingkat stressnya berkurang.

Akashi itu sebenarnya kesepian.

Sejujurnya, dia sangat ingin menikmati masa SMA seperti remaja biasa, tapi takdir malah melahirkan dia sebagai pewaris tunggal 'Akashi'.

Kalau Ibunya masih hidup, mungkin Akashi tidak begitu keberatan. Kepergian wanita itu benar-benar membuatnya hancur. Kehidupannya jadi berubah drastis, ia dibesarkan dengan penuh tekanan bahkan kekerasan oleh sang Ayah.

Sempurna, tujuannya hanya dituntut menjadi sempurna agar layak sebagai penerus.

Akashi tentulah tidak bahagia menjalani kehidupan ini.

Siapa yang senang menjalani hidup penuh tekanan dan tanggungjawab? Bahkan, saat usianya belum genap 17 tahun, ia sudah banyak disodori tugas perusahaan yang membuat kepala ingin meledak.

Akashi kuat di luarnya, tapi dalamnya sangat rapuh.

⭐✨⭐

Warna putih.

(Name) mengobrak-abrik lemari pakaiannya, mencari pakaian bewarna itu. Akhirnya ketemu! Sebuah gaun panjang dengan warna yang melambangkan kesucian, putih.

Sejak awal. (Name) sendiri masih bertanya-tanya. Semua pakaian di lemari ini bukan miliknya-kecuali yang dibelikan Chizuru. Tapi, semua itu bisa muat dan sesuai selera. Padahal, ia jelas-jelas tidak membawa benda apapun dari tempatnya berasal.

"Sebenarnya ... siapa yang menyiapkan semua keperluanku di sini?"

Pusing memikirkan itu, (Name) langsung melucuti pakaian yang dikenakan lalu memakain gaun panjang itu. Setelah selesai, (Name) merasa agak sesak.

(Name) pun mematut dirinya di cermin.

"Astaga. Ini bagus sekali! Aku harus menunjukkannya pada Chihiro-kun."

(Name) keluar dari kamarnya dan mengetuk kamar Mayuzumi dengan heboh. Gadis itu lupa, kalau Mayuzumi tidak tidur di sana.

"YA-hoo." (Name) refleks memelankan suaranya saat yang muncul ternyata Akashi dengan raut mengantuk.

Matilah aku! Ini sih namanya membangunkan singa tidur!

(Name) panik bukan main, air mukanya mulai bercucuran. Ia pun membungkuk di depan Akashi.

"Su-sumimasen, sumimasen. Aku benar-benar lupa Chihiro-kun di atas. Sumimasen."

Akashi terdiam. Dirinya jelas sangat kesal tidurnya terganggu, tapi di saat bersamaan ia juga terpana. Setelah beberapa saat terdiam. Akashi pun memaafkannya karena gadis itu terlalu cantik untuk dimarahi.

"Pergilah."

(Name) lega karena tidak dimarahi atau dihukum. Ia pun segera meninggalkan kamar itu dan berjalan menaiki tangga. Akashi masih bergeming, menatap lamat-lamat punggung gadis itu.

"Gaun itu tampak jelas barang murahan dan sudah usang. Tapi kau sukses membuatmya elegan, Manajer."

"Jujur saja. Kau itu ... memang sangat cantik."

"Andai saja kau pendiam, pintar, bermartabat dan derajat kita sama. Bukan tidak mungkin aku juga akan menyukaimu."

Sementara di kamar tempat Mayuzumi berada. Pemuda itu sedang tidur pulas dan bermimpi.

"Chihiro-kun."

"Chihiro-kun buka pintunya. Kita akan menikah tau!"

Mendengar suara gadis yang amat sangat ia kenali. Mayuzumi membuka kelopak matanya dan berjalan ke arah pintu. Kelereng kelabu itu ingin lepas saat melihat (Name) berdandan seperti pengantin.

"Uso?!" Mayuzumi sangat tak percaya ini.

"Apanya yang bohong, Chihiro-kun?" tanya (Name) bingung.

"Yang benar saja kita akan menikah?"

Wajah (Name) memerah dan tangannya terkepal kuat. Ia menonjok wajah Mayuzumi sampai bonyok. Gadis itu kentara jelas sangat marah.

"Baka!!! Kenapa kau seperti tak menginginkannya? Apa kau tidak mencintaiku hah?!"

(Name) menendang perut Mayuzumi sebagai serangan pamungkas. Tubuhnya sampai terpelanting ke ranjang. Alhasil, Mayuzumi terkapar lemas dengan mengenaskan.

"Dasar!!! Kalau begitu, menikahlah dengan loli 2D di light-novelmu! Aku pergi! Masih banyak orang yang mau menerimaku!"

Perempuan bergaun putih iyupun pergi dan membanting pintu dengan keras. Mayuzumi berusaha menghentikan (Name), tapi ia tak bisa bangun.

"(Name)!"

"(Name)!" pekik Mayuzumi sembari terbangun dari tidurnya.

"Buka pintunya Chihiro-kun! Kenapa kau berteriak-teriak begitu?!"

Mayuzumi segera beranjak dan membuka pintu. Ia menarik (Name) untuk tenggelam dalam dekapannya. Nyawa pemuda itu masih belum terkumpul, ia mengira ini lanjutan mimpi tadi.

"Eh?"

(Name) sangat heran Mayuzumi tiba-tiba memeluknya dengan erat.

"Jangan menikah dengan orang lain," pinta Mayuzumi lirih.

(Name) tertawa terbahak-bahak mendengar itu.

"Astaga! Sejak kapan kau pandai membuat lelucon? Kau pasti masih bermimpi, kan? Kau pasti memimpikan menikah dengan loli." (Name) mencubit punggung pemuda itu. Mayuzumi pun tersadar sepenuhnya dan langsung melepas (Name) karena malu.

Sangat malu.

Mayuzumi terpaku saat melihat (Name) versi nyata ini memakai gaun putih. Mengingatkannya pada mimpi 'pengantin' tadi. Meskipun tanpa riasan seperti di mimpinya, tapi kecantikan perempuan ini tidaklah memudar.

Mimpi hanyalah bunga tidur semata. Akan tetapi, Mayuzumi sangat berharap mimpinya tadi adalah spoiler hidupnya di masa depan. Tentu ia akan sangat bahagia kalau itu benar terjadi.

"Kenapa kau malam-malam ke sini? Mengganggu saja." Mayuzumi bertanya ketus.

"Biasanya kau belum tidur. Aku mau menunjukkan gaun ini."

(Name) memutar-mutar tubuhnya hingga gaun yang dikenakannya mekar.

Sreeekk.

Dengan tidak elitnya, bagian punggung gaun itu robek hingga mengekspos sedikit bagian dalamnya. Tak sengaja melihatnya membuat Mayuzumi salah tingkah.

Harusnya (Name) sadar sejak awal kalau gaun itu memang sempit.

Akibat dari berputar-putar tadi membuat kepala (Name) pusing. Ia terhuyung dan pinggangnya segera ditangkap Mayuzumi. (Name) mencengkram kerah baju pemuda itu agar tak jatuh.

Dua iris bertemu pandang, saling mengamati tiap inci wajah lamat-lamat. Kerja jantung mereka menjadi dua kali lebih cepat. Waktu seakan berhenti berdetik untuk beberapa saat.

(Name) tersadar. Ia segera minta dilepaskan dan ingin keluar dari sana. Tapi sebelum itu, ia harus memutup punggungnya dulu agar tak dilihat oranglain saat berpapasan.

"Tu-tup matamu! Jangan melihatku!"

(Name) membuka lemari untuk mengambil pakaian apasaja asal menutupi punggungnya. Setelah mendapat cardigan milik Chizuru, (Name) keluar dan menuruni undakan tangga kayu itu dengan tergesa.

"Sialan, aku malu sekali dan ingin mengubur diriku sendiri."

✨⭐✨

Pukul satu dini hari, Akashi terbangun dari tidurnya dengan wajah yang bercucuran keringat dingin. Pemuda itu mengalami mimpi buruk tentang Ibundanya, bukan kali pertama Akashi mengalami ini, tapi cukup sering.

Ia mengambil air di atas nakas dan meminumnya. Pemuda itu termenung dahulu dan tak segera melanjutkan tidur. Sulit rasanya untuk tidur lagi, takut mimpi buruk itu kembali terulang.

Mendengar suara irisan, Akashi segera mengecek, siapa gerangan yang memotong-motong makanan di tengah malam.

Di meja makan, (Name) sedang mendengar lagu lewat headphone sambil menyantap buah mangga. Meja itu tak hanya berisi makanan, tapi ada alat tulis berupa pena dan 3 buku tulis. Di sana juga ada lilin aromaterapi.

Menyadari kedatangan Akashi.(Name) melepas headphonenya dan menyampirkan benda itu di leher. "Perlu sesuatu, Kapten?"

"Mengapa kau belum tidur?" Akashi malah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Aku lapar dan ingin mengerjakan ini," jawab (Name). Ia mengambil salahsatu buku dan membukanya.

"Kalau tau banyak PR, kenapa tak kau kerjakan dari tadi? Kau malah bermain-main." Akashi jadi kesal sendiri.

"Ini semua bukan punyaku."

(Name) tak berbohong. Buku-buku itu memang bukan miliknya, itu punya beberapa teman sekelasnya yang ingin minta tolong dibuatkan tugas. Hal ini karena (Name) selalu punya nilai tertinggi untuk mapel bahasa Inggris.

"Aku memang sering terbangun malam-malam dan sulit tidur lagi. Jadi, aku makan dan mengerjakan sesuatu biar bisa mengantuk."

Sama seperti Akashi, (Name) kerap kali suka terbangun karena mimpi buruk dan sulit tidur lagi. Kalau tidak ada stok buah mangga dan camilan, gadis itu akan main game atau membaca light novel untuk memancing rasa kantuk.

Tapi kadang-kadang cara itu tak efektif, alhasil ia terjaga sampai pagi. Itulah mengapa, (Name) bisa tertidur kapan saja dan dimana saja kalau sudah mengantuk berat di siang hari. Ia seringkali tertidur di atap atau di jam pelajaran.

Manik dwiwarna Akashi memicing pada buku-buku berbeda sampul itu.
"Jadi huku-buku itu punya siapa?"

"Teman sekelasku. Aku jadi joki tugas bahasa Inggris mereka," terang (Name).

"Apa kau butuh uang?"

Akashi sudah seringkali melihat orang menjadi joki tugas karena butuh uang. Tapi, ia sedikit tak yakin (Name) membutuhkannya. Secara, ekonomi keluarga Mayuzumi terlihat sangat memadai.

"Tidak. Aku tidak sedang butuh uang, kok. Aku melakukannya gratis, karena aku suka membantu mereka."

Membantu orang lain memang hobinya. Bahkan, lebih cocok disebut kewajiban dari pada hobi. Kapanpun ia melihat orang lain kesusahan, (Name) selalu ingin membantunya tanpa pamrih.

"Kata ayahku; tidak masalah kalau aku bukan anak yang pintar, tapi ... aku harus bisa menjadi anak baik yang tak sungkan membantu orang lain."

Karena itulah prinsip yang selalu dipegang teguh.

"Itu prinsip yang sangat mulia. Tapi, yang kau lakukan ini salah. Kebaikanmu itu dimanfaatkan."

Akashi sangat terkesan dengan prinsip yang ditanamkan oleh keluarga (Name). Tapi, memurutnya gadis itu sangat salah. Tak seharusnya (Name) membantu untuk hal ini.

"Kau tidak bisa terus-terusan begini, mereka harus berusaha sendiri. Bukankah aneh kalau tugas rumah nilai mereka selalu bagus, dan tugas hariannya jelek?"

Benar juga. (Name) baru pertama kali ini melakukan ini. Ia sungguh tak berpikir sampai ke sana.

"Dengar. Jangan melakukan ini lagi. Turuti perintahku." Akashi memberi perintah tegas.

"Demo—"

Heterokrom itu menatapnya tajam. Kalau sudah begini, (Name) pasrah saja.

"Ha'i."

Akashi pun merampas buku-buku itu serta pena yang dipegang (Name).

"Eh—" (Name) cemas Akashi akan merobeknya karena marah.

"Aku tidak merusaknya."

Akashi duduk di hadapan (Name). Mengerjakan 10 soal pilihan ganda dengan cekatan dan akurat. Dan jika ditotal, ia mengerjakan 30 soal dalam waktu singkat tanpa kamus. Sangat jenius.

Akashi merapikan buku-buku itu dan meletakkan pena diatasnya.
"Sekarang tidurlah."

(Name) mengambil buku-buku itu dan beranjak dari kursinya. Akashi juga beranjak dan ingin segera kembali ke kamar. Sebenarnya, ia merasa masih sulit untuk terlelap lagi.

"Tunggu."

Akashi berbalik saat (Name) mengatakan itu.

"Maaf kalau lancang menanyakannya, apa kau terbangun karena mimpi buruk?"

Sewaktu Akashi mendatanginya tadi. (Name) dapat melihat dengan jelas raut wajah pemuda itu sangat kacau. Ia juga melihat keringat memenuhi wajah dan lehernya.

"Berhubung kau sudah tau. Jadi bantulah aku tertidur lagi."

⭐✨⭐

Hehh Setan, kamu mau ngapain?!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com