Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

32. Nekat Membolos Demi Dirinya.

Yang mau aja, monggo dijawab;

•Kenapa kapal yang kamu dukung itu layak banged menang?'

⭐✨⭐

Akita dan Tokyo.

(Name) punya dua tugas di dua wilayah itu. Yang ke Akita untuk mengantar berkas ke pelatih tim basket Yosen, yang ke Tokyo untuk memata-matai pertandingan Seirin vs Shutoku. Tugas pertama adalah suruhan Pak Shirogane, yang kedua adalah tugas dari Akashi.

Mendengar kabar Seirin menang melawan Kaijo membuat Akashi penasaran dengan 'permainan basket' yang digembar-gemborkan Kuroko.  Akashi ingin (Name) menganalisis Seirin. Karena ia merasakan tim itu telah menjadi kuda hitam tahun ini.

(Name) sih mau-mau saja diutus ke prefektur manapun. Hitung-hitung sebagai bentuk refreshing dari pelajaran sekolah yang memusingkan. (Name) jadi sangat ketagihan mendapat tugas seperti ini.

Seusai keluar ruangan pelatih Araki dan menutup pintu, (Name) mendapati sosok Murasakibara yang tengah memakan keripik kentang. Ia tidak bersama Himuro seperti biasanya karena kegiatan belajar mengajar tengah berlangsung.

Dengan tanda kutip, Murasakibara membolos. Terlihat jelas dari tas di punggungnya.

"Mu-kun, kau bolos, ya?!"

(Name) memang memberitahukan kedatangannya ke Yosen pada Himuro dan Murasakibara. Namun, bukan kehendak (Name) kalau Murasakibara membolos dari pelajaran demi untuk menemuinya.

"Sstt. (Name)-chin. Jangan keras-keras. Nanti pelatih dengar," jawab Murasakibara dengan berbisik.

Murasakibara mengamit lengan (Name), menjauh dari ruangan pelatih Araki. Setelah langkah demi langkah dilalui, ternyata Murasakibara membawa (Name) ke gerbang untuk keluar dari sekolah.

(Name) menunjukkan surat tugasnya kepada satpam. Murasakibara pun juga menunjukkan surat izin pulang yang telah ditandatangani sensei. Mereka pun dibolehkan keluar.

Setelah menjauh beberapa meter dari area sekolah, (Name) pun bertanya, "Jadi, kenapa kau sampai membolos Mu-kun? Ini tidak benar tau."

(Name) itu sebetulnya termasuk siswi bandel dan tukang minggat juga. Tapi, (Name) tidak mau Murasakibara yang polos ini menjadi nakal.

"Muro-chin, kenapa aku sedih karena jarang bertemu (Name)-chin?"

"Itu berarti kau merindukannya. Buatlah momen berkesan kalau kalian bertemu lagi."

"Karena aku ingin mengenal (Name)-chin lebih dekat, tapi terkendala jarak yang jauh. Aku sangat merindukan (Name)-chin."

(Name) terkesiap. Benar-benar tak habis pikir Murasakibara sampai rela membolos karena hal ini. Dan (Name) juga penasaran, orang bejat mana yang telah mengajari Murasakibara trik licik 'membolos secara halus' macam ini? Setahu (Name), Murasakibara orang yang sangat polos dan selalu mengandalkan 'Muro-chn'nya.

Pasti ini didikan Ahomine! Ya, pasti ini ulahnya Ahomine!

"Tapi ... ini tidak benar Mu-kun. Aku merasa tak enak kau membolos cuma gara-gara aku."

Tangan besar Murasakibara menangkap kepala gadis itu dengan mengusapnya. "(Name)-chin. Bolos satu hari bukan masalah besar, kok. Ayolah. Aku ingin menghabiskan waktu bersama (Name)-chin."

Dasar kau Ahomine, mengapa Mu-kun jadi rusak begini?!

(Name) menghela napas pasrah dan mengangguk setuju. Toh, mau dikata apalagi? Murasakibara sudah terlanjur keluar dan membuat surat izin pulang. Yang harus dilakukan sekarang adalah menuruti keinginan pemuda itu.

"Tapi...."

Murasakibara menyimak baik-baik, ia menduga (Name) akan mengajukan syarat.

"Mu-kun harus membolehkanku memanggilmu Atsu-kun?"

"Tentu saja." Murasakibara membolehkannya dengan senang hati.

(Name) senang sekali. Ia merasa lebih dekat dengan semua karakter favoritnya karena memanggil nama depan mereka. Mulai dari Mayuzumi, Kuroko, Kagami, Kise dan Midorima.

Hanya Aomine dan Akashi yang belum.

Gara-gara alur cerita hidupnya  sudah ia rusak sendiri, rasanya memanggil nama depan Akashi tidak akan pernah terjadi.

Lalu, mengapa Aomine belum padahal mereka tidak sedang berkonflik? Manusia ini pengecualian. (Name) lebih suka memanggil pemuda itu Ahomine saja daripada Daiki.

Merekapun mulai berjalan, Murasakibara mengambil keripik kentang baru dan membukanya. (Name) sempat bertanya mengapa Himuro tak kunjung membalas pesannya. Murasakibara menjawab kalau anak kelas dua tengah study tour ke Kyoto. Jadi (Name) dan Himuro ini bertukar tempat saja.

Murasakibara sedikit heran melihat (Name), gadis itu berjalan lebih lambat dari biasanya. Bahkan raut wajahnya tampak tidak semangat.

Murasakibara menghentikan langkahnya dan bertanya,
"(Name)-chin tidak suka jalan-jalan bersamaku?"

"Ehh? Tidak kok. Kenapa Atsu-kun beranggapan begitu?" bantah (Name).

"Soalnya (Name)-chin terlihat tidak semangat dan lambat," balas Murasakibara.

"Oh. Aku sedang cedera."

(Name) mengalami cedera lutut saat latihan. Untung saja cederanya tidak berat dan diperkirakan bisa sembuh dalam seminggu. Sebenarnya Shirogane dan Akashi juga tak tega menugaskan manajer mereka ini, tapi tidak ada lagi yang bisa diandalkan. Mereka senantiasa mengingatkan agar (Name) beristirahat yang cukup.

Murasakibara menghabiskan keripik kentangnya dan mengambil jaket sekolahnya. Cuaca mulai berguyur panas, ia memakaikan jaket itu di atas kepala (Name).

Murasakibara pun berjongkok.
"Aku akan meggendong (Name)-chin. Naiklah," perintahnya.

"Eh tapi—"

"Biar kakinya (Name)-chin cepat sembuh. Kalau (Name)-chin paksa berjalan terus, sembuhnya akan lama dan tidak bisa ikut lomba," ujar Murasakibara yang tampak jelas sangat perhatian.

(Name) pun menaiki punggung Murasakibara. Murasakibara mulai melangkahkan kakinya. Ia ingin mengajak (Name) ke mall.

"(Name)-chin sangat keren, lain kali aku dan Muro-chin mau ke Tokyo untuk mendukungmu secara langsung," puji Murasakibara.

"Terima kasih Atsu-kun. Aku akan lomba dua minggu lagi. Eh ... kau tidak mendukung Azusa-chan?" (Name) bingung mengapa Murasakibara tak mendukung perwakilan dari wilayahnya saja seperti halnya Midorima.

Murasakibara mengerutkan keningnya, ia tak tahu nama-nama peserta Sprinter Cup selain (Name).  "Siapa itu Azusa-chan?"

"Perwakilan Akita dari sekolah kalian, Yosen," jelas (Name). Ia memaklumi Murasakibara tak tahu soal ini, secara pemuda itu hanya peduli dengan makanan saja.

"Ohh yang itu. Tapi aku maunya dukung (Name)-chin saja. Soalnya (Name)-chin yang paling manis dan lincah," balas Murasakibara dengan polosnya.

(Name) terkekeh dan mencubit gemas pipi Murasakibara. Ia benar-benar gemas dengan kyojin ungu ini. Rasanya ingin dimasukkan karung lalu dibawa pulang ke Kyoto untuk mainan.

Setelah berjalan cukup jauh mereka sampai di mall. (Name) memaksa minta turun karena malu dilihat banyak orang. Murasakibara pun menurunkan (Name).

Karena lapar dan haus, mereka singgah di salahsatu restoran. Dua manusia gila makan itupun sama-sama memesan makanan dalam jumlah banyak.

"Atsu-kun, bagaimana caranya biar tinggi sepertimu?" tanya (Name) sehabis menyeruput jus mangganya.

Murasakibara menelan es krimnya dulu, ia pun balik bertanya, "(Name)-chin mau tinggi sepertiku?"

"Iya. Aku merasa tidak pernah bertambah tinggi," keluh (Name).

"(Name)-chin tidak boleh tinggi sepertiku. Kalau (Name)-chin tinggi, nanti tidak kawaii lagi." Alih-alih memberi tips. Murasakibara malah melarang.

(Name) tertawa renyah mendengar jawaban polos Murasakibara. Setelah semua makanan telah disantap, mereka mengeliling mall.

"(Name)-chin, ayo ke sana." Murasakibara menunjuk toko aksesoris wanita.

"Eh? Untuk apa kita kesana?" 

Atsu-kun bukan golongannya Reo-nee kan?!

"Aku melihat benda lucu yang cocok untuk (Name)-chin."

Mereka melangkahkan kaki ke sana, (Name) masih penasaran benda lucu apa yang dimaksud Murasakibara itu. Sesampainya disana, Murasaiibara menyuruh (Name) tutup mata, lalu ia mengambil topi stitch warna biru dan memasangkannya ke (Name). (Name) pun diarahkan ke depan cermin yang tersedia.

Gadis itu membuka matanya dan melihat pantulan dirinya di sana. (Name) terkejut ada topi lucu dari tokoh kartun yang tidak ia tahu. Kartun yang diketahuinya cuma yang berbau kucing seperti doraemon dan tom & jerry saja.

"Itu topi stitch. Sangat cocok untuk (Name)-chin," jelas Murasakibara sebelum (Name) bertanya.

(Name) baru tahu kalau hewan yang dikepalanya itu bernama stitch, karena sangat imut, (Name) jadi langsung jatuh cinta padanya.

(Name) pun bertanya.
"Mengapa cocok untukku Atsu-kun?"

"Stitch itu koala. Koala itu mirip (Name)-chin, si kecil yang rakus tapi menggemaskan."

⭐✨⭐

"Jangan lupa istirahat yang cukup."

"Ha'i."

Sehabis Akashi memutus telponnya, (Name) hendak menaiki tangga utama stadion. Ia pun berpapasan dengan Midorima, pemuda itu tampak sangat kelelahan karena habis membantai tim Ginbo dengan skor 113-38.

"Oi orang Kyoto, mengapa kau disini nanodayo?" Midorima bertanya dengan sinis. Tsundere ini tentunya tak bermaksud kasar begitu, ia hanya menyembunyikan rasa senangnya bertemu dengan (Name) lagi.

"Ya, mau menonton basket lah!  Tidak mungkin juga menonton konser boyband disini." (Name) membalas dengan sinis pula.

(Name) pun mulai menaikkan satu kakinya dan meringis. Tempurung lututmya selalu sakit saat menaiki undakan tangga. (Name) pun menaikkannya dengan pelan-pelan.

"Kau kenapa?" Midorima cemas melihat (Name) yang begitu.

"Lututku cedera Shintaro-kun."

Sudah Midorima duga, pelari sprint memang rawan kena cedera. Tanpa menunggu persetujuan, Midorima membantu gadis itu naik ke atas lalu mengantarnya masuk ke dalam stadion dengan menggendongnya.

Sesampainya di depan ruang loker Shutoku, Midorima menendang pintunya karena kedua tangannya dipakai untuk membawa (Name). Pintu pun dibuka oleh Takao.

Takao terkejut dengan pemandangan indah di depannya. Midorima tampak romantis karena memggendong (Name) ala bridal seperti itu. Takao pun tersenyum-senyum jahil.

Merasa malu diejek, Midorima segera memasukkan (Name) dan mendudukannya di bench. Setelah itu, Midorima meninggalkan ruang loker untuk menghindari pertanyaan orang-orang.

"Kau baru datang dari Kyoto, ya?" tebak Takao saat melihat keringat di wajah dan sebuah ransel di punggung (Name).

(Name) menggeleng, "Iie. Aku habis dari Akita."

"Astaga. Kau pasti lelah sekali. Istitahat di sini saja, tidak apa-apa, kok."

"Terima kasih Takao-kun."

Midorima masuk lagi karena bingung harus apa di luar. Ia pun bermain dengan boneka musang Shigaraki lucky itemnya.

Para senior Shutoku berlomba-lomba ingin modus dengan (Name). Mereka yang tiap hari selalu berjumpa dengan laki-laki bagai merasakan angin sejuk sekarang.

"Jangan modus begitu senpai-tachi. Kalian tadi melihatnya, 'kan? Ini miliknya Shin-chan!" larang Takao.

Ketiga senior Shutoku jadi kecewa, niat hati ingin modus dengan pelari sprint Rakuzan itu jadi urung. Mereka tak mau Midorima merajuk dan hengkang dari tim basket. Sebenarnya, mereka juga merasa tak percaya, bisa-bisanya manusia seperti Midorima Shintaro punya gandengan.

Midorima yang difitnah langsung menampol kepala Takao. "Omong kosong macam apa itu Bakao?!"

"Pfftt. Jangan tsundere Shin-chan! Kau suka sama (Name)-chan, 'kan? Buktinya kau diam-diam nonton pertandinganmphh—" Midorima membekap mulut Takao agar tak melanjutkan perkataannya.

Takao tak tinggal diam, ia mencubit perut Midorima sampai pemburu lucky item itu mengerang kesakitan. Midorima refleks melepas bekapannya dan mengusapi perutnya yang sakit.

Buru-buru Takao melanjutkan perkataannya yang tertunda dengan kecepatan ala rapper Eminem.
"Shin-chandiam-diammenonton(Name)-chan!" (Shin-chan diam-diam menonton (Name)-chan!") Lalu Takao langsung kabur.

(Name) tak tuli, ia mendengar jelas Takao berkata apa. Seringai lebar pun terpatri di wajahnya, ia ingin menggoda Midorima.

"Jadi, kau diam-diam menontonku, Shintaro-kun? Fufufu. Aku masih ingat, kau berkata tidak tertarik."

Tak menanggapi omongan (Name) karena malu, Midorima segera menghindar dari (Name) ke pojokan. Pemuda berambut hijau itu menyandarkan dirinya di tembok dan memejamkan mata, ia ingin mengisi tenaganya untuk menghadapi Seirin.

(Name) peka Midorima sedang tak ingin diganggu, (Name) juga tak ada tenaga untuk mengganggunya dan lebih memilih ikut selonjoran. Ia ingin mengistirahatkan kakinya.

(Name) sangat kesal, cedera ini benar-benar merenggut kebebasannya. Padahal, ia juga ingin berkunjung ke tempat Seirin.

Karena Takao hanya berbohong, para senior Shutoku berkesempatan mengajak (Name) mengobrol lagi. (Name) menanggapi mereka dengan ramah. Pembicaraan mereka mulai merambat kemana-mana sampai Miyaji menawarkan nanasnya.

"Nanas? Ah, maaf Miyaji-san. Tapi aku tidak suka buah gatal itu," tolak (Name) dengan halus.

"Yah, sayang sekali. Padahal, nanas buah paling enak." Miyaji merasa kecewa.

"Itu mitos Miyaji-san! Buah terenak itu jelas-jelas mangga."

"Eh, kau salah. Nanas yang paling enak."

(Name) mengeluarkan satu mangga dari ranselnya dan memamerkannya ke Miyaji.

Miyaji tak terpengaruh, ia tetap teguh pada pendiriannya.
"Tidak (Name), buah nanas yang terenak."

"Ne, Miyaji-san. Kebanyakan restoran menyediakan jus mangga bukan jus nanas. Lihat? Buah junjunganmu bahkan tidak terkenal, boro-boro jadi yang terenak."

Miyaji mati kutu, ia bingung memikirkan bagaimana caranya mematahkan argumen kuat (Name). Ia pun terpikit sebuah ide.

"Kau bawa kertas dan pena?"

(Name) mengeluarkan buku dan penanya. Ia menyobek kertas di tengah dan memberikannya pada Miyaji. Miyaji pun membuat tulisan besar  'Nanas / Mangga'.

Mereka pun mulai mengambil voting pada orang di dalam; Pelatih Shutoku, Midorima, Otsubo dan Kimura memilih mangga, Takao yang baru masuk lagi pun memilih mangga. Jadi tidak ada sama sekali yang menjawab nanas.

"Nah, sudah terbukti kan Miyaji-san? Mangga buah paling enak."

Miyaji mengembus napas pasrah, ia mengaku kalah dari perdebatan tidak berfaedah ini. (Name) terkekeh renyah, sangat puas berhasil membungkam Miyaji.

(Name) menitipkan ranselnya dan pamit untuk ke toilet. Di pintu toilet, ia berpapasan dengan Kise.

Kise tak bisa menahan dirinya untuk memeluk erat tubuh (Name). Ia sangat merindukan gadis itu. Andai Kanagawa dan Kyoto dekat, Kise tak akan pernah absen mengunjungi kediaman (Name).

Kasamatsu pun keluar dari toilet dan memarahi Kise. "Oi Kise! Jangan peluk-pelukan di tempat macam ini, kau bisa dikira mesum teme!"

Kise melepas pelukannya dan membiarkan (Name) masuk. Setelah (Name) selesai dengan urusannya, Kise mengajak (Name) keluar, meninggalkan Kasamatsu sendirian.

Kise hendak membawa (Name) duduk di atap. Saat menaiki undakan tangga pertama, (Name) lagi-lagi meringis karena tempurung lututnya nyeri. Kise langsung bertanya ada apa.

"Lututku cedera Ryouta-kun," jelas (Name).

Kise langsung menggendong (Name) dan membawanya sampai ke atas. Setelah sampai, Kise langsung mendudukkannya.

Walaupun mataharinya tidak begitu menyengat, Kise tetap berinisiatif membuka jas abu sekolahnya dan menempatkan itu di kepala (Name).

Kise Ryouta memang patut diacungi jempol kalau soal memperlakukan wanita.

"Aku sangat merindukanmu-ssu. Sampai-sampai terbawa dalam mimpi," ujar Kise dengan nada lebay khasnya.

"Aku juga merindukan Ryouta-kun," balas (Name) yang memang sangat merindukan moodbooster terbaiknya ini.

Kise menggenggam tangan gadis itu dan menatapnya intens.
"Pokoknya, hari ini (Name)-cchi jangan jauh-jauh dariku."

Terdengar egois memang, padahal mereka tidak terikat hubungan khusus. Tapi mau bagaimana lagi? Kise sangat merindukan perempuan ini, di pikirannya hanya ada (Name) seorang. Meskipun komunikasi via telpon selalu lancar mereka jalin, rasanya agak kurang kalau tak bertemu langsung.

"Ya, aku akan selalu bersama Ryouta-kun."

Kise senang bukan main karena (Name) menjawab itu.

Kise bersandar manja di pundak (Name). "(Name)-cchi. Apa kau keberatan kalau kapan-kapan kuajak ke Kanagawa?" tanyanya.

"Tentu tidak. Memangnya ada apa?"

Ingatan Minggu lalu pun terputar di kepala Kise.

"Kyaaa Ryouta-kun!!! Dia hebat sekali-ssu. Okaa-san langsung jadi penggemarnya. Ayolah ajak dia kemari, Okaa-san mau foto-foto dan masak kari bersamanya."

Gen alay dan lebay si bungsu Kise ternyata berasal dari Ibundanya.

"Ibuku ingin sekali bertemu (Name)-cchi. Waktu menonton lombamu di TV, dia langsung tergila-gila dan jadi penggemarmu-ssu."

(Name) terkikik geli mendengarnya, ia tak menyangka akan digemari ibu-ibu juga. Apalagi Ibunya Kise Ryouta.

"Dengan senang hati aku bisa kesana Ryouta-kun."

Kise tersenyum senang.

Midorima cemas.

Setelah begitu lama pamit ke toilet, tapi (Name) tak kunjung kembali. Ia segera menyusul gadis itu ke sana. Midorima sangat takut terjadi apa-apa karena (Name) sedang cedera.

Terpeleset misalnya.

"Oi orang Kyoto, kau di dalam tidak?" panggil Midorima di depan toilet wanita.

"Aku bukan orang Kyoto! Dasar hentai, untuk apa laki-laki di depan toilet perempuan?! Pergilah sebelum aku menyirammu!" sahut Aida Riko—orang di dalam toilet.

Midorima jadi malu, ia segera meninggalkan toilet dan mencari (Name) di berbagai tempat lain. Tak kunjung ketemu juga, Midorima pun menelponnya.

"Ada apa Shintaro-kun?"

"Kau di mana?"

"Aku di atap."

Midorima mengerutkan dahinya.

"Bagaimana kau bisa naik ke sana nanodayo?"

"Aku bersama Ryouta-kun."

Merasa sudah dapat jawsban, Midorima mematikan telponnya. Tiba-tiba Midorima merasa aneh saat teringat (Name) menyebut nama Ryouta tadi. Nama itu sangat tak asing di telinganya, dan mengarah ke Kise Ryouta.

Midorima segera menepis pikirannya karena nama seperti itu banyak di Jepang. Tapi, Midorima jadi penasaran, laki-laki mana yang bersama (Name) saat ini?

Midorima melangkahkan kakinya dengan cepat menuju atap. Langkahnya terhenti saat objek yang dicari-cari sudah ada di depan mata, lebih tepatnya digendongan Kise Ryouta.

"Midorima-cchi?"

"Shintaro-kun?"

"Kise?"

Midorima dan Kise sama-sams mendelik. Mereka terkejut bisa mengenal gadis yang sama. Terutama Kise, Kise tak habis pikir orang seperti Midorima bisa juga dekat dengan perempuan.

Merasa sebagai pihak yang mengganggu, Midorima pergi meninggalkan mereka. Entah mengapa hatinya merasa sakit saat melihat (Name) sedekat itu dengan Kise.

"Kau cemburu Shin-chan?"

Takao, yang sedari tadi membuntuti Midorima langsung menampakkan dirinya.

"Urusai." Midorima meninggalkan Takao begitu saja. Ia sangat kesal dan kecewa saat ini.

"Kau itu pasif dan kurang agresif Shin-chan. Kalau begini terus, pasti kau akan kalah."

Meski langkahnya sudah cukup jauh, tapi Midorima masih mendengarnya. Tak berminat meladeni karena terlampau kesal, Midorima kembali ke ruang ganti.

Kise melanjutkan langkahnya yang terhenti, ia ingin mengantar (Name) ke ruang loker Seirin. Kise sedikit kesal karena (Name) berpisah darinya, tapi ia juga sadar diri tidak boleh egois, toh mereka tidak ada hubungan.

"Sejak kapan (Name)-cchi mengenal Midorima-cchi?" Pertanyaan itu pun lolos dari bibir Kise. Kise merasa cemburu, gadis incarannya ini dekat juga dengan Midorima, terlebih lag sampai memanggil nama depannya.

"Sejak kapan, ya? Seingatku, di hari yang sama denganmu."

"Dan mengapa (Name)-cchi bisa memanggil nama depannya?" Kise tak percaya ini. Midorima tidak segampang itu untuk di dekati, tapi (Name) sudah dapat izin memanggil nama depannya dalam kurun waktu singkat.

"Aku yang memaksanya, karena aku ingin berteman dengannya."

Kise kehabisan kata-kata, setelah Kuroko, Kagami dan Midorima, dengan siapa lagi gadis incarannya ini dekat? Nama di daftar saingan Kise tambah banyak saja.

Kise pasti akan bertambah stresa jika mengetahui kalau Aomine, Murasakibara bahkan Akashi juga dekat dengan perempuan ini.

Pintu ruang loker Seirin sudah di depan mata, Kise menurunkan (Name) dan gadis itu mengucap tetima kasih. Kise pun berlalu meninggalkan (Name).

Pintu dibuka oleh Mitobe, (Name) masuk dan disambut dengan meriah oleh semua orang disana kecuali Kagami. Karena Kagami sedang tertidur pulas.

Riko sedang memijat kaki Hyuga, para pemain yang lain menunggu giliran. Naluri penolong (Name) tergerak dan ingin membantu Riko. Ia pun menawarkan dirinya.

"Riko-chan bolehkah aku membantumu? Aku juga bisa memijat, lho."

"Heeh tidak usah repot begitu (Name)-chan, kau, 'kan tamu kami." Riko menolak tawaran (Name).

"Kalau begitu aku tidak ingin jadi tamu! Minna, walaupun kita berbeda sekolah, bisakah aku jadi bagian kalian?"

Mendengar itu membuat mata Tim Seirin jadi berkaca-kaca. Sebegitu besarkah ketulusan (Name) menolong Riko dan mereka semua? Dan mereka serempak menjawab.

"Tentu saja."

Tim Seirin yang belum dipijat betbagi tempat. Ada yang menunggui Riko, ada yang mengantre pada (Name). Mereka—terutama Riko sangat bersyukur atas kehadiran (Name) di sini.

Orang-orang yang mengantre pada (Name) yaitu; Kuroko, Mitobe dan Koganei melakukan janken. Dan Kuroko menang pertama kali, disusul oleh Koganei lalu Mitobe.

"Beruntung sekali kau Kuroko, cepatlah mati!" rutuk Koganei. Sedangkan Mitobe hanya diam.

Kuroko duduk di bench dan (Name) langsung memijati kakinya. Kuroko merasa lebih rileks dan beban di dalam dirinya hilang. Sosok (Name) benar-benar pemberi energi positif baginya.

"(Name)-san." Kuroko memanggil (Name) dengan datar seperti biasa.

"Ya?" sahut (Name).

"Terima kasih sudah selalu ada untuk mendukung kami."

(Name) merasa tertohok. Tujuannya datang ke tempat ini bukan sepenuhnya mendukung Seirin dan Shutoku, tapi (Name) punya maksud lain, yaitu ingin menjadi mata-mata.

(Name) merasa jahat karena mengambil keuntungan dari sifat 'welcome' mereka. Tapi, mau bagaimana lagi? Memata-matai tim sudah menjadi tugas seorang manajer basket.

Dengan berat hati (Name) menjawab, "Sama-sama, Tetsuya-kun."

"Dan terima kasih selalu menyokong energi positif untukku, (Name)-san," tambah Kuroko.

"Eh?" (Name) merasa heran, apa saja yang dia lakukan sampai Kuroko merangkai kalimat seperti itu?"

"Tiap ada (Name)-san di sisiku, aku merasa lebih bersemangat dan percaya diri. Seperti halnya Kagami-kun, (Name)-san juga kuanggap sebagai cahayaku."

⭐✨⭐

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com