36. Mengaku-Ngaku Sebagai Pacarnya?!
Di Osaka sana, lebih tepatnya di sebuah perusahaan, terduduk ayah dan anak laki-lakinya yang tengah berdiskusi di ruang kerja. Si anak memandangi majalah olahraga edisi 16 peserta semifinal Sprinter Cup. Sementara sang ayah sedang menyeruput kopi.
"Jadi, (Full Name) itu benar-benar sepupuku?" tanya sang anak yang masih kaget dengan fakta itu.
"Ya. Itu benar. Sekarang dia tinggal bersama Mayuzumi Akihiro."
⭐✨⭐.
Pagi menjelang siang. (Name) dan Kagami sedang menjemput Kuroko untuk ke gym milik keluarga Aida. (Name) diundang langsung oleh Riko untuk latihan bersama Tim Seirin.
Saat (Name) sudah sembuh total dari cedera lututnya. Sekarang giliran pemain asal Amerika ini yang cedera. Sepanjang jalan, Kagami terus-terusan merutuki nasibnya.
"Ada lima hal yang paling kubenci. Yaitu anjing, hewan tidak bertulang, hantu, kalah dan cedera," ungkap (Name).
"Ya. Aku sama persis denganmu. Huft. Cedera memang menyebalkan, tanganku gatal sekali mau main basket."
Di antara karakter Kuroko no Basket yang ada, (Name) ini memang sangat mirip dengan Kagami dan juga Hayama, atau bisa diumpamakan campuran keduanya. Emosi yang meledak-ledak, nafsu makan, semangat, dan hasrat ingin menang 100% mirip Kagami. Sedangkan sifat periang, lincah dan tingkah petakilannya mirip si blonde Rakuzan.
"Kita yang menggebu-gebu ingin membawa sekolah menang malah yang rawan kena cedera," keluh (Name) yang masih kesal hanya dapat jatah latihan sedikit menjelang semifinal.
"Karena kita yang berusaha lebih keras," tanggap Kagami seraya merangkul (Name).
"(Name)?" Setengah perjalanan, Kagami memanggil nama gadis disampingnya. Nada bicara Kagami kali ini kentara ingin membicarakan hal serius.
"Hn?"
"Apa setelah lombamu selesai, kau tidak lagi berkunjung ke sini?"
Kagami sangat merasa kehilangan jikalau hal itu benar-benar terjadi. Ia sudah terbiasa dengan presensi (Name). Akan terasa hampa kalau (Name) tidak masak dan menghabiskan berasnya lagi.
"Tentu tidak. Untuk apa aku ke sini lagi?"
Sang power forward Seirin sangat terkejut kala mendengar itu. Kagami menghentikan langkahnya, (Name) yang ada di pelukan ketiak pemuda itu juga ikut terhenti.
"I'm just kidding, bro." Setelah puas membohongi Kagami, (Name) tertawa meledak-ledak. Akashi sepertinya harus melihat perkembangan pesat ini. (Name) selangkah lebih maju jadi penipu.
Kesal ditipu, Kagami mengacak-acak rambut panjang milik (Name) sampai jadi gimbal tak keruan. Sial sekali (Name) hari ini tidak menguncir rambutnya, Kagami jadi leluasa balas dendam. "Teme!"
Kesal rambutnya diporak-porandakan, (Name) mencubit perut Kagami. Pemuda itu mengaduh kesakitan dan menghentikan aksinya.
"Buktinya minggu-minggu kemarin tidak ada pertandingan, tapi aku selalu mengunjungimu, 'kan? Dan mengapa kau menanyakan ini? Kau takut kita tidak akan bertemu lagi, ya?" (Name) bertanya sambil menyisir rambut kusutnya dengan jari. Untunglah ranbut dengan aroma shampoo mangga itu mudah diatur, (Name) tidak kesusahan meluruskannya. Gadis ini memang pintar merawat diri.
Kagami ikut membantu meluruskan rambut yang diacaknya tadi. "Bukan! Kalau kau tidak berkunjung lagi, aku tidak ada partner menghabiskan beras."
(Name) terkikik geli. "Ada-ada saja kau ini, Bakagami."
Rambut (Name) sudah lurus kembali dan mereka melanjutkan perjalanan.
Sampailah mereka pada rumah Kuroko. Di sana tampak sunyi seperti tidak ada kehidupan. (Name) dan Kagami memanggil lantang nama kawan mereka itu.
"Tetsuya-kun? / Oi Kuroko!"
Tak lama Kuroko membuka pintu.
"UWAAAA!!!" Kagami dan (Name) refleks mundur beberapa langkah karena Kuroko memegang Nigou. Kedua orang phobia anjing itu sampai jatuh.
"Astaga Tetsuya-kun!"
"Kuroko teme!!! Sudah tahu kami takut anjing! Kau sengaja, ya?!"
"Sumimasen. Tapi, rumahku kosong, jadi tidak ada yang mengurusnya. Lagi pula pelatih dan yang lain ingin main bersama Nigou."
"Ya sudah! Kalau begitu kau jalan duluan saja sana! Kami berjalan di belakangmu," usul Kagami yang sangat ogah dekat-dekat dengan anjing. (Name) pun menyetujuinya.
Menuruti perkataan cahayanya. Kuroko berjalan mendahului mereka. Setelah berspasi tiga meter, (Name) dan Kagami baru menyusul dengan bergandeng tangan.
"Bagaimana persiapan semifinalmu, (Name)-san?" tanya Kuroko.
"Walaupun singkat, semuanya sudah kupersiapkan dengan baik. Dan kecepatanku juga cukup meningkat."
Di tempat lain, Hanamiya memandangi gambar (Name) dari majalah olahraga. Bibirnya menyeringai lebar, tangannya menyobek foto itu lalu diremukkan.
"Tidak peduli sehebat apapun dirimu. Kalau kau sudah kurusak, kau akan menjadi sampah. Tunggu tanggal mainnya (Name)."
"Entah mengapa aku senang sekali melihat orang lain menderita, apalagi targetku orang cengeng seperti ini."
⭐✨⭐
"Wow."
Tim Seirin termasuk Kagami melongo melihat (Name) yang baru berganti pakaian renang warna hitam. Meskipun sandang yang melekat di tubuhnya tidak terbuka seperti bikini pada umumnya, tapi gadis dari Kyoto ini tampak sangat seksi di mata mereka.
Kuroko yang menyadari (Name) tampak risi segera angkat bicara.
"Ano. Jangan melihat (Name)-san seperti itu, dia malu."
"Tetsuya-kun da real good boy,"
"Ayo kita mulai squat jump!" seru Riko.
(Name) masuk ke dalam kolam dan mengambil tempat di sebelah Kuroko. Riko memandu latihan ini dengan meniup peliut pink khasnya. Sementara rekan-rekannya yang lain tengah latihan keras, Kagami hanya bisa bertopang dagu dengan wajah masam.
Riko pun memberi jeda untuk mereka. "Istirahat satu menit!"
"Latihan di sini berat sekali," keluh Izuki. Pemilik mata elang itu menoleh ke tempat (Name). "Apa kau kuat (Name)?"
"Aku sih kuat karena terbiasa. Tapi kalau Tetsuya-kun...."
Semua orang cengo melihat Kuroko yang mengambang di permukaan air.
"Jangan mengapung seperti itu Kuroko!" seru Hyuga tak habis pikir.
Riko meniup peluit untuk melanjutkan latihan. Tak lama, si Nigou mengeluarkan gonggongan imutnya, tapi tidak untuk Kagami dan (Name).
"Anjingnya imut sekali."
Tim Seirin, (Name) dan Riko sama-sama heran saat mendengar suara perempuan itu. Secara perempuan yang ada di sana hanya dua, satu sibuk meniup peluit dan yang satu lagi sangat mustahil memuji anjing.
Para laki-laki di kolam refleks membenamkan wajah saat melihat gadis seksi berbikini biru dengan lapisan jaket putih.
"Momoi-san? / Sa-chan?" Kuroko dan (Name) menyebut nama gadis itu dengan kompak.
"Kau mengenalnya?"
Pertanyaan itu diajukan oleh dua orang untuk orang yang berbeda. Koganei bertanya pada Kuroko, dan Kuroko bertanya pada (Name).
"Iya, dia temanku," jawab (Name).
"Wah ada (Name)-chan juga! Hisashiburi," sapa Momoi pada pelari sekaligus manajer basket Rakuzan itu.
"Hisashiburi," sahut (Name).
Momoi ingin mendatangi Kuroko, tetapi Riko terlebih dulu bertanya, "Kau siapa?"
"Hm. Bagaimana ya? Aku pacarnya Tetsu-kun. Aku tidak sabar bertemu dengannya di liga kejuaraan, jadi aku datang kemari." Momoi mengaku-ngaku dengan terlalu percaya diri. Padahal, perempuan itu tidak terikat hubungan khusus dengan Kuroko alias hanya bertepuk sebelah tangan saja.
Ironi.
"Tetsu-kun?" Riko merasa heran mendengar nama itu.
Momoi memperjelasnya, "Kuroko Tetsuya-kun."
"APA?!"
"Kau benar-benar pacarnya?" Fukuda sangat tak percaya seorang Kuroko yang datar dan tidak terlihar itu bisa menggaet gadis-gadis cantik. Mulai dari (Name) lalu sekarang Momoi.
"Bukan, dia manajerku di Teiko." Kuroko membantah pengakuan Momoi.
Kuroko naik ke atas. Momoi langsung berlari dan memeluk pemuda pujaannya itu dengan erat. "Tetsu-kun, hisashiburi, aitakatta," rengek Momoi dengan nada manja.
(Name) tetap melanjutkan squat jump sendirian. Berbeda dengan Riko, sedikitpun ia tidak risi sama sekali melihat adegan itu. Toh, prinsipnya; 'semua orang bebas menyukai siapapun'. (Name) juga memyadari dirinya ini seagresif Momoi, tapi sekarang sudah insyaf.
Para laki-laki di sana sangat iri dengki melihat Kuroko menang banyak. Dipeluk gadis dengan body bagus seperti itu merupakan suatu kenikmatan yang hakiki. Mereka melontarkan sumpah serapah pada pemain bayangan itu.
"Kenapa dia beruntung sekali soal perempuan?! Mulai dari (Name) lalu gadis itu!"
"Aku benar-benar sangat iri!"
"Kuroko teme! Aku harap kau mati saja!"
Momoi kini bergelayut manja di punggung Kuroko. Koganei yang masih tak memahami ini pun bertanya, "Kenapa kau menyukai Kuroko? Dia itu, 'kan bodoh, tidak terlihat dan membosankan?"
"Hee? Justru itulah yang membuatnya menarik. Dan aku menyukainya karena Tetsu-kun memberiku stik es krim."
Para laki-laki kecuali Kagami mendengarkan cerita Momoi dengan antusias. (Name) ikut menyimak juga sembari masih lanjut squat jump. Sementara Riko bersungut-sungut tak suka.
"Dia pikir dia itu siapa? Hanya karena berdada besar, semua atensi langsung tertuju padanya. Punya (Name)-chan juga besar, tuh, tapi setidaknya dia tidak pamer dan bersikap sok manis seperti itu di depan para laki-laki. Menyebalkan! Iya, kan Hyuga-kun?" Riko mencari pembelaan pada sang Kapten Seirin.
"Iya." Hyuga menjawab Riko tanpa melepaskan pandangannya pada Momoi. Bahkan Hyuga yang super serius ini juga tergoda dengan kecantikan dan lekuk tubuh si manajer Touo.
Geram melihat Hyuga juga ikut-ikutan jelalatan. Riko memukul pemuda berkacamata itu hingga tersungkur ke dalam kolam. (Name) dan semuanya sangat kaget melihat aksi barbar Riko itu.
"Eh. Ada apa Hyuga-san?" (Name) tak tahu mengapa Hyuga tiba-tiba tercebur dengan mengenaskan. Ia fokus dengan squat jump sambil mendengar cerita stik es krim.
"Hanya sedikit masalah antar pelatih dan kapten, (Name)," jawab Hyuga seraya mengusap pipinya yang memerah. Gara-gara pukulan maut Riko itu, giginya jadi sedikit berdenyut.
Buru-buru Momoi menghampiri Hyuga dengan cemas. "Astaga. Kau bisa membunuh Hyuga-san."
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" Hyuga sangat heran mendengarnya. Padahal, dia belum mengenalkan diri.
"Aku tahu informasi kalian semua. Hyuga-san itu Kapten tim basket Seirin, si pemilik clutch shoot. (Name)-chan si pelari, wakil OSIS dan manajer basket Rakuzan yang hiatus sementara. Izuki-san pemilik eagle eye...." Momoi menyebut satu persatu informasi orang di sana.
"Dan pelatih Aida Riko yang ukuran dadanya B." Momoi mengakhiri pemaparannya.
Walaupun itu benar. Riko berteriak keras, sangat tak terima dengan perkataan Momoi.
"Brrr ... huhuhuh, aku kedinginan." (Name) naik dan langsung berlari ke ruang ganti.
"Jangan lari-larian (Name)-san," peringat Kuroko dengan cemas.
"Dia terlalu lincah seperti monyet liar," ejek Kagami.
"Ne, ne Riko-san. Apa kau tahu berapa umur (Name)-chan?" Momoi bertanya pada Riko.
"Kalau seangkatan denganmu dan Kuroko-kun, sudah pasti 16 tahun lah."
"Salah. Dia itu baru 15 tahun, lho. Hei. Walaupun muda, tubuhnya lebih subur darimu Riko-san. Kau harus rajin makan buah-buahan juga kalau ingin sepertinya." Momoi memanas-manasi Riko lagi.
"Jangan bawa-bawa umur dan pola hidup, mungkin itu keturunan dari orangtuanya!" Riko sangat tak terima Momoi seolah-olah mengatakan pola hidupnya salah. Sudah pasti Riko paham tatanan hidup sehat karena lahir di keluarga yang terjun di dunia olahraga.
"Tapi Riko-san iri, 'kan?" Momoi sepertinya sangat senang memancing tensi darah Riko naik.
Tidak seperti (Name), untunglah Riko cukup pintar mengendalikan diri hingga tak kelepasan menghajar Momoi juga. Riko hanya bisa menghela napas pasrah.
Kuroko pun membuka suara untuk mengalihkan pembicaraan tentang dada yang sama sekali tak berfaedah.
"Apa Momoi-san benar-benar sekolah di tenpat yang sama dengan Aomine-kun?"
"Ya ... sebenarnya aku ingin satu sekolah denganmu Tetsu-kun. Akan tetapi, siapa yang tahu apa yang dia lakukan kalau aku tak menjaganya?"
Kurolo bungkam.
Aomine memang harus dijaga oleh Momoi agar sifat buruknya itu tidak semakin merajalela.
"Dia mirip denganmu, Tetsu-kun." Momoi ingin bermain dengan Nigou, tetapi anjing kecil itu berpaling seolah menolaknya. "Kenapa?"
Heran (Name) tak kunjung kembali, Kagami segera menyusulnya ke ruang ganti. Saat hendak mengetuk pintu, (Name) terlebih dulu membukanya.
"Heh!!! Kau mau mengintipku, ya hentai?!" tuduh (Name).
"Bukan! Aku cemas kau tidak kembali-kembali," bantah Kagami.
"Ya, namanya juga perempuan, ada banyak yang harus diganti. Ayo ke kolam." Mereka berdua meninggalkan ruang ganti perempuan.
"Memangnya kau perempuan?"
"Iyalah! Kau ini membuat darah dan asam lambungku naik saja. Kalau aku laki-laki, kenapa aku tidak berjakun? Lihat leherku, memang ada jakunnya?!" (Name) menunjuk-nunjuk lehernya dengan geram.
Kagami mengusap kepala (Name) dan menenangkannya, "Aku bercanda. Dasar macan betina, begitu saja ngamuk."
Setengah jalan. Kagami tiba-tiba menghentikan langkah dan membuat (Name) terhenti juga.
"Gara-gara melihat Momoi, aku semakin tak tahan ingin main basket."
(Name) tertegun.
"Katsuki, aku jadi tak tahan ingin lari lagi."
"(Name)-san, kau masih cedera. Jangan memperburuk kakimu."
"Bakagami! Jangan gegabah! Kau itu cedera! Jangan memperburuk kakimu!" Sebagai orang yang terlalu mencintai olahraga, (Name) paham betul apa yang dirasakan Kagami sekarang.
"Tapi, apakah benar kalau aku hanya berdiam diri?! Sudahlah, (Name), aku bisa! Aku sudah sembuh!" Kagami kesal dilarang-larang. Ia pun meninggalkan (Name).
"Tapi apakah benar kalau aku cuma menontonimu latihan? Sudahlah! Aku sudah sembuh."
"Kau itu belum pulih (Name)-san. Jangan keras kepala dong."
(Name) menyusul Kagami dan menarik lengannya. "Kau itu jelas-jelas belum pulih Taiga-kun!"
Kagami melepas kasar cengkraman (Name). "Urusai (Name)! Aku juga harus latihan!"
"Urusai! Mana bisa aku cuma berdiam diri!" (Name) mulai lari keliling lapangan, tak lama, ia jatuh tersungkur.
Arata yang sejak tadi memantau segera membantu (Name) duduk.
"Jangan keras kepala, (Name). Kalau begini, masa istirahatmu akan diperpanjang."
"Kalau kakimu memburuk, Seirin kehilangan power forward terbaik mereka!" (Name) masih berusaha mencegah Kagami.
"Urusai (Name). Sudah kubilang, aku baik-baik saja." Kagami tak menggubris (Name) dan tetap melangkah.
"Ya sudah pergilah sana! Dasar bodoh, menyebalkan, keras kepala!" (Name) dan Kagami berpisah. (Name) kembali ke kolam dan Kagami pergi ke lapangan basket di luar sana.
"Biarlah Riko-chan yang menghukum si bodoh itu."
Saat (Name) masuk, Momoi dan Kuroko sedang berbincang tentang masa lalu. Yang lainnya sibuk berganti pakaian, ada juga yang bertugas membeli makan siang.
Tak ingin menguping Kuroko dan Momoi. (Name) duduk di pinggir kolam sambil mencelupkan kedua kakinya. Nigou yang ingin berkenalan dengan (Name) berlari ke arah gadis itu sambil menggonggong.
Arf! Arf! Arf!
"Kyaaa!" (Name) refleks menceburkan dirinya ke dalam kolam agar tidak disentuh Nigou.
Sial! Aku kan tidak punya baju dan dalaman lagi!
Merasa aman karena Nigou sudah diamankan. (Name) segera naik ke atas dengan wajah masam karena kesal. Ia hanya membawa dua baju; satu baju renang dan satu baju yang ia kenakan sekarang.
Untunglah Riko masih menyimpan pakaian-pakaian lama. Ia memberikannya pada (Name). Karena postur tubuh mereka sangat berbeda, (Name) merasa kesempitan dan sesak.
Kuroko turun tangan. Ia meminjamkan jaket Seirin miliknya agar (Name) merasa longgar. Momoi merasa cemburu melihat sisi perhatian pujaan hatinya itu pada gadis lain.
"Rambutmu masih basah sekali (Name)-san. Sini, biar aku keringkan." Kuroko mengambil handuk dan mengeringkan rambut (Name) hingga tak ada air yang tersisa.
Rasa cemburu Momoi tambah menjadi-jadi. Pemilik netra merah muda itu tak tahan melihatnya dan pamit pergi. Riko yang peka akan situasi ini diam-diam menyeringai, dari awal ia memang tak menyukai presensi Momoi di gym miliknya.
Sedangkan (Name) merasa bersalah. Kendati senyuman manis terpatri di bibir Momoi saat berpamitan, tetapi (Name) melihat raut wajah gadis itu tampak sedih karena cemburu. (Name) memutuskan menyusul Momoi. Sudah cukup ia dimusuhi banyak orang gara-gara dekat dengan Akashi, jangan sampai ia kehilangan teman lagi karena lelaki.
"Sa-chan!"
Momoi menoleh dan menyahut seramah mungkin, "Ada apa (Name)-chan?"
"Dengarkan aku dan jangan berpikiran negatif dulu. Aku tidak akan mengambil Tetsu-kunmu. Sungguh." (Name) mengutarakannya to the point.
"Apa itu karena kau menyukai Dai-chan?"
(Name) langsung mengiyakannya tanpa dipikir dulu, "I-iya. Aku sih memang menyukai Aomine. Makanya, kau tidak perlu cemburu padaku."
Agar tidak kehilangan teman. (Name) sampai rela mengatakan itu. Memang benar kalau (Name) menyukai Aomine, tapi hanya sekadar kagum, tidak seperti saat menyukai Akashi dulu.
Momoi sangat bahagia mendengarnya. Ia langsung memeluk (Name) dengan erat.
"Gomen sudah salah paham. Dan ... terima kasih sudah pengertian. Sebagai gantunya, aku akan mendekatkanmu pada Dai-chan! Kalian memang sangat cocok."
Celaka!
Ada sedikit rasa sesal dalam diri (Name) karena mengatakan itu. Alhasil Momoi sekarang menawarkan dirinya sebagai 'mak comblang'. (Name) merasa jahat karena menjadikan Aomine kambing hitam di sini. Apalagi tempo hari Aomine terang-terangan mengungkapkan perasaannya.
Karena hati (Name) sendiri masih belum siap untuk jatuh cinta.
"Astaga! Apa lagi ini? Aku masih belum siap jatuh cinta pada siapapun lagi."
"Ta-tapi rahasiakan ini pada Aomine-kun, soalnya aku malu," pinta (Name). Momoi mengulas senyum lebar.
Tak lama setelah Momoi pergi, (Name) juga meninggalkan gym. Gadis itu ingin lari dari masalah yang ia ciptakan sendiri. Pikirannya semerawut sekarang (Name) membenamkan wajahnya pada besi pinggir jembatan.
Semuanya jadi rumit.
(Name) terkejut saat merasakan ada sebuah tangan yang mengusap kepalanya. (Name) menoleh pada orang itu. "A-aomine-kun?"
Sial! Kebetulan macam apa ini?
(Name) sangat canggung harus berjumpa dengan Ace Touo ini sekarang. Apalagi sehabis Momoi mengatakan itu. (Name) menduga Momoi sudah keceplosan mengatakan hal yang berlebihan seperti; Dai-chan! (Name)-chan itu menyukaimu!
"Yo. Kenapa kau di sini? Dan jaket Seirin itu, apa kau pindah sekolah?" Aomine heran melihat (Name) memakai jaket dari sekolah calon lawannya di liga kejuaraan.
"Akupun tidak tau kenapa aku ke sini. Dan jaket ini milik temanku di Seirin." (Name) menjawab sekenanya.
"Laki-laki?"
"Iya."
Aomine sedikit cemburu mendengarnya. Tetapi, (Name) mengatakan itu hanya teman "Lebih baik kau temani aku one-on-one. Aku bosan sekali."
"Ayo."
Aomine langsung merangkul (Name). Gadis itu berusaha setenang mungkin menyamarkan degup jantungnya yang bekerja dua kali lebih cepat. Itu karena (Name) tiba-tiba teringat kecupan Aomine di stasiun.
"Kenapa dia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, sih?"
Sampailah mereka pada lapangan basket. Pupil (Name) melebar saat menyadari ada sosok yang sangat familier di sana. Padahal, pemuda itu sudah diperingati berkali-kali kalau tidak boleh bermain basket, tapi, tingkat keras kepalanya memang sangat tinggi.
"Taiga-kun bodoh." (Name) mengepalkan tangannya erat dan rahangnya mengeras.
"Oh, jadi dia yang namanya Kagami Taiga?" Tanpa melepas rangkulannya, Aomine berjalan menghampiri Kagami.
Aomine mengambil bola basket lalu menyapa power forward Seirin. "Yo, kau Kagami Taiga, 'kan? Ayo one-on-one denganku."
Kagami terkejut melihat kedatangan dua orang itu.
"Siapa kau? Aku tidak mau melawan orang yang tidak kukenal. Dan mengapa kau membawa (Name)?" Kagami melihat raut wajah (Name) sangat kesal, ia menduga (Name) dibawa secara paksa oleh Aomine (yang Kagami kira berandalan karena Aomine berwajah sangar). "Lepaskan dia! Dia terlihat tak nyaman."
"Aku bukannya tak nyaman dirangkul, tapi aku kesal melihatmu masih main basket saat cedera. Dasar bodoh."
Setelah (Name). Giliran Aomine yang angkat bicara, "Aku tidak peduli. Tapi baiklah, namaku Aomine Daiki. Ayo bermain, aku akan mengetesmu."
Tiba-tiba angin berembus sangat kencang hingga menggugurkan dedaunan disana.
"Aomine-kun, jangan! Dia itu sedang cedera." (Name) berusaha menghentikan one-on-one ini. Tapi Aomine dan Kagami sama-sama keras kepala.
"Aku mengenal namamu, dan aku tidak terima kau meremehkan—"
Aomine segera memotong ucapan Kagami.
"Aku tidak mencari lawan yang kuat. Karena yang bisa mengalahkanku hanyalah aku. Sudah kubilang, aku hanya mengetesmu."
Kagami mengembuskan napasnya.
"Dari Kise sampai Midorima. Kiseki no Sedai benar-benar membuatku jengkel. Terlebih lagi kau."
"Sudah kubilang, tidak usah ada one-on-one!" (Name) terus mencegahnya karena tak mau Kagami semakin terluka.
Namun percuma. Dua cahaya Kuroko Tetsuya itu sudah bertanding. (Name) menghela napas pasrah, ia mendudukkan di pinggir lapangan, mencoba tak mempedulikan semua ini.
"Memang apa untungnya bagiku? Sekeras apa pun ace Seirin dan Touo ini bertanding. Aku yakin akhirnya Rakuzan yang menjuarai inter-high."
Bibirnya mengatakan itu. Tetapi, hati kecil (Name) berkata lain. Gadis itu sangat iba Kagami dihancurkan oleh Aomine berkali-kali.
"Teme!" umpat Kagami karena tubuhnya tak bisa lagi bergerak. Peluh menetes-netes ke lapangan. Kagami menyerah, ia tak bisa melawan Aomine lagi.
Aomine memantulkan bola, iris birunya menatap sang lawan dengan remeh. "Ini konyol. Apa benar kau orang yang mengalahkan Midorima? Dengar ini. Tetsu adalah bayangan. Kekuatanmya tergantung pada sang cahaya. Dan kau terlalu redup untuk menjadi cahayanya Tetsu."
(Name) langsung menghampiri Kagami dengan khawatir. "Aku bilang apa? Kau belum boleh bermain dulu!"
Rasa kesal dan sesal bercampur dalam diri pemilik rambut gradasi merah. Ia sangat kesal telah kalah dari mantan cahaya Kuroko. Kagami juga sangat menyesal tak menuruti omongan (Name). Andai saja waktu bisa terulang, ia akan menuruti nasehat gadis itu agar tak sampai bertemu dengan Aomine di sini. Kagami merasa harga dirinya telah diinjak-injak.
Merasa dirinya telah kelewatan membentak-bentak (Name). Kagami mengusap lembut kepala perempuan itu. "Sorry."
Aomine yang panas hati langsung merebut (Name) dari Kagami. "(Name). Temani aku makan dan aku akan mengganti traktiranmu waktu itu dua kali lipat."
(Name) mengulas senyum pada Kagami. Lalu dirinya melangkah mengikuti Aomine untuk mengisi perut. Sekarang giliran Kagami yang panas hati.
"Kenapa aku kesal melihat (Name) pergi dengannya?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com