Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

37. Pelatih Tampan itu Ternyata Fanboynya

"Kau memanggil nama depan Kagami. Memang hubungan kalian sedekat apa?" Setelah bertanya, Aomine menyantap burger teriyaki yang tak lain adalah makanan kesukaannya.

(Name) menghentikan seruputan jus mangganya lalu menjawab, "Sedekat apa ya? Taiga-kun seperti waliku saat tinggal di sini. Dia memberi tempat menginap gratis, jadi kami cukup dekat."

Jika (Name) menyukai minuman mangga, maka Aomine menyukai susu pisang. Aomine menyeruput minumannya hingga tandas.

"Panggil aku Daiki," pinta Aomine.

Pupil (Name) melebar. Biasanya dirinyalah yang lebih dulu meminta itu, kini Aomine yang memintanya duluan.

(Name) mengangguk. Lalu, melakukan apa yang Aomine suruh, "Ha'i, Daiki-kun."

Sudut bibir si pemuda eksotis membuat kurva lebar. Aomine kembali menyantap burgernya lagi. Tak lama, ponselnya bergetar, tertera nama Imayoshi disana.

Kau di mana Aomine?

Cepatlah kesini untuk latihan.
Kalau tidak, majalahmu itu akan kubakar.

Raut wajah senang Aomine berubah jadi garang. Ia mematikan ponsel itu lalu menghabiskan makanannya dengan segera. Langsung saja (Name) bertanya ada apa gerangan.

"Imayoshi, kapten Touo itu menyuruhku latihan. Kalau tidak, dia akan membakar majalah Mai-chanku. Poin terakhir yang kucetak sudah banyak sekali, untuk apa aku latihan lagi?"

(Name) mendengkus sebal kala mendengar Aomine terlalu membanggakan diri.
"Sehebat apa pun dirimu, kau harus tetap latihan."

"Urusai. Diamlah atau bayarlah sendiri makananmu." Enggan untuk diatur, Aomine segera membuat gadis itu bungkam.

"Ck." (Name) menyantap burgernya lagi. Sebenarnya, (Name) ingin menceramahi Aomine, tapi ia malas. (Name) tahu kalau Aomine itu tipe orang yang 'masuk telinga kanan, keluar telinga kiri'. Ah, ralat. Lebih cocok disebut hanya mental di telinga kanan, tak sempat masuk.

Aku dulu juga tipe orang sepertimu, Daiki-kun.

Aku juga malas sekali latihan karena terlalu yakin akulah yang akan menang.

Tapi, setelah diceramahi oleh ayahku, aku jadi sadar betapa pentingnya latihan itu.

Semakin sering pisau diasah, semakin tajam pula hasilnya.

Kalau pisaunya tidak pernah diasah, perlahan-lahan dia bisa tumpul tak berguna.
Jika itu terjadi, orang akan mencari pisau lain yang tajam.

Aku tidak ingin tergantikan oleh siapapun.

Baik di dunia asalku atau di sini, akulah yang akan menjadi nomor satu. Karena hanya aku yang mencintai lari lebih dari siapapun. Dan aku yakin, akulah pelari yang paling banyak berlatih.

Dua atlet kebanggan Rakuzan dan Touo itu menghabiskan makanan mereka secara bersamaan. Karena ingin cepat-cepat menyelamatkan majalahnya yang akan binasa, Aomine buru-buru mengajak (Name) pergi ke luar dari sana.

(Name) berkacak pinggang. Netranya menatap tajam pemuda berambut sebiru lautan itu. (Name) menghela napas berat lalu melayangkan protes dengan suara meninggi, "Jadi, kau mau mengajakku ke Touo cuma untuk menyelamatkan barang bodohmu itu, Daiki-kun?! Ck. Aku tidak mau ikut!"

Aomine memegang kedua bahu (Name). Tatapannya melembut, tidak lagi menyiratkan amarah seperti saat menerima pesan dari Imayoshi.

"Kalau sekarang kau mau jadi pacarku, aku berjanji tidak akan lagi berfantasi dengan 'barang bodoh' itu."

(Name) membeku, ia hanya bisa membatin.

"Aku memang menyukaimu, Daiki-kun. Tapi ... aku belum siap untuk itu."

"Kumohon, jangan tergesa."

✨⭐✨

Sesampainya di Touo Gakuen, mereka langsung memisahkan diri. (Name) langsung bergegas pergi ke toilet, sementara Aomine menuju ruang loker. Keduanya berjalan dengan langkah cepat.

Seorang pria yang juga terlihat buru-buru tak sengaja menabrak (Name) hingga jatuh. Pria berambut keriting itu langsung mengulurkan tangan, (Name) menerima uluran tangannya dan berdiri lagi.

"Maaf," ucap pria yang bernama Harasawa Katsunori tersebut. Beliau merupakan pelatih tim basket Akademi Touo.

Karena Harasawa Katsunori ini merupakan salah satu karakter, beberapa informasi pun mulai terbaca oleh (Name). Setelah mengetahuinya, mata (Name) seperti ada efek 'cling-cling'.

"Ya ampun! Ini kan pelatih basket Touo! Kyaaa!!! Benar-benar tampan sekali."

(Name) menundukkan pandangannya dan tersenyum. Sebisa mungkin, ia berusaha untuk tetap kalem saat berhadapan dengan pelatih yang menurutnya tampan ini. "T-tidak apa-apa."

Harasawa memandangi sosok (Name) sambil memainkan rambut keritingnya. Sebagai salah satu fanboy (Name), ia rela mengorbankan sedikit jam sibuknya untuk berbincang.

Naluri lelakinya tergerak, apa lagi pria 42 tahun ini masih bujangan, merupakan suatu kesempatan emas dapat berbincang dengan daun muda.

"Kau (Name), 'kan? Pelari sprint itu?"

"Kyaa! Kenapa dia bisa mengenalku?!"

(Name) mengangguk, senyuman manis masih ia pertahankan. "Benar."

Sebelum pergi, Harasawa menyemangati (Name) dan memperkenalkan diri, "Berjuanglah di semi final. Oh, iya. Aku Harasawa Katsunori, pelatih basket di sini dan salah satu penggemarmu."

"Ha'i. Arigatou gozaimasu Harasawa-sensei."

Harasawa pun pergi, meninggalkan (Name) bersama semburat merah di pipi.

"Kyaaa!!! Dia ... dia itu penggemarku?"

Aomine yang melihat adegan itu dari tangga mendecih tak suka. Ia geram pelatihnya itu 'modus' dengan gadis yang dia sukai. Apa lagi Aomine tahu Harasawa masih lajang.

"Cih, dasar, tua-tua masih bertingkah! Dan kenapa yang dia incar harus (Name)?"

Di dalam gym Touo, terlihat seluruh anggota basket tengah menyantap makan siang. Sakurai Ryo membuka bekalnya yang terlihat lucu karena dihias motif beruang.

"Ittadakimasu!" seru Sakurai.

Wakamatsu menghampiri Sakurai. Pemuda itu sangat heran ketika melihat bekal yang dibawa juniornya, "Bekalmu lucu sekali, apa tidak tertukar dengan punya adikmu?"

Dengan gugup Sakurai menyangkal dugaan Wakamatsu, "Sumimasen. Itu tidak mungkin, karena aku sendiri yang membuatnya."

"Kau yang membuatnya?!"

Sakurai mengiyakan. Pemuda berambut coklat ini memang punya keahlian dalam memasak dan menghias bento. Bahkan manajernya—Momoi yang jelas-jelas bergender perempuan kalah jauh.

Aomine memasuki gym bersama (Name) dengan bergandeng tangan. Ia tidak mau gadis yang dia sukai ini dicuri orang lagi. Sementara tangan yang satunya memegangi majalah Mai-chan.

Aomine segera menghampiri Sakurai. Ia melepas gandengannya dan mencomot sosis gurita dari kotak bekal pemuda itu.

"Aomine?!" tegur Wakamatsu. Matanya menangkap sosok gadis yang dibawa oleh Aomine. "Apa kau sibuk berkencan dengannya sampai melupakan latihan?"

"Sumimasen. Tapi kami tidak berkencan dan bukan aku penyebab Daiki-kun lupa latihan," bantah (Name) yang tak terima dirinya disalahkan dalam masalah ini. Malah, dia sudah menegur Aomine di resto tadi.

Aomine sangat marah (Name) dibawa-bawa, tapi ia masih bisa sabar.

"Ah, maaf," ujar Wakamatsu merasa bersalah asal-asalan menuduh.

Aomine pun memalaki bekal Sakurai. "Berikan itu padaku."

"Tapi—" Sakurai tampak jelas sangat keberatan.

"Jangan dikasih, Sakurai!" larang Wakamatsu.

Namun, Sakurai yang kepalang takut dengan Aomine terpaksa menurut saja.

"Daiki-kun, apa-apaan kau ini. Hentikan! Jangan makan punya orang sembarangan," tegur (Name) yang tak suka melihat Aomine memaksa Sakurai.

Aomine kali ini menurut, ia pergi dari sana seraya mengamit tangan (Name), "Ganbatte," ucaonya bermaksud menyemangati rekan-rekan basketnya yang latihan.

"Kau mau ke mana lagi Aomine?! Latihan sekarang!" tegur Wakamatsu seraya mencengkram kerah baju Aomine dengan geram. (Name) melepaskan tangannya dan sedikit menjauh, menurutnya Aomine memang harus berlatih.

"Dua kali, dua kali kau sudah membuatku marah, tapi aku masih sabar. Sekarang lepaslah." Nada bicara Aomine sangat mengintimidasi.

"Oi—"

Aomine menendang senpainya itu dengan kasar menggunakan dengkulnya.

Yap! Menendang senpainya.

"Sudah kubilang, aku tidak akan melakukannya. Latihan, latihan. Jangan membuatku tertawa! Ryo, berapa poin yang kucetak di pertandingan terakhir?"

Sakurai berpikir sejenak dan menjawab pertanyaan Aomine dengan gugup, "Ano ... 82."

Aomine memantulkan bola dan menuju ke ring. Ia memasukkan bola itu dengan kasar sampai ringnya patah. (Name) dan semua orang di gym Touo tercengang, tak terkecuali Imayoshi, ia belum pernah melihat Aomine semarah ini.

Aomine menenteng ring itu dan menyeringai, "Kalau begini, kalian tidak akan bisa latihan." Ia melempar ring itu ke sembarang arah.

Muak dengan suasana gym. Aomine mengambil majalahnya  yang tergeletak lalu menghampiri (Name). Sang Ace Touo menggandeng tangan gadis itu dan keluar dari gym.

"Aku mau pulang Daiki-kun," ucap (Name) yang sangat tak nyaman dengan sikap Aomine hari ini. Melihat Aomine yang hari ini sering marah-marah, gadis ini ikutan badmood.

Langkah Aomine terhenti, "Pulang ke Kyoto? Kau, 'kan baru datang."

"Ke rumah Taiga-kun. Aku mau mengganti baju dan istirahat."

"Aku akan mengantarmu, sekalian menemanimu tidur siang," goda Aomine.

(Name) mencubit lengam Aomine, "Aho!"

✨⭐✨

"Pulang sana hentai!" (Name) mendorong dada bidang Aomine, mengusir pemuda itu yang sangat bersikeras ikut tidur siang bersamanya. Aomine sendiri tidak serius, pikirannya masih (sedikit) waras. Ia hanya kecanduan menggoda (Name) saja.

"Ini cuma tidur siang bersama, (Name). Bukan hal yang aneh, 'kan?"

"Ya, kalau tidur siangnya denganmu itu aneh! Apa lagi kau itu kan mesum! Sana PULAAANG!" (Name) mendorong sekuat tenaga hingga Aomine mundur beberapa langkah. Aomine terkekeh kecil.

"Ya kalau tidak hari ini ... mungkin sepuluh tahun lagi."

(Name) langsung menutup pintu dengan keras tanpa mengucap sepatah kata. Ia bergegas ke kamar dan menjatuhkan dirinya di kasur. Saking lelahnya, ia lupa berganti pakaian.

✨⭐✨

Kagami dan Kuroko menatap wajah damai gadis berjaket Seirin yang tertidur. Rongga dadanya naik turun dan dengkurannya terdengar cukup keras tapi lucu di saat bersamaan.

"Kagami-kun, tidurnya (Name)-san nyenyak sekali, ya," ucap Kuroko dengan pelan, entah dapat dorongan dari mana tangan Kuroko berani mengusap lembut kepala gadis itu.

"Saking nyenyaknya, kalau ada bencana gempa bumi, kebakaran dan tsunami, pasti dia tidak tahu menahu." Berbeda dengan Kuroko, Kagami berbicara dengan keras. Namun, (Name) tidak terganggu.

"Kagami-kun juga sama," ledek Kuroko. Kagami mendecak lalu mengumpati bayangannya itu, "Urusai teme."

Oke, mari kita bahas mengapa dua manusia ini bisa sopan sekali masuk kamar (Name) saat gadis itu sedang tertidur. Kuroko ingin mengambil uang yang tertinggal di saku jaket, ia lupa mengambilnya sebelum meminjamkan jaket itu ke (Name). (Name) sendiri tidak sadar kalau kantong jaket itu ada uangnya.

Bagai muncul imajiner bola lampu di kepala Kagami, tetiba pemuda gradasi merah hitam itu terpikir sebuah ide jahil untuk membangunkan sang putri tidur. Kagami menyuruh Kuroko melepas kaus kakinya.

"Untuk apa?" ucap Kuroko seraya memberikan sepasang kaus kakinya pada Kagami.

Dengan cepat Kagami menyambar kaus kaki milik bayangannya itu. "Untuk membangunkan (Name). Kaus kakimu pasti sangat bau, kalau punyaku sih wangy-wangy."

Njir! Apa-apaan dialognya. Oke, ulang.

Dengan cepat Kagami menyambar kaus kaki milik bayangannya itu. "Untuk membangunkan (Name). Kaus kakimu pasti sangat busuk. Punyaku masih wangi, tidak akan mempan." Kagami menempelkan sepasang kaus kaki itu pada wajah (Name).

(Name) yang sedang bermimpi makan mangga dari India pun marasa mual. Bukan bau harum mangga yang ia cium, tapi malah bau asam kaki Kuroko.

(Name) bangun dari tidurnya, ia ingin muntah detik itu juga. Namun, rasa mualnya mendadak enyah ketika menyadari keberadaan Kuroko dan Kagami. "Kalian?!" pekik (Name) sangat marah.

Kuroko pun memarahi Kagami, "Kagami-kun, kau seharusnya tidak membangunkan (Name)-san seperti itu."

*Oh ... jadi kau ya Bakagami!" (Name) menjewer telinga Kagami sekencang-kencangnya hingga pemuda itu menjerit histeris.

"Kalau tidak begitu, sampai besok pasti kau tidak akan bangun-bangun! Aduh! Lepaslah (Name)!" balas Kagami dengan ngegas.

(Name) yang pusing mendengar Kagami teriak-teriak pun melepaskannya. Kagami mengusap telinganya yang sudah memerah. Kuroko hanya diam, tapi ia merasa lucu melihat kekonyolan dua ningen itu

"Jadi, mengapa kau membangunkanku?! Asal kau tahu saja Taiga-kun, kaus kakimu itu busuk sekali! Seperti tidak pernah dicuci satu tahun!" amuk (Name) pada Kagami. Kuroko sangat tertohok mendengarnya.

"Heeh, enak saja! Kaus kaki busuk itu bukan punyaku, tapi punya Kuroko!" bantah Kagami.

"Astaga..." (Name) menutup mulutnya tak percaya kaus kaki busuk dan masam itu punya Kuroko. "Etto ... gomen Tetsuya-kun. Jangan tersinggung, ya! au tahu, 'kan aku memang suka marah-marah dan mulutku tidak ada remnya."

"Cih. Kenapa kau tidak jadi marah?" Kagami bingung dengan perubahan sifat (Name).

"Karena Tetsuya-kun itu terlalu kawaii! Aku tidak tega memarahinya." (Name) menutup mulutnya karena keceplosan. "Sekali lagi maaf ya Tetsuya-kun."

Kuroko berusaha bersikap biasa saja agar semburat merahnya tak tampak. "Daijobu (Name)-san. Harusnya aku yang minta maaf karena mengganggumu tidur—"

Kagami memotong ucapan Kuroko yang terlalu lambat menuju ke inti, "Karena Kuroko membutuhkan uang di jaket itu."

"Eh?" (Name) meraba jaket Seirin yang masih ia kenakan, dan memang ada dompet di sana. (Name) mengeluarkan dompet itu dan memberinya pada Kuroko, "Gomen Tetsuya-kun, aku tidak sadar di sana ada dompetmu."

Astaga, mirisnya. Bahkan dompetnya Kuroko tidak ternotice.

Kuroko menerima dompet itu dan menatap (Name) lembut,
"Ini bukan salahnya (Name)-san, aku yang pelupa."

"Tidak ada kepentingan lagi, 'kan Kuroko? Cepat pulanglah sana!" Kagami mengusir Kuroko.

"Dasar Bakagami! Sopankah begitu?"

"Ha'i, aku akan pulang." Kuroko pamit undur diri. Ia memakau kembali kaus kakinya.

"Aku mau ikut mengantar Tetsuya-kun!" seru (Name). "Tunggu aku mau mandi sebentar."

Kagami ambyar lagi, pertama karena Aomine, sekarang karena bayangannya. Kagami merasa tak suka saat (Name) menghabiskan waktu bersama laki-laki lain.

"Tapi ... mengapa aku merasa tak suka, ya? Bukankah sesuka (Name) ingin pergi dengan laki-laki mana saja?"

✨⭐✨

Karena sibuk mencuci sepatu, Kagami tidak ikut serta saat mengantar Kuroko pulang. Alhasil, (Name) dan Kuroko pergi berdua saja.

Meskipun berteman baik, namun jarak yang mereka ciptakan saat berjalan seperti orang bermusuhan. Itu karena Kuroko membawa anjing kesayangannya, Nigou.

(Name) mengantar Kuroko karena suntuk di apartemen Kagami.

Kuroko menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "(Name)-san? Kau tidak mau menyentuh Nigou sebentar saja?" Kuroko menyodorkan Nigou membuat (Name) refleks memundurkan langkahnya.

"Ihh tidak mau dan tidak akan pernah!" tolak (Name) mentah-mentah. Mau dikasih uang berjuta-juta yen atau satu truck mangga Miyazaki pun, ia takkan sudi.

"Tapi dia kawaii, lho."  Kuroko masih berusaha membujuk. Kuroko heran, mengapa ada orang yang sangat takut dengan anjing yang lucu ini seperti halnya (Name) dan Kagami.

"Tidak! Dia sangaaat jelek! Yang  kawaii itu pemiliknya," ceplos (Name) lagi. Beberapa sekon kemudian, wajah (Name) merona malu dan refleks menutup mulut.

"Astaga, mulutku ngomong apa sih? Tapi faktanya Tetsuya-kun memang lebih kawaii dari pada Nigou."

Kuroko membalikkan badannya lagi dan melanjutkan berjalan. Ia menyembunyikan semburat merah di wajahnya, efek samping dari 'perkataan manis' (Name).

"Aku tidak akan merebut Tetsu-kunmu."

Tiba-tiba terlintas di ingatan Kuroko saat tak sengaja mendengar percakapan antara (Name) dan Momoi. Dia mendengar kalau (Name) mengungkapkan rasa suka pada Aomine. Kuroko pun ingin memastikannya, tapi sebelum itu, ia harus memulangkan Nigou dulu agar (Name) tak kejang-kejang.

Setelah sampai di kediaman Kuroko, Nigou langsung diamankan di kandang dan (Name) diajak masuk ke ruang tamu.

Kedua orangtua Kuroko sedang bekerja, dan Kuroko tidak punya saudara. Rumah itu sangat sunyi, jadi tidak ada yang menyambut kedatangan mereka.

Seperti yang dilakukan saat pertama kali masuk rumah Kagami dan Kise, mata (Name) dengan semangat memindai setiap jengkal ruangan. (Name) sesekali tertawa karena melihat potret Kuroko saat belia.

Note : Foto-foto Kuroko yang terpajang itu kek di video ini👇


'Menggemaskan', 'ingin dikarungi', 'ingin dibawa pulang'. Kata-kata itulah yang ada di benak (Name) saat ini.

"Aku jadi malu (Name)-san," kata Kuroko yang tiba-tiba sudah ada di samping (Name).

"Heeh! Kenapa malu? Itu, 'kan fotomu sendiri. Dan lagi pula Tetsuya-kun, kadar imutmu kok bisa sama sekali tidak berkurang, sih?"

Pipi Kuroko memanas mendengarnya.

"Aku tidak tahu wajah masa kecilmu seperti apa, tapi (Name)-san juga pasti sangat imut."

Mendengar pujian itu, (Name) mengurvakan sudut bibirnya. Gadis itu sekonyong-konyong mencubit pipi Kuroko dengan gemas seperti squishy.

Tidak salah Akashi mengatakan (Name) orang yang agresif, nyatanya memang seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi? Kuroko dan juga Murasakibara adalah dua laki-laki yang sangat menggemaskan bagi (Name) sampai ingin dikarungi.

"Tapi Tetsuya-kun lebih kawaii. Tetsuya-kun, jadilah adikku dan ikutlah ke Kyoto bersamaku!"

Kuroko jadi ikutan gemas melihat gadis itu merengek.  "Berarti Nigou juga boleh diajak?"

"Tentu! Eh, tidak!!!" (Name) segera melepas cubitannya.

Kuroko mempersilakan (Name) untuk memakan camilan yang tersedia, kacang rebus dan biskuit susu. (Name) segera menyantap dengan semangat.

"Ano ... sumimasen (Name)-san, aku tidak punya minuman mangga seperti yang kau sukai."

"Eh, tak masalah Tetsuya-kun, yang ada saja. Asal bukan soda atau kopi, sih. Perutku panas."

Kuroko segera kembali lagi ke dapur untuk mengambilkan milkshake. Seperti (Name) yang mengoleksi beragam olahan mangga di kulkas, Kuroko pun menyetok susu kocok.

Mereka berbincang-bincang ringan. Beberapa saat kemudian, Kuroko mengajukan pertanyaan serius.

"(Name)-san kenal Aomine Daiki-kun?"

(Name) yang tengah meninum milkshakenya jadi tersedak. Kuroko sigap mengusapi punggung (Name).

(Name) pun menjawab, "Iya. Kenapa Tetsuya-kun bisa tahu?"

"Aku tak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan Momoi-san. Kagami-kun juga bercerita kalau siang tadi (Name)-san pergi bersana Aomine-kun."

Raut wajah (Name) jadi serius.

"(Name)-san, apa kau benar-benar menyukai Aomine-kun?" tanya Kuroko lagi.

Kuroko tahu, bukan urusannya (Name) menyukai laki-laki mana saja. Akan tetapi saat melihat keterpaksaan di dalam diri (Name) sewaktu menjawab Momoi, Kuroko kurang yakin (Name) serius menyukai mantan cahayanya itu.

"Suka. Iya, aku menyukainya. Tapi Tetsuya-kun, ini cuma perasaan kagum saja, tidak lebih dari itu."

Nah, 'kan. Kuroko sudah menduga (Name) tidak benar-benar menyukai Aomine. Dia peka kalau (Name) terpaksa saja.

Di saat bersamaan, Kuroko juga lega saat mendengar penjelasan (Name). Karena sebagian dari dirinya merasa tak rela.

"Aku tahu, aku jahat sekali Tetsuya-kun, aku sudah membohongi Sa-chan. Tapi kalau tidak begitu, aku akan kehilangan teman lagi."

Raut wajah (Name) menyendu. Ia memutar kilas balik masa lalunya di dunia asalnya.

"Aku tidak tahu mengapa. Dari dulu, aku memang selalu dijauhi teman perempuanku karena masalah lelaki. Oleh karena itulah, saat sudah mendapatkan satu teman perempuan, aku merasa beruntung dan tidak ingin mengecewakannya."

Memang tak bisa dipungkiri kalau (Name) ini sangat memikat kaum adam, entah itu di dunia asalnya ataupun di sini. Faktornya sudah jelas karena fisiknya yang ayu juga bodygoals. Ditambah lagi ia dianugerahi bakat-bakat yang luar biasa. (Name) juga easy going pada semua laki-laki.

Jadi, wajar saja, 'kan kalau banyak lelaki yang menyukainya?

"Momoi-san sejak SMP sudah seperti itu padaku."

(Name) menyimak pembicaraan Kuroko baik-baik.

"Aku harap, apa pun yang kau katakan pada Momoi-san tidak akan berpengaruh pada kedekatan kita. (Name)-san, jangan pernah membuat jarak denganku karena aku tidak ingin kehilangan teman seperti (Name)-san."

(Name) mengembangkan senyumannya dan mengangguk, "Tentu saja."

✨⭐✨

Sehabis pulang dari rumah Kuroko, (Name) pergi ke supermarket untuk membeli buah. (Name) mengambil sebuah mangga segar dan menciumnya. "Kyaa! Mango-kun. Aku mencintaimu. Emuah."

"Apa kau sudah tidak waras-nanodayo?"

(Name) menolehkan kepalanya ke kanan. Matanya membola, sangat kaget melihat presensi pemuda jangkung yang mengejeknya barusan. "Heehh!!! Shintaro-kun?! Kau ada di sini juga?"

"Kenapa kau heran? Ini kan tempat umum nanodayo."

Tiba-tiba datang gadis kecil berambut pendek yang warnanya sama dengan Midorima.

"Kyaaa! Shin-nii. Kau mengenal Onee-san pelari ini?" tanya bocah itu dengan antusias.

"Tidak Shimizu. Ayo pulang nodayo."

*Tunggu sebentar Shin-nii! Aku mau berkenalan dengannya." Gadis 8 tahun bernama Midorima Shimizu itu lantas memandangi (Name) dengan penuh rasa kagum sanbil mengulurkan tangannya. "Onee-san, aku Midorima Shimizu. Senang bertenu denganmu."

(Name) menjabat tangan Shimizu, lalu mengusap puncak kepala adiknya Midorima tersebut. Sementara tangan kirinya masih memegang mangga yang dicium tadi. "Aku juga senang nertemu denganmu. Apa kau adiknya Shintaro-kun?"

Shimizu mengangguk.

Tangan (Name) turun ke pipi dam membelainya dengan lembut. "Kau cantik dan manis sekali."

"Arigatou Onee-san. Kau menggemaskan sekali! Bolehkah aku memegang wajahmu?" Shimizu tampaknya sangat gemas dengan pipi (Name).

"Apa-apaan kau ini Shimizu. Itu tidak sopan—"

(Name) segera memotong ucapan Midorima, "Tidak usah dengarkan kakakmu. Kau boleh melakukannya." (Name) berjongkok agar Shimizu mudah menyentuhnya.

Shimizu sangat senang. Ia mulai menyentuh pipi (Name) dan mencubitnya dengan gemas. "Shin-nii! Shin-nii! Pipi Onee-san ini benar-benar menggemaskan seperti squishy anak ayam yang kau belikan itu. Ayo cobalah pegang juga!"

"Eh..." (Name) merasa merinding mendengarnya.

"Aku tidak mau nanodayo." Midotima sebetulnya ingin, tapi gengsinya sangat tinggi.

"Ayolah! Cobalah Shin-nii, pegang sebentar saja!" Shimizu merengek dan menarik-narik tangan Midorima.

Midorima ikut berjongkok. Dengan tangan yang gemetar, Midorima mulai mengarahkan jari telunjuknya ke pipi (Name). Ia menusuk-nusuk pipi gadis itu dengan jarinya, "Sudah kan?"

Wajah (Name) jadi memanas.

"Hu'um! Ne, ne Onii-chan. Bolehkah kita ajak Onee-san ke rumah kita? Aku masih ingin bermain dengannya."

"Tentu saja—"

"Tidak," potong Midorima.

"Shin-nii ... kumohon."

"Aku juga tidak keberatan Shintaro-kun," timpal (Name).

"Baiklah. Tapi kau kabari dulu Kagami."

Midorima tahu (Name) tinggal dengan Kagami karena Takao yang memberitahunya.

(Name) mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Kagami.

"Berikan padaku nodayo," pinta Midorima, (Name) langsung memberikan ponselnya.

Setelah Kagami menjawab telpon, Midorima langsung berbicara dengannya.

"Kagami, orang Kyoto yang menginap di apartemenmu itu sedang bersamaku. Jangan khawatir karena aku akan mengantarnya pulang nanodayo."

Terhitung sudah tiga laki-laki yang membuat Kagami ambyar hari ini.

✨⭐✨

I know karakter (Name) di sini kek agak atau emang centil gitu.
Sehabis mup on dari Akashi, semua couo ganteng a.k.a Kisedai dia welcomein sampe pelatih touo juga😭
Tapi ya ... dia sendiri ga sadar kalau udah jadi fakgirl.

Tapi akan ada saatnya karakter (Name) berubah.

Entah ke arah yang lebih baik, atau tambah lebih buruk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com