Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

47. Kekalahannya.

Siapa yang kangen aku update?

Ehehe, maaf🙏 Aku disibukkan dengan kuliah. Tugasnya kelar satu tapi numbuh seribu😭

Mana yang harus aku ungkap dulu.

A) Identitas gadis yang ngancam (Name) & apa motifnya.

B) Cewek yang bakal dijodohin sama Akashit biar AkaName cepet karam.

✨⭐✨

Pertandingan kuarter kedua telah berakhir. Kedua tim diberi waktu sebanyak 10 menit menjelang babak selanjutnya. (Name) menutup bukunya lalu pamit pada Midorima dan Kise.

"(Name)-cchi mau ke mana?" tanya Kise. Midorima sebetulnya juga penasaran, tapi ia tak mau kelihatan kepo. Jadi, biarlah Kise yang bertanya.

(Name) menjawab, "Aku mau menemui tim Seirin."

"Sana pergilah nanodayo." Midorima mengusir karena kecewa. Sebenarnya, ia ingin mengajak (Name) istirahat berdua saja, tapi apa boleb buat, (Name) memang bertugas sebagai mata-mata.

"Kau mengusirku, Shin-kun? Ish, jahatnya." (Name) mencebikkan bibir, mengibas rambut lantas pergi meninggalkan kedua pemuda itu.

"Merajuk saja bisa seimut itu-ssu/nanodayo," batin Midorima dan Kise.

Sebelum sampai ke ruang ganti Seirin, (Name) merasakan vibrasi pada pahanya dan dengan cepat melangkah memasuki toilet untuk mengangkat telepon.

"Hallo?"

Di seberang sana, gadis bersurai coklat pendek yang pernah meneror (Name) tempo hari menyeringai. Ia meraih vas besar yang terdapat banyak bunga Lily oranye di dalamnya.

"Nikmatilah waktu tiga minggumu untuk hidup damai. Setelahnya, aku pastikan kau akan hancur berkeping-keping seperti ini!"

Pada sekon berikutnya, gadis itu membanting vas yang dipegangnya ssmpai hancur lebur. Bunyi khas pecahan kaca yang terdengar keras membuat (Name) tersentak.

"I-Ini siapa?! Jangan asal-asalan mengancamku, ya! Atau aku laporkan nomormu ini ke polisi."

"Ckckck, terus aku harus laporkan ke mana tindakan kriminal dirimu yang mengambil alih hidup orang lain?"

"Bicara apa kau ini?!"

"Ah, aku lupa kalau lawan bicaraku bodoh kuadrat, padahal kata-kataku sudah sederhana. Memangnya apa isi otak gadis yang sering mendapat nol? Kau itu pintarnya cuma memainkan perasaan laki-laki."

(Name) tambah jengkel mendengarnya. "Jangan sok tahu tentang hidupku ya, tahi! Kalau kau punya nyali, ayo kita bertemu empat mata! Jangan cuma berani koar-koar lewat telepon!"

"Memangnya kau mau apa? Berkelahi? Kecepatan dan daya tahanmu bagus, tapi kemampuan bela dirimu nol besar. Sudahlah, orang yang cuma besar mulut mana mungkin menang melawan karateka."

Seketika (Name) tertohok mendengarnya karena itu memang benar. Namun, (Name) bukanlah (Name) jika diam saja saat dipojokkan. "Kau pikir karena kau karateka aku akan takut, hah?! Aku tidak sepengecut itu!"

Bip!

Telepon dimatikan, (Name) menelpon nomor itu kembali, tapi nomornya sudah tidak aktif.  (Name) pun mendengkus kesal.

"Dasar orang gila." (Name) memasukkan kembali gawainya dan berlalu meninggalkan toilet.

Sementara itu, gadis berambut coklat tadi berjalan ke arah lukisan besar yang terpajang pada dinding. Objek yang dilukis di kanvas besar itu adalah seorang gadis yang sorot matanya hampa, tidak berekspresi dan memegang pulpen serta buku TTS.

Tangannya mengusap lukisan itu dan berkata, "Aku akan lakukan apapun agar sahabatku dapat kembali. Kalau si jiwa perusak itu depresi dan ingin bunuh diri, kuyakin kau pasti akan datang kembali untuk mengambil alih tubuhmu."

Iya, gadis di lukisan itu adalah (Name). Namun, bukan (Name) yang sekarang tengah menjalani hidup.

Sosok itu merupakan pemilik tubuh (Name) yang sesungguhnya.

Dan jiwanya masih belum diketahui tengah berada di mana.

"Kau belum sempat bahagia, kau belum melihat dunia luar. Jadi, berhentilah mengalah demi jiwa perusak itu! Lihat saja, aku pasti mengembalikan hidup yang seharusnya kau jalani. Pasti."

✨⭐✨

"Tolong biarkan aku bermain di babak kedua."

Seluruh tim Seirin ditambah (Name) terdiam setelah mendengar ungkapan Kuroko.

Mereka semua merasa bimbang. Kemampuan misdirection yang dimiliki sang pemain bayangan bersifat terbatas dan harus dicadangkan pada kuarter ketiga nanti. Namun, menghadapi Touo tanpa Kuroko juga terasa sangat sulit.

"Tapi Tetsuya-kun tidak bisa menggunakan misdirection itu terus menerus, 'kan?" ucap (Name) yang tengah terduduk di sebelah Kuroko.

"(Name)-chan benar. Aku sudah melihatnya dengan eagle eyeku, dan efektivitasmu sudah menurun. Kau harus duduk sebentar," timpal Izuki mendukung (Name).

"Aku bisa melakukannya. Tidak, aku akan berusaha melakukannya." Kuroko masih berkukuh agar diberikan waktu bermain pada babak kedua.

Lagi-lagi mereka semua terdiam melihat kegigihan Kuroko. Terutama Kagami, pemuda dengan alis bercabang itu menatap partnernya dengan serius.

Kuroko memejamkan mata. Saat kelopak matanya terbuka, dia berucap, "Aku akan melakukan apa pun demi mengalahkan Aomine-kun." Dengan penuh keyakinan.

"Aku menghargai semangatmu, tapi tidak begini juga." Hyuga melarang keras Kuroko bermain di babak kedua.

(Name) yang memiliki tingkat sensitif tinggi jadi tersentuh melihat tekad kuat Kuroko. Gadis itu pun menepuk pundak Kuroko dan berujar, "Tetsuya-kun hebat sekali sudah punya tekad sekuat ini. Kami semua salut padamu, Tetsuya-kun. Namun, kau punya batas, energimu harus dicharge dulu di kuarter ketiga. Setelahnya, kau bisa menghadapi Daiki-kun dengan maksimal."

Mendengar kata-kata (Name) barusan membuat Kuroko sedikit luluh. Kuroko menatap (Name) dalam-dalam dan membalas, "(Name)-san benar. Sesungguhnya, salah satu faktor yang membuat aku seperti ini pun karena dirimu. Jika (Name)-san yang perempuan bisa punya ambisi dan semangat sebesar itu, maka aku juga harus mampu."

Seluruh orang di sana terperangah mendengar penuturan Kuroko. Terlebih (Name), gadis itu benar-benar tak menyangka.

"Tapi sprint beda dengan basket, Tetsuya-kun. Tugasku hanya lari sebanyak 400 meter kurang dari satu menit. Sementara kalian semua berlari, mengoper dan melompat selama 40 menit."

Riko mengimbuhi, "Benar kata  (Name)-chan, Kuroko-kun. Dengan berat hati aku harus mencadangkanmu di kuarter ketiga. Setelahnya, baru kau bisa bermain."

"Aku mau minta lemon." Kagami pun mengambil lemon madu di bento milik Riko dan berkata, "Kuroko."

Kagami pun memasukkan lemon itu ke mulut Kuroko.

"Kenapa kau tak mempercayai temanmu, teme?! Kami juga tak mau kalah, kami akan berusaha menghadapi Aomine. Kau istirahat saja dan maksimalkan tenagamu untuk masuk di kuarter keempat." Kagami meluapkan amarahnya yang sejak tadi ia tahan.

Kuroko akhirnya mengangguk setuju dan menaruh kepercayaan besar pada rekan-rekannya. Riko segera membagi tugas untuk Tsuchida, Mitobe, Hyuga dan Izuki.

"Dan yang bertugas menjaga Aomine adalah dirimu, Kagami-kun."

Kagami mengangguk dengan penuh semangat.

"Yosh. Ini bukan cuma tentang Seirin atau Touo, tapi menyangkut tentang harga diriku juga. Aomine teme itu terlalu berlagak sok hebat. Akan kubuktikan kalau aku mampu melampauinya dan membuat dia mundur mendapatkan (Name)."

Saat merasakan tepukan pada bahu, Kagami tersadar dari lamunannya dan mendapati (Name) tengah menorehkan senyuman lebar.

"Ganbatte, Taiga-kun."

Kagami membalas senyuman (Name) dan berucap, "Terima kasih." Seraya mengacak surai panjang (Name).

"Takkan kubiarkan Aomine memenangkanmu."

✨⭐✨

Pertandingan akan berlanjut, (Name) sudah kembali berdiri pada tribune dan berdiri di tengah Kise serta Midorima.

Netra (Name) mendelik kala mendapati sosok pemain Touo berkulit tan memasuki arena. Hawanya mendadak berat, terlihat dari handuk yang tersampir pada kepala, Aomine tampak melakukan pemanasan dengan sungguh-sungguh.

Pertandingan pun dimulai. Saat Aomine berhadapan dengan Kagami, sang ace Touo tersebut berhasil melewati Kagami dengan mudah.

Hal itu terus berlabnjut sampai pertengahan kuarter ketiga. Walau Kagami sudah berlari dengan cepat dan melompat setinggu mungkin, pun yang lain berusaha menghadang Aomine, tapi ace Touo tersebut terlampau sulit untuk dihentikan.

Sampai pada akhirnya, Kuroko pun diturunkan ke arena.

Pertandingan pun berlanjut kembali. Masuknya Kuroko beserta ignite pass-nya memberi dorongan kuat bagi tim Seirin untuk mengejar ketertinggalan. Selisih skor yang semula cukup tebal berangsur menipis berkat Hyuga dan Izuki.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Setelahnya, Aomine dengan mudah menangkap passing Kuroko dan bermain dengan lebih menggila. Bahkan Kuroko serta Kagami sampai jatuh.

Serangan Aomine dan tim Touo makin menjadi-jadi. Pada penghujung kuarter keempat, Riko menyadari kalau kaki Kagami sakit dan memutuskan untuk menariknya dari arena.

Kagami geram dan membantah karena ia belum puas menghancurkan Aomine. Riko pun membentaknya. Mau tidak mau, Kagami harus menerima itu.

Saat melihat Aomine menyeringai ke arah bangku cadangan, kedua tangan Kagami mengepal erat. Kagami tahu jelas itu adalah sebuah ejekan karena sudah mundur dari pertarungan itu.

Pertarungan tentang siapa laki-laki paling kuat agar bisa pantas bersama (Name).

"Sialan kau Aomine, tapi kau pikir dari pihak (Name) sendiri akan menerimamu? Tch, jangan terlalu percaya diri, teme!"

Saat Kagami ditarik keluar dan misdirection Kuroko mulai kehilangan efektivitasnya, selisih poin Seirin dan Touo kian melebar. Bahkan sang kapten Seirin sudah menyerah, ia tak tahu harus berbuat apalagi saat mengetahui timnya telah tertinggal 40 poin. Penonton pun sudah bosan melihat pertandingan ini.

Mata (Name) berkaca-kaca. Satu minggu lalu, ia mengalami hal yang sama walau konteksnya berbeda.

"Saat itu, aku hampir menyerah. Kepalaku pusing, kakiku ngilu dan pandanganku berkunang-kunang. Aku jatuh pada saat setengah pertandingan dan kehilangan harapan."

Kise dan Midorima memandang (Name) dengan serius. Ya, mereka masih ingat kejadian minggu lalu, di mana (Name) yang sempat tertinggal jauh dan tetap punya tekad kuat untuk bertanding.

"Tapi aku tersadar jika menyerah itu sesuatu yang bodoh. Aku harus terus bertarung sampai akhir walau kemungkinan finish pertama mustahil sekali. Seseorang berteriak; tak apa, asal tidak sampai menyerah pada keadaan."

Kise menepuk puncak kepala (Name) dan mengapresiasinya. "Aku benar-benar salut pada (Name)-cchi."

"Dan jangan lupakan lucky item yang kubawa-nanodayo," ucap Midorima yang sontak saja membuat (Name) terbahak.

"Iya, iya. Yang tekadnya kuat itu bukan aku, tapi Shin-kun yang rela membawa kipas angin besar."

Midorima berdecih dan memalingkan wajahnya.

Kembali ke arena, Aomine lagi-lagi memojokkan Kuroko dan mengomporinya agar menyerah saja. Namun, Kuroko tetap enggan.

"Aku sangat mengagumi seorang pelari sprint putri Rakuzan, (Last Name)-san. Aku harus punya tekad dan semangat yang besar sepertinya untuk membawa Seirin menang. Aku tidak akan menyerah begitu saja."

Aomine terkekeh. "Setelah Kagami, ternyata kau juga, Tetsu? Tapi sayangnya kau terlalu lemah dan tak akan bisa sepertinya. Apa yang tersisa sekarang? Kemampuanmu hilang dan cahayamu pergi."

(Name) yang peka kalau Kuroko saat ini dipojokkan Aomine pun berinisiatif memberi semangat.

"GANBATTE, TETSUYA-KUN!" pekik (Name

Kuroko menoleh ke sumber suara, ia pun tersenyum dan mengangguk. Kuroko bahagia, energinya seakan bertambah hanya karena dukungan singkat itu. Berbanding terbalik dengan raut wajah Aomine yang tampak tak senang karena gadis pujaannya malah mendukung sang rival.

Kagami menyeringai. "Hahaha, lihat? Bahkan gadis yang kau sukai itu tak menjeritkan namamu, Aomine."

"Walau kemungkinan menang hanya sedikit, tapi aku akan berjuang sanpai akhir. Kutegaskan lagi kalau aku takkan menyerah, Aomine-kun."

Seluruh tim Seirin tercengang setelah memdengar kegigihan Kuroko. Hyuga yang awalnya ingin mengganti Kuroko dan memasukkan Koganei jadi urung, ia tak mau kehilangan rekan yang semangat juangnya besar seperti Kuroko. Pun ia tak mau anak kelas satu yang lebih bersemangat ketimbang para senior.

Pertandingan berlanjut lagi. Hyuga pun memberi instruksi pada anak-anak kelas satu yang terduduk lesu di bench untuk memberi semangat. Setelahnya, terdengar sorakan 'Defense, defense, defense!!!. Walau tak seramai supporter sekolah lain, para tim Seirin sudah bersemangat mendengarnya.

Akan tetapi, jarak skornya makin melebar. Seirin memang mustahil dapat menyusul Touo. Namun, para pemainnya enggan menyerah sampai titik akhir. Mereka terus menggempur tim Touo meskipun sadar tak akan mendapat kemenangan.

Kuarter keempat pun berakhir, (Name) menggigit bibirnya saat mengetahui skor yang terpampang cukup menyakitkan bagi tim Seirin; 112 : 55.

Melihat tim Seirin yang tak berkutik, mata (Name) jadi berkaca-kaca. (Name) tak kuat dengan akhir dari pertandingan ini.

Tiba-tiba saja ponsel (Name) bergetar, (Name) menepi dan mengangkat telepon dari Akashi.

"Bagaimana hasilnya?"

"Seperti prediksimu, kapten. Mereka ... kalah."

"Sudah kuduga, harusnya kau tak perlu repot jauh-jauh menontonnya. Sekarang pulanglah."

"Tapi mereka masih ada pertandingan lagi melawan Meisei dan Senshinkan."

"Mereka sudah kehilangan semangat dan pasti akan kalah. Pulanglah, besok kau haeus sekolah."

"Ya ... baiklah."

✨⭐✨

Author note : Hadeh, up lama banget cuma dapet 1500 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com