SPECIAL CHAP ; Afraid
"Jangan takut karena aku selalu ada di sisimu."
Mayuzumi x (Name).
Note : Chap Ini juga ku ubah, tapi ada bagian yang sama.
Timeline : Sebelum SpesChap Smile - Akaname.
✨⭐✨
"Film horror tentang teror rumah kosong?! Yang benar saja! Aku tidak mau nonton yang seram-seram begitu!"
"Kalau kau tidak mau ya sudah, tidurlah sana." Mayuzumi menggeser kursor, meng-klik ikon putar untuk memulai tontonannya. Sebuah film horror lawas yang ingin ditonton ulang dengan kualitas gambar yang lebih jernih.
Dan tentu saja (Name) langsung pergi. Lagi pula, mana mungkin gadis barbar tapi penakut ini akan betah menyaksikan sesuatu yang menyeramkan.
"Tapi ... aku penasaran."
60% diri (Name) merasa takut, dan sisanya merasa penasaran. (Name) mengurungkan niat untuk membuka pintu kamar. Ia berbalik lagi, kembali ke kamarnya Mayuzumi.
(Name) menaiki ranjang. Ia tengkurap disebelah Mayuzumi dengan posisi kedua tangan memangku dagu. Bantal empuk kelabu dijadikan alas agar lebih nyaman.
"Kau bilang tadi takut?"
"Aku penasaran."
Mayuzumi tak yakin (Name) akan kuat menontonnya sampai tuntas.
Layar monitor laptop menampilkan bangunan rumah megah yang kosong saat malam hari, diikuti dengan angin yang berembus kencang hingga menggugurkan banyak dedaunan. Dan jangan lupakan suara serigala yang menambah kesan mistis.
Sepasang pasutri yang diceritakan membeli rumah itu mulai berjalan tanpa rasa takut. Memang, bangunan rumahnya masih sangat apik dan terawat hingga keduanya sama-sama tak berpikir negatif.
Saat mencapai pintu, tiba-tiba pintu terbuka lebar sendiri dan tertutup lagi dengan kencangnya hingga berbunyi 'jegerr' dengan keras. (Name) refleks terpekik kaget. Untung saja ia tak punya penyakit jantung. (Name) bisa saja pingsan atau mampus di detik itu juga.
(Name) menenggelamkan wajahnya di bantal dan memohon, "KYAAAA!!! Ch-ch-ch-Chihiro-kun! Matikan saja!"
"Itu, 'kan cuma pintu. Dasar pengecut."
(Name) mengangkat kepalanya, ia kembali melihat monitor laptop. Walaupun takut setengah mati, (Name) tak terima diejek pengecut. Lagi pula Mayuzumi benar; itu cuma pintu.
Tahu-tahu scene sudah berpindah ke kamar. Ya, pasutri di film itu masih nekat masuk karena menduga itu hanya angin (yang kebetulan pintunya tidak dikunci karena sudah dibukakan tukang kebun) Mereka masih santai, tak merasa janggal sama sekali.
Sang istri masuk ke kamar mandi, sementara suaminya itu sibuk menelpon untuk mengabari orangtuanya kalau sudah sanpai di rumah baru. Saat tengah asyik berbincang ria, sekelebat bayangan hitam melintas di belakang pria itu hingga membuatnya refleks menengok kebelakang.
(Name) jadi ikutan merinding dan ikut menolehkan kepalanya ke belakang. Mayuzumi menepuk kepala (Name) lembut, menenangkannya kalau tidak ada apa-apa di rumah mereka.
Kembali ke filmnya, di dalam kamar mandi, wanita itu tengah kumur-kumur di wastafel. Saat mengangkat kepalanya dan kembali menatap cermin, wanita itu (dan juga (Name)) terpekik histeris saat melihat penampakan hantu yang wajahnya hancur di pantulan cermin.
Dan tiba-tiba, listrik di rumah Mayuzumi padam. (Name) merinding dan menangis di pelukan Mayuzumi. Wajah hantu yang hancur itu terus berputar-putar di ingatannya.
Mayuzumi mengusap punggung (Name) yang gemetar dan berkata, "O-oi, tenanglah. Aku ambil senter dulu."
"Jangan tinggalkan aku. Jangan..." (Name) semakin mengeratkan pelukannya.
"Tidak, bodoh." Mayuzumi melepas pelukan itu. Ia menggenggam tangan (Name) erat dan menuntunnya mencari senter.
Untung saja senter berukuran cukup besar itu ada di meja belajar. Mayuzumi menghidupkannya hingga kamarnya kembali bersinar, lalu Mayuzumi menuntun (Name) ke arah jendela, ia ingin melihat yang listriknya padam hanya di rumah mereka atau merata. Ternyata, kondisi sekeliling gelap gulita.
(Name) dan Mayuzumi duduk di atas ranjang. Keduanya uring-uringan karena lampunya belum juga menyala. Padahal, ini sudah lima menit berlalu.
Dan sudah sepuluh menit berlalu.
"Chihiro-kun, kalau baterai senternya habis gimana?" tanya (Name) dengan wajah super panik.
"Baterainya banyak."
Dan sudah lima belas menit berlalu.
(Name) dan Mayuzumi sama-sama bosan. (Name) memutuskan untuk bermain bayangan saja. Ia melengkungkan pergelangan tangannya hingga menjadi seperti kepala ular.
(Name) dan Mayuzumi akhirnya beradu bayangan dengan berbagai bentuk hewan. Mulai dari ular, burung, jerapah dan sebagainya. (Name) tertawa lepas, melupakan ketakutannya.
Mayuzumi membentuk jarinya dengan hurup C. "Lengkapi hatiku, (Name)."
(Name) juga membuat huruf C dan melengkapi setengah simbol hati yang dibuat Mayuzumi.
(Name) tersenyum saat melihat bayangan simbol hati mereka di dinding kamar. Mayuzumi juga tersenyum, tapi samar.
(Name) bosan, mereka menghentikan aktivitas absurd itu. (Name) mengetukkan telunjuknya di bibir, memikirkan permainan seru untuk dilakukan saat mati lampu ini.
(Name) mendapat ide.
"Bagaimana kalau kita main jujur atau dihukum?" usulnya.
Mayuzumi mengangguk. "Hm."
"Apa ya hukumannya? Hukuman yang menyeramkan biar aku ataupun kau mau tak mau harus jujur. Apa ya..." (Name) kembali menempatkan telunjuk di bibir dan bola matanya berputar ke segala arah.
"Terserah kau saja."
"Aha!" (Name) sudah tahu jawabannya, "Hukumannya harus menari ular di gym basket."
Oke, Mayuzumi akan selalu jujur.
Janken dimenangkan oleh (Name). Gadis itu tersenyum licik. Langsung saja ia mengajukan pertanyaan.
"Jujur atau dihukum. Apa inisial nama depan gadis yang kau sukai itu?"
Tentu saja Mayuzumi menjawab inisial si penanya.
"Wah, sama dengan namaku."
Tapi (Name) tidak peka sama sekali kalau itu memang dirinya.
Giliran Mayuzumi yang bertanya, "Jujur atau dihukum. Apa kau masih ada perasaan dengan Akashi?"
Raut wajah (Name) jadi masam. Perasaan dengan Akashi? Tentu saja (Name) akan menjawab dengan mantap, "Tidak. Benar-benar tidak ada dan tidak akan pernah ada lagi."
Bagus!
Mayuzumi merasa puas sekali dengan jawaban itu.
(Name) bertanya lagi, "Jujur atau dihukum. Apa kau pernah mengatakan 'aku sayang Okaa-san' di hari Ibu?"
(Name) menanyakan ini karena Mayuzumi terlihat jarang berinteraksi dengan ibunya.
Mayuzumi menjawab dengan terus terang. "Tidak pernah."
Karena Mayuzumi gengsi.
Mata (e/c) itu langsung melotot tajam. (Name) langsung menceramahi Mayuzumi dengan satu kali tarikan napas. "Sudah kuduga. Kau ini keterlaluan Chihiro-kun. Mumpung masih ada kesempatan, tidak ada salahnya, 'kan mengucapkan itu? Kau harus menyatakannya setahun sekali. Atau paling tidak, kau pernah menyatakannya walaupun satu kali seumur hidup!"
Ah, sial, Mayuzumi terkena ceramah. Tapi, wajar saja (Name) menekannya seperti itu karena (Name) sudah pernah merasakan sakitnya kehilangan orangtua.
"Jangan mentang-mentang kau sudah tua kau jadi gengsi mengatakannya. Atau, kau merasa aneh dan takut dapat respon negatif? Tidak Chihiro-kun, percayalah, Okaa-san pasti senang sekali mendengar kalimat itu dari bibirmu."
Benar yang dikatakan (Name), Mayuzumi memang ingin sekali mengatakannya, tapi ia begitu gengsi dan takut mendapat respon negatif. Pada akhirnya, Mayuzumi terus menunda-nunda sampai usianya menginjak delapan belas tahun.
(Name) berjalan ke meja belajar dan mengambil ponsel Mayuzumi. Ia mencari kontak Chizuru yang dinamai 'Okaa-san'. (Name) menekan ikon panggil, nada sambung mulai terdengar.
"Moshi-moshi, Chihiro?" Suara berat wanita yang bernada datar menjawab panggilan (Name).
"Okaa-san! Ini (Name). Ne, ne, Okaa-san, Chihiro-kun ingin mengatakan sesuatu padamu." (Name) menyerahkan ponselnya pada sang pemilik.
"Ya, katakan saja."
Mayuzumi menatap (Name), (Name) mengangguk dan tersenyum. Mayuzumi menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya.
"Aku menyayangimu, Okaa-san."
Ibunya Mayuzumi yang sedang mempersiapkan bahan ajar anak kelas 2 SD merasa terkejut sekaligus senang mendengarnya. Ia tersenyum tipis dan membalas, "Okaa-san juga menyayangimu."
Ketakutan Mayuzumi sirna. Ibunya tidak bertanya karena heran atau mengejeknya. Mayuzumi pikir, respon ibunya akan negatif.
Ibu dan anak itupun berbincang singkat tapi jelas. (Name) tersenyum lebar, turut bahagia melihat interaksi itu.
Setelah Mayuzumi mengucap selamat malam, (Name) menyambar ponsel itu. "Selamat malam Okaa-san! (Name) juga sayang Okaa-san."
"Selamat malam. Ya, Okaa-san juga menyayangimu, (Name)." Sambungan telepon pun diakhiri.
Chizuru menyandarkan badannya pada kursi putar dan pikirannya menerawang.
"Terima kasih, (Name)."
(Name) dan Mayuzumi kembali melanjutkan permainan. Sekarang, giliran Mayuzumi yang bertanya, "Jujur atau dihukum. Siapa laki-laki yang paling dekat denganmu akhir-akhir ini?"
Mayuzumi ingin tahu siapa lagi saingan beratnya.
(Name) menjawab, "Mayuzumi Chihiro-kun."
"Selain aku, bodoh."
"Oh. Aku paling dekat dengan Katsuki Kintaro-kun."
Yang Mayuzumi tahu, Katsuki Kintaro tidak menyukai (Name). Mayuzumi pernah mendengar dari (Name) sendiri kalau pemuda itu menyukai rivalnya, Hanamiya Mariko.
"Jujur atau dihukum. Sebutkan setidaknya satu saja alasan kenapa Chihiro-kun menyukai gadis itu?"
"Alasan aku menyukaimu?"
Mayuzumi menjawab seadanya, "Karena dia adalah orang yang telah mengubah hidupku."
(Name) tersenyum, turut bahagia Mayuzumi menyukai gadis yang baik hingga sukses mengubah hidupnya. (Name) tak sabar sekali bertemu dengan calon kakak iparnya itu.
"Jujur atau dihukum. Apa pendapatmu tentangku?" tanya Mayuzumi.
(Name) langsung menjawabnya dengan jujur, "Kau adalah laki-laki yang sangat menyebalkan, tapi sukses membuatku rindu kalau terpisah jauh. Kau itu cuek, ketus tapi tampan dan perhatian. Kau juga paket lengkap untukku, kau bisa menjadi sahabat, musuh, kakak atau bahkan ayahku. Ah, terlalu banyak pendapatku tentangmu, mungkin mulutku bisa berbusa kalau memaparkannya. Intinya, aku beruntung menjadi bagian dari hidupmu."
Telinga Mayuzumi memanas dan memerah saat mendengarnya. Mayuzumi tak menyangka, ternyata sosoknya sangat berarti untuk (Name).
"Jujur atau dihukum. Apa pendapat Hiro-kun tentangku?" (Name) mengajukan pertanyaan yang sama.
"Aku tidak bisa mengatakannya panjang lebar. Cukup empat kata saja; kau sangat berarti bagiku."
(Name) tak habis pikir. Wajahnya merona dan bibirnya mengurva lebar.
Hanya empat kata, tapi maknanya begitu dalam.
Tak lama, (Name) menguap karena sudah mengantuk berat. Ia ingin tidur di kamarnya tapi takut. Selama ini pun, lampu kamarnya selalu menyala, baik di rumah sendiri atau di tempat Kagami.
Mayuzumi membereskan laptopnya. Ia menyuruh (Name) berbaring. Mayuzumi sendiri akan mengambil futon dan tidur di bawah untuk menjaga (Name) yang takut tidur sendirian.
"Oyasumi Chihiro-kun," ucap (Name) dengan menurunkan nada bicaranya sangat lembut karena sudah mengantuk berat.
"Oyasumi, (Name)."
Mayuzumi dan (Name) sama-sama menarik selimut dan memejamkan mata dengan rapat.
Namun, Mayuzumi belum bisa tertidur. Ia memutuskan untuk ke meja belajar dan menulis diary.
★★★
Pada hari di mana distrik Kamigyō-ku mengalami pemadaman listrik.
Akan kuceritakan sosok perempuan yang sangat berarti didalam hidupku setelah Okaa-san.
Dia (Full Name), gadis kelahiran 29 Februari yang tingkat kepintarannya di bawah rata-rata alias bodoh kuadrat. Aku bingung; mengapa dia bisa santai-santai saja setelah sering mendapat nilai nol di pelajaran fisika dan matematika? Sedangkan cita-citanya ingin masuk ke Univeristas Kyoto jurusan drama untuk membuntutiku.
Tapi, kendati dia bodoh di akademik, non-akademiknya cukup unggul, bahkan lebib cocok disebut multitalenta. Semua orang tahu dia adalah atlet lari yang hebat, dan akhir-akhir ini ia menggeluti dunia tarik suara lewat kursus.
Katanya, dia ingin menjadi seiyuu. Menurutku orang seperti dia sangat cocok, itu karena tingkat emosinya 98.99%. Jadi otomatis dia akan mudah menyuarakan karakter apa pun.
Sifat paling-paling buruknya adalah sembrono, enggan berpikir panjang dulu sebelum bertindak. Apa pun yang dirasa benar, ia akan langsung melakukannya. Seperti halnya saat dia menyatakan cinta pada Akashi. Astaga, pergi ke mana otak dan logikanya saat itu?
Aku tak habis pikir.
Selain itu, dia orang yang keras kepala. Apapun kehendaknya harus dituruti. Jika tidak, maka dia akan merajuk tak berkesudahan seperti anak kecil.
Pernah satu hari dia memintaku memakai bando telinga kucing. Aku jelas menolaknya memtah-mentah karena menurunkan harga diriku. Setelahnya? (Name) marah, dia tidak mau bicara denganku.
Aku pasrah, aku memakai bando aneh itu dan dia langsung tersenyum lagi.
Dasar.
Sebenarnya masih banyak lagi keburukannya yang lain. Tapi sudahlah, cukup tau saja, toh, semua manusia juga punya sisi buruk.
Dan tadi dia bertanya; apa alasanku bisa menyukai 'gadis itu'?
Akan kuberi jawabannya;
1. Dia Orang Yang Paling Perhatian Setelah Keluargaku.
Jujur saja. Awalnya aku keberatan menerima (Name).
Aku kira, gadis yang kurawat ini adalah anak manja yang suka memperbudak oranglain. Tapi tidak, malah ia sering membantuku tanpa disuruh dan dia banyak memberikanku perhatian.
Padahal kami asing. Namun, dia sudah berpengaruh besar dalam hidupku.
Dia mengajariku pola hidup sehat, dia memijat kepala dan badanku kalau lelah dan dia selalu memberikanku dukungan motivasi. Dan masih banyak lagi perhatiannya untukku.
Semula aku sangat malas menjalani rutinitas hidupku yang terlalu monoton ini.
Akan tetapi, aku perlahan-lahan bisa keluar dari zona nyamanku berkat dorongan motivasi darinya. Kini hidupku jadi punya arah.
2. Aku Seperti Tak Asing Dengannya.
Ini konyol, sungguh.
Bahkan, aku baru kali ini melihat gadis itu. Tapi entah mengapa, aku merasa seperti sudah tak asing dengannya.
Di mana dan kapankah kami pernah bertemu?
Aku pun tidak tahu.
Yang jelas, aku merasa terikat dengannya.
3. Dia Mengisi Kekosonganku.
Selama 18 tahun cerita hidupku hanya diisi dengan kesepian saja.
Tidak ada pengalaman yang berkesan dalam masa remajaku yang hampir berakhir ini.
Semuanya hampa, monokrom dan monoton.
Remaja seusiaku sudah banyak pengalaman. Sedangkan kehidupanku hanya sebatas di kamar lalu di atap. Sekosong itu.
Lalu, saat ayahku menitipkan gadis ini untuk menjadi tanggungjawabku, semuanya menjadi berubah.
Hari demi hari berlalu kami lewati. Aku semakin terbiasa dengan presensinya di hidupku. Aku sudah hapal kebiasaannya, mulai dari apa yang dia suka dan yang tidak. Ya, aku merasa sudah sangat memahami (Name).
Ternyata presepsiku selama ini salah.
Tidak semua orang yang bermulut berisik itu mengganggu. Ada juga yang membuat moodku semakin meningkat, (Name) salah satunya—ah, tidak. Tapi satu-satunya.
Terima kasih sudah mengisi kosongnya hidupku, (Name).
4. Dia Loli Yang Menggemaskan.
Aku memang sangat menyukai loli.
Sejak kedatangannya, Ringo-tan alias loli yang kugemari di light-novel jadi kulupakan. Aku lebih tertarik dengan loli versi 3 Dimensi ini.
Gadis 15 tahun ini benar-benar menggemaskan.
Kapan-kapan, aku akan menyuruhnya memakai baju lolita.
5. Dia Cahayaku.
Aku hanyalah bayangan.
Dan (Name) itu bagai cahaya yang bersinar.
Bayanganku semakin gelap karena diterangi olehnya.
6. Dia Sangat Manis.
Darahku selalu berdesir hangat manakala dia tersenyum. Senyumnya itu sangat-sangat manis.
Dan saking memikatnya, bukan hanya aku saja yang tertarik.
Tapi ada banyak.
Ah, sialan.
Apa aku bisa mendapatkannya?
7. Dia Sangat Menyayangiku dan Menganggapku Sebagai Prioritas.
Saat aku sakit, dia meninggalkan sekolahnya demi merawatku.
Dan dia bilang kalau aku lebih penting dari apa pun. Tentu saja aku senang mendengarnya.
8. Dia Waifuable.
Tidak bisa dipungkiri kalau dia itu waifuable.
Dia pintar merawat diri dan juga mengurus pekerjaan rumah. Masakannya enak dan tingkat perhatiannya sangat tinggi. Bisa dibayangkan betapa bahagianya kalau aku dan dia menjadi sepasang.
Andai saja.
9. Dia Perempuan Yang Tangguh.
Memang, dia itu cengeng sekali.
Tapi, (Name) adalah orang yang sangat tangguh.
Mentalnya tetap kuat walaupun dibenci banyak orang. Tidak pernah ada sedikitpun terbesit dalam dirinya untuk menyerah, melakukan self harming atau bunuh diri—tindakan nekat yang seringkali dilakukan anak remaja kalau dilanda frustrasi. Paling-paling, dia hanya menangis.
(Name) kuat. Aku salut padanya.
Terlebih di dalam olahraga. Karena tidak akan sudi dikalahkan oleh siapapun, dia akan berlatih lebih keras dari teman seperjuangannya yang lain. Aku sendiri sudah menyerah kalau menjalankan menu latihannya.
Dia si cengeng yang berhati besi.
10. Dia Hanya Ada Satu.
Aku tahu.
Di belahan dunia manapun pastilah banyak perempuan yang lebih cantik, lebih pintar, lebih sempurna dari pada (Name).
Tapi aku yakin, orang seperti (Name) tidak akan ada lagi.
Oi (Name).
Tolong bukalah matamu itu lebar-lebar.
Sesungguhnya didekatmu itu ada orang yang tulus mencintaimu.
Yang menerima kekurangan dan kelebihanmu.
Dia juga siap membahagiakanmu tanpa batas.
Dan dia adalah aku.
Orang yang kau anggap kakak.
✨⭐✨
01:40 waktu setempat. Lampu sudah menyala. Dua insan itu masih terlelap damai.
Tak lama kemudian...
"KYAAA!!!"
(Name) bangun dari mimpi buruknya dengan wajah berkeringat.
Di mimpinya itu, (Name) didatangi oleh hantu berwajah hancur di film tadi. (Name) berusaha lari, tapi kakinya tak bisa digerakkan. Hantu itupun kian mendekat, (Name) yang sangat panik berteriak sekencang-kencangnya.
Mayuzumi terbangun, ia langsung duduk di samping (Name) dan memeluknya sembari mensugestikan kalau tidak ada yang perlu ditakuti.
"Jangan takut, aku selalu bersamamu."
(Name) melepaskan pelukan dan menghapus jejak airmatanya. Mayuzumi lega, akhirnya (Name) sudah tenang.
"Aku lapar." (Name) beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju dapur. Mayuzumi mengikutinya, ia juga merasa lapar.
(Name) mengambil satu-satunya mie instan. (Name) mencari satu lagi, tapi tidak ada.
"Mie ini punyaku. Tapi kita bagi dua saja," kata Mayuzumi.
Mie instan itu memang ada satu dan itu miliknya. Persediaan makanan menipis, besok mereka baru belanja bulanan.
Kalau urusan makanan, Mayuzumi memang tak pernah pelit dengan teman serumahnya itu. Kalau dia punya, pasti akan dibagi.
Kecuali kalau membeli Light-novel keluaran terbaru. Mayuzumi enggan menunjukkannya pada (Name) sebelum dia tamatkan. Bisa-bisa akan susah kembali.
Selain memasak mie, mereka juga memasak sosis gulung telur dan nugget ayam. Stok kedua makanan itu masih banyak, jadi (Name) tidak akan merasa kurang walaupun hanya menyantap mie setengah porsi.
Mayuzumi meniriskan mie. Sosis telur dan nugget ayam yang digoreng (Name) sudah matang. Mereka memutuskan untuk memakan di depan teras sambil menikmati indahnya langit malam, mencari suasana makan yang baru.
Udara malam begitu dingin. (Name) memutuskan masuk ke kamar untuk mengambil jaket dan syal miliknya, sekalian mengambil saos pedas di dapur.
Karena malas mencuci. Mie yang dimasak tadi ditaruh ke satu mangkuk dengan satu sumpit. Mayuzumi mengaduk mienya dan menyuapi (Name) terlebih dahulu.
Ya, mereka makan semangkuk berdua dengan suap-suapan.
Setelah semua makanan dan minuman telah ditandaskan bersama. (Name) bersendawa, ia mengusap perutnya yang menggembung.
"Kenyang. Tapi, aku masih mau di sini," ujarnya.
Mayuzumi yang merasa kedinginan ingin meminta syal milik (Name). Setelah makan, Mayuzumi memang agak sungkan ke mana-mana. "Apa kau bisa membagi syalmu denganku?" pintanya.
(Name) mengangguk dan menyunggingkan senyum manis andalannya.
"Asal kau tetap menemaniku sampai bosan."
Mayuzumi mengangguk.
Bukankah aku sudah berjanji untuk selalu bersamamu? Aku pasti menepatinya, tapi entah denganmu.
(Name) melepas syal yang melilit lehernya, ia menempatkan kain hitam panjang itu di leher Mayuzumi. Tidak ada jarak lagi di antara mereka karena dihubungkan dengan syal itu.
Mereka berbincang. Ah, lebih tepatnya (Name) yang lebih mendominasi pembicaraan. Dia bercerita tentang pengalaman pertamanya di kursus drama. Katanya, orang-orang di sana sangat welcome.
Tak lama, (Name) terlelap di bahu Mayuzumi.
Karena udaranya semakin dingin, Mayuzumi segera menggendongnya masuk ke kamar.
Sebelum Mayuzumi pergi, dia mengecup kening (Name) dengan penuh kasih sayang.
Maaf kalau aku kurang ajar (Name), Oyasumi.
✨⭐✨
Omake:
Chizuru : Apa kau setuju menjadikan (Name) bagian keluarga kita?
Akihiro : Kenapa tidak? Kurasa itu ide yang bagus.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com