Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

SPECIAL CHAP ; Kyoto

Kise Ryouta x (Name)

“Aku benci Kyoto, karena di sana tersimpan masa lalu yang enggan kuingat lagi. Namun, sekarang aku tidak lagi membencinya karena di sanalah tempat tinggal masa depanku-ssu."

Timeline : Gatau :v pokoknya sebelum chap 36.

✨⭐✨

H a p p y  R e a d i n g


Kise benci Kyoto.

Kalau ada pemotretan di sana, Kise selalu menolaknya. Persetan dengan rasa profesionalitas, ia benar-benar enggan menyambangi prefektur itu.

Lagi pula, apa masalahnya? Toh, Kise Ryouta adalah model tampan rupawan yang sedang naik daun, hilang satu job akan datang lagi seribu job yang lain. Bukan Kise yang mencari pekerjaan, tapi pekerjaan yang mencarinya.

Kise mau pemotretan di mana saja, di hutan belantara pun jadi, asal jangan di Kyoto.

Aneh? Ya, sangat aneh malah. Kyoto merupakan destinasi terbaik di Jepang dan Ace Kaijo ini malah membencinya.

Lantas, apa penyebab Kise membenci Kyoto—prefektur dengan segala keindahannya tersebut?

Di tahun kedua SMPnya, Kise dan kawan-kawan seangkatan pergi study tour ke Kyoto. Semula berjalan lancar saja, sampai pada suatu ketika....

Kise tak sengaja memergoki pacarnya—Fujihara Mishima berselingkuh dengan Haizaki Shogo. Saat itu hati Kise sangat sakit manakala melihat dua manusia itu berciuman di atas bukit saat senja hari.

Padahal, Kise sudah jauh-jauh mendaki bukit itu untuk mengantar ponsel Mishima yang tertinggal. Eh, jerih payahnya malah disuguhkan pemandangan seperti itu. Langsung saja Kise menjatuhkan ponsel itu dan berbalik dengan hati yang terkoyak.

Terdengar biasa saja? Atau ... terdengar lebay? Namun, untuk ukuran remaja SMP yang masih polos tentang percintaan, ini adalah kejadian yang sangat menyakitkan bagi Kise.

Terlebih lagi Mishima sudah sangat dekat (Baca; cari muka) dengan keluarga Kise. Ryouna bahkan tak percaya gadis itu telah menyelingkuhi adiknya. Ryouna sudah terlanjur sayang dengan Mishima. Begitupun Ibunya Kise.

Beberapa hari setelah putus dari Mishima, Kise akhirnya mengetahui fakta bahwa perempuan itu hanya mengincar popularitasnya saja dan sama sekali tidak ada rasa cinta. Kise berhenti—bahkan menyesal telah merasakan patah hati. Kise justru merasa bersyukur Haizaki memungut sampah itu.

Ryouna dan Ibunya sangat kaget. Mereka yang sangat menyayangi Mishima tak percaya dengan kenyataan ini. Tapi saat mendengar ceritanya dari Momoi yang kebetulan jadi saksi pengakuan itu, mereka akhirnya percaya.

Kecuali Ryouka, anak tengah keluarga Kise itu sudah memprediksi dari awal kalau Mishima adalah perempuan tidak beres. Akan tetapi kakak dan Ibunya dulu sangat bersikeras mereka cocok. Ryouka hanya bisa menghela napas dan bersikap masa bodo.

Kise melanjutkan hidupnya seperti biasa. Ia kembali bersenda gurau dengan rekan basketnya dan menyapa hangat para penggemar. Ia benar-benar melupakan semuanya, seakan-akan berpacaran dengan Mishima hanya angin lalu dan kekhilafan semata.

Tuntutan pekerjaan mengharuskannya terbang lagi ke Kyoto. Dan di sanalah ia bertemu dengan perempuan yang membuatnya kembali merasakan jatuh cinta, Yamashita Miyuki.

Dari segala aspek, Miyuki jauh lebih baik dibanding Mishima. Kise pun bingung, mengapa bisa-bisanya ia dulu terpikat pada mantannya itu? Argh, cuih. Bahkan Kise tak sudi melabeli Mishima sebagai mantannya. Ingat, hanya teman khilaf!

Miyuki berprofesi sebagai model juga, namun dari agensi yang berbeda dengan Kise. Mereka dipertemukan di suatu cafe ternama di Kyoto. Dan mulai dari sanalah benih-benih cinta mulai tumbuh.

Kise merasa cocok di pertemuan pertama. Sebelum terbang kembali ke Tokyo—rumah Kise saat SMP sebelum ke Kanagawa, Kise menyempatkan untuk meminta kontak Miyuki, lalu mereka jadi semakin akrab meski dipisahkan jarak.

Tetapi kalau hari libur Kise selalu menyempatkan diri ke Kyoto. Sebaliknya, saat Miyuki ada job di Tokyo, gadis itu selalu mengabari Kise untuk bertemu.

Saat berjumpa, mereka seringkali curhat tentang banyak hal. Mulai dari; masalah pekerjaan, sekolah, kegiatan klub, hobi hingga hal random. Kise sangat senang mengobrol dengan Miyuki karena gadis itu mudah nyambung.

Hingga suatu ketika, Kise memberanikan diri bertanya perihal status Miyuki. Kise berharap Miyuki jomblo, atau hatinya akan ambyar untuk kedua kalinya.

"Aku masih lajang, kok, Ryo-kun."

Kise senang bukan main. Ia bahagia karena ada peluang untuk menggaet Miyuki. Dan setelah beberapa saat kemudian, Kise menembak Miyuki dengan romantis di Tokyo Tower. Merekapun resmi berpacaran.

Dua bulan kemudian, ia datang ke Kyoto—lebih tepatnya ke rumah Miyuki secara diam-diam untuk memberi surprise ulang tahun. Saat ingin mampir membeli bunga, alangkah terkejutnya Kise saat ia melihat Miyuki dan pemuda lain sedang berpelukan mesra di taman.

Rupa-rupanya, Miyuki hanya menjadikan Kise selingan saja. Toh, mereka jauh, 'kan? Kise tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi dibalik hubungan LDR mereka.

Kise merasa patah hati lagi di Kyoto. Ryouka yang sudah tahu akan berakhir seperti ini lagi hanya masa bodo karena jengkel omongannya selalu tidak dopedulikan. Firasatnya memang sangat kuat, hanya sekali bertemu dengan gadis itu, ia bisa tahu Ryouta akan cocok dengannya atau tidak.

Tapi Ryouna dan Ibunya terlalu keras kepala, tidak ada yang mendengarkan omongan Ryouka. Mereka terlalu naif hingga dengan mudahnya terpancing sikap (sok) manis dan pencitraan para gadis yang mendekati si bungsu.

Sejak saat itu, Kise membenci Kyoto karena menyimpan kenangan pahit. Dan kebenciannya menjadi lenyap kala mengenal salah satu siswi dari Rakuzan.

✨⭐✨

"Sudah kubilang berapa kali manajer-cchi, aku tidak akan menerima pemotretan di Kyoto. Katakan saja pada mereka kalau aku sedang—," Bayangan wajah (Name) yang tersenyum manis itu tiba-tiba tetlintas dalam pikirannya. "Ya. Aku ... menerimanya. Aku mau ke Kyoto."

"Apa? Jangan bercanda! Kau sedang serius kan Ryo?!" Yoshino Aika, perempuan 26 tahun yang bekerja sebagai manajer setia Kise itu sangat tak percaya mendengarnya.

Kise menatap bingkai yang berisi potret dengan gadis itu. Atlet sprint berparas dahayu dengan senyuman manis andalannya. Siapa lagi kalau bukan (Name). "Aku serius manajer-cchi. Lusa kita akan ke Kyoto-ssu."

"Okay!" Aika menutup telponnya dan tersenyum bahagia. Kise memasukkan telpon itu ke dalam saku rompi putihnya. Ia pun tersenyum pada bingkai itu dan mengecupnya.

"Aku tak sabar bertemu denganmu-ssu."

✨⭐✨

Dua siswi berambut pirang panjang dan hitam kepang sedang berbincang di bangku mereka. Kelas 1-A Rakuzan sedang sepi karena jam istirahat. Akashi—siswa pentolan 1-A itupun tidak ada di sana karena sibuk di ruang OSIS.

"Kise Ryouta-kun akan meet & greet di mall?! Kyaaa!!! Aku pastikan bisa dapat tanda tangannya!" Si pirang berjingkrak dengan hebohnya.

"Kalau aku mau minta foto berdua! Dan aku juga mau minta peluk!" Siswi berambut kepang menimpali ucapan temannya.

"Psstt. Hei, jangan dipeluk bodoh. Kau mau seperti anak kelas sebelah?" Suara heboh gadis pirang itu berubah berbisik kala menyindir 'anak kelas sebelah' tersebut.

"Ini, 'kan Kise-kun, bukan Akashi-sama. Ah, skill merayu anak kelas sebelah itu sangat hebat. Dia jadi semakin dekat saja dengan Akashi-sama."

"Sudahlah. Kita sekarang fokus ke Kise-kun saja! Dan jangan sampai si centil kelas sebelah itu mengambil Kise-kun juga. Rakus sekali dia."

Katsuki bersama gerombolan anak laki-laki lain memasuki kelas. Mereka sangat berkeringat karena habis bermain bola melawan kelas 2. Mereka bergegas mengambil pakaian ganti di tas masing-masing.

"Kurasa dia memang rakus dalam segala hal. Waktu itu kulihat dia makan nasi daging 2 porsi, 1 bungkus pancake dan 1 roti melon. Ya ampun, perempuan macam apa itu? Sangat jauh dari kata elegan."

"Lambungnya seperti tidak pernah merasakan makanan enak selama ini. Pasti sebelum ke sini, dia tinggal di pedalaman."

Mereka terkikik geli.

"Kalian membicarakan (Name)-san?" Katsuki menyela pembicaraan dua gadis di bangku depannya. (Name) sudah ia anggap sebagai saudarinya sendiri, tentulah ia sangat marah ketika ada yang menggosipinya aneh-aneh.

Dua gadis itu mendadak bungkam dan bertelepati; Mampus! Buntutnya si (Name) ngamuk!

"Dengar ya. Mau (Name)-san makan sampai perutnya meledak, kalian tidak dirugikan, 'kan? Jadi sebaiknya tidak usah mengomentari hidupnya berlebihan seolah-olah makan banyak itu tindakan kriminal."

Alih-alih minta maaf, dua gadis itu melengos lalu pergi. Katsuki memandang mereka dengan nyalang.

"Untung saja Akashi-san tidak mendengar ini. Ah, ngomong-ngomong, aku belum melihat batang hidung (Name)-san hari ini."

✨⭐✨

Sementara itu, (Name) tengah berada di luar sekolah. Gadis yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS itu tidak sedang membolos, ia ditugaskan untuk menggantikan Akashi menjadi tamu undangan di sekolah Akademi Kyomei.

Dengan wajah berseri (Name) membuka kotak snack yang didapatkannya dari acara sekolah tetangga itu.

"Ini puding mangga! Terima kasih kapten, kau baik sekali mengirimiku kesini. Selain dapat makanan gratis, aku juga dikasih peluang membolos sehabis pulang dari sini, hahahahaha."

Rencananya sehabis pulang dari Kyomei, (Name) ingin membolos ke mana saja karena tidak ingin cepat-cepat pulang ke Rakuzan. Ia memblokir kontak Akashi sementara agar tidak ditanyai ini-itu. (Name) tetap mengaktifkan ponselnya untuk main game.

Sepulang dari sekolab itu, (Name) memutuskan untuk mendatangi restoran cepat saji terdekat. Ayolah, orang seperti (Name) mana mungkin puas hanya dengan 1 kotak snack.

"Itu Ryouta-kun?" gumam (Name) saat matanya menangkap punggung pemuda bersurai pirang yang membawa nampan, ia membawa nasi ayam gorengnya ke bangku ujung.

Karena penasaran, sehabis mendapatkan pesanannya, (Name) pun berjalan mendekati bangku pemuda itu. Tiba-tiba ponselnya bergetar. (Name) meletakkan nampannya di sembarang meja dan segera mengecek pesan masuk di sana.

From : Kise Ryouta.

(Name)-cchi?

"Hee, Ryouta-kun? Kebetulan macam apa ini?" (Name) melirik pemuda tadi yang kebetulan juga sedang memegang ponsel.

(Name) pun membaca pesan selanjutnya.

Apa kau sihuk saat pulang sekolah? Aku ingin bertemu denganmu-ssu. Aku sedang di Kyoto.

(Name) maju beberapa langkah dan menajamkan pengelihatamnya. Sekarang (Name) yakin, kalau sosok itu benar-benar Kise. Kise tak sadar dengan kehadiran (Name) karena sibuk makan dan memainkan ponsel.

Tiba-tiba muncul niat iseng. (Name) mundur dan bersembunyi agar tidak ketahuan. Ia mengetilkan sesuatu di ponselnya.

Ne, Ryouta-kun. Aku punya kekuatan teleportasi loh. Tutup matamu dan sebutkan namaku 3 kali.


Logikanya Kise tak mempercayai itu. Namun, berbanding terbalik dengan tindakannya. Kise menutup matanya dengan kedua telapak tangan dan mengucap mantra abal-abal yang gadis itu berikan.

"(Name)-cchi, (Name)-cchi, (Name)-cchi. Datanglah-ssu. Aku merindukanmu."

(Name) terkekeh. Ia tak menyangka Kise akan melakukannya. (Name) memasukkan ponsel, mengangkat nampan lalu melangkahkan kakinya menuju hadapan Kise.

Setibanya, (Name) meletakkan nampan miliknya dan tangan kirinya berkacak di pinggang, sementara yang kanan melambai-lambai.

"Yahoo!"

Rungunya merasa sangat familier dengan suara itu, Kise refleks membuka mata dan terkejut dengan pemandangan di depannya. "(Name)-cchi?!"

"Ya, ini aku," sahut (Name) meyakinkan Kise.

Entah kebetulan macam apa yang diciptakan semesta untuknya, yang jelas Kiae senang bukan main! Ia langsung menghambur dalam pelukan gadis itu dan merengek, "(Name)-cchi ... aku sangat merindukanmu-ssu."

"Aku juga," balas (Name) seraya mengusap punggung pemuda itu.

Merekapun mengakhiri sesi peluk-pelukan itu. Kise masih tak percaya (Name) punya kekuatan semacam teleportasi, ia pun menanyakannya,  "(Name)-cchi benar-benar bisa teleportasi?"

"Tidak, kok. Aku tadi melihatmu, dan muncul ide iseng menjahilimu," jelas (Name). Kise mengangguk.

"Dan (Name(-cchi kenapa bisa ada di sini padahal masih pakai seragam? Membolos kah?" Kise menerka-nerka.

(Name) menyantap dahulu nasi ayam—porsi doublenya sebelum menjawab Kise.

"Perkataan Ryouta-kun tidak benar, tapi tidak juga salah. Tujuan awalku keluar karena jadi tamu di sekolah tetangga. Dan sepulang dari sana, aku membolos kesini. Huh ... isi snacknya sangat dikit, jadi aku masih lapar sekali." (Name) menjelaskannya panjang lebar dan apa adanya, membuat Kise tersenyum lalu terkekeh pelan.

Gadis kelewat barbar yang mengakui apa pun secara terang-terangan seperti (Name) memang langka.

"Ya sudah, makanlah yang banyak ya (Name)-cchi," ucap Kise lembut.

(Name) mengangguk dan keduanya menyantap makanan masing-masing. Setelahnya, (Name) dan Kise mencuci tangan.

Sejujurnya Kise ingin meminta sedikit lebih lama waktu dengan (Name), karena malam ini gadis itu tidak bisa ikut Meet & Greet sebab ini ada jadwal kursus. Tapi Kise takut (Name) dihukum di sekolahnya karena pulang terlalu lama.

"Kalau Ryouta-kun senggang. Apa kau mau menemaniku membolos?" tawar (Name).

"Tentu saja-ssu! Eh, tapi nanti (Name)-cchi dihukum," ucap Kise merasa tak enak.

"Tidak, kok! Aku, 'kan punya surat dispensasi. Di sana juga tidak tertulis batas izinku sampai jam berapa." (Name) memamerkan cengiran kuda, "Ya, paling-paling Akashi yang marah dan menghukumku."

Akhirnya mereka memutuskan untuk ke mall terdekat. (Name) memakai hoodie putih yang sengaja dipersiapkannya agar tidak terciduk sebagai 'pelajar yang berkeliaran'. Sementara Kise memakai hoodie hitam plus masker senada, tak lupa kacamata hitamnya.

Mereka berdua memasuki lift. Dan tiba-tiba, liftnya berhenti berfungsi. (Name) dan Kise sama-sama panik. Tapi Kise berusaha mengurangi rasa paniknya demi menenangkan (Name).

"Ry-Ryouta-kun ... aku takut." (Name) menitikkan airmatanya dan badannya gemetar.

Kise juga sangat takut sejujurnya. Tapi ia teringat pesan Kasamatsu; jangan bersikap seperti perempuan Kise!

Kise melepas maskernya karena pengap, ia langsung mendekap (Name) untuk menenangkannya, "Tenang ya (Name)-cchi, pasti mereka sedang berusaha memperbaikinya-ssu."

"Aku takut Ryouta..."

"Jangan takut. Ada aku di sini, (Name)-cchi. Kita akan baik-baik saja."

Dan beberapa sekon kemudian, lift kembali berfungsi. Kise dan (Name) tentunya lega. Kise menghapus airmata (Name) dan mengecup singkat kelopak mata gadis itu.

"Aku bilang, kita akan baik-baik saja."

"Ryouta..." Kini (Name) betucap lirih bukan karena sedih, tapi karena malu. Seluruh wajahnya panas dan memerah.

Mereka pun keluar dari lift dan mengitari area lantai dua. Tangan Kise bertaut dengan milik (Name) seakan ia tak membiarkan gadis itu lepas, setidaknya untuk hari ini.

"(Name)-cchi," panggil Kise ditengah bisingnya hiruk pikuk pusat perbelanjaan Kyoto. Namun, (Name) masih dapat mendengar jelas, "Ya?"

Kise dan (Name) mengambil duduk di sofa depan toko buku karena disana cukup tenang. "Nanti akan ada yang akan datang dan menemuimu-ssu."

"Benarkah? Siapa?" tanggap (Name) penasaran.

"Ibu dan kedua kakakku. Yang paling bersemangat sih Okaa-san karena dia penggemarmu," jawab Kise sembari tersenyum. Dirinya yakin, kali ini ia memperkenalkan gadis yang tepat.

"Astaga. Mereka juga di Kyoto? Aku senang sekali!" Setelah (Name) berseru riang, telpon Kise berdering, "Ya Onee-chan? Kalian di mana?"

"Sudah di lantai dua. Kalian di mananya Ryouta?" tanya si kakak sulung.

"Di dekat toko buku, di sini ada juga kios eskrim-ssu."

"Oh, ya. Aku sudah melihat kios itu."

Derap langkah kaki dan suara bising mulai terdengar. Ketiga perempuan yang sama-sama bermarga Kise itu melangkahkan kakinya dengan antusias ke tempat Ryouta dan (Name) berada.

"Kyaaa!" Ibunya Kise langsung memeluk (Name). Wanita itu menggoyangkan tubuh (Name) ke kanan dan kiri saking gemasnya. Setelah selesai berpelukan, Ibunda Kise mengusap pipi dan rambut (Name), "Kau cantik sekali lebih dari yang di TV! Ayo kita foto-ssu!"

"Arigatou gozaimasu, Bibi. Bibi juga sangat cantik, lho! Buktinya anak-anak Bibi semuanya berparas rupawan. Ah, ayo kita foto."

Ryouta langsung menjepret berbagai macam foto Ibunya dengan (Name). Ryouna mengulas senyum, sementara Ryouka—si anak tengah mengapit dagunya dengan jari telunjuk dan jempol, ia mengangguk-ngangguk seolah memberi lampu hijau.

"Pujiannya tulus, sikap ramahnya tidak dibuat-buat alias bermuka dua. Hanya saja, gadis ini tipe orang yang emosional, Ryouta harus lebih sabar menghadapinya."

"-san?"

"Ryouka-san?" panggil (Name) kedua kalinya.

"E-eh. Ya?" sahut Ryouka membuyarkan lamunannya.

"Sumimasen ... kata Okaa-chan aku boleh memanggil nama depanmu biar aku tidak bingung. Salam kenal Ryouka-san." Senyuman manis (Name) belum memudar, ia mengulurkan tangannya.

Ryouka menjabat tangan (Name), "Ya. Salam kenal, (Name)," ucapnya ramah.

"Kali ini terlihat tidak jutek, ya?" Ryouna bertelepati dengan si bungsu.

"Sepertinya dia setuju-ssu."

Memang, sifat Ryouka saat pertama kali berkenalan dengan kedua mantan adiknya sangat ketus. Kali ini, Ryouka tampak berbeda.

Mereka berlima pun mengelilingi mall. Ibunya Kise memanjakan (Name) seperti anaknya—bahkan sampai melupakan tiga anaknya sendiri. Tapi, ketiganya tak mempermasalahkan itu. Terlebih saat mengetahui (Name) tidak punya siapa-siapa.

"Hueee! Kenapa malah Okaa-chan yang lebih banyak menempel dengan (Name)-cchi. Aku cemburu-ssu," keluh si bungsu pada kedua kakaknya.

Ryouna pun menjewer telinga kanan adiknya. "Ryouta bodoh, kau sendiri yang bilang kalau (Name) tidak punya orangtua. Sudahlah, biarkan saja."

Ryouka ikut menjewer telinga yang satunya, "Kau ini belum jadi apa-apanya Ryouta, jangan posesif seperti itu. Atau dia tidak akan sudi denganmu."

Ryouta mengaduh kesakitan kala dijewer kedua kakaknya secata bersamaan.

"Astaga!" Ibunya Kise menepuk jidatnya, "Kenapa malah Okaa-chan yang terus-terusan menempel dengan (Name)-chan. Sini Ryouta!"

Si empu nama dengan semangat berjalan ke depan. Ibunya Kise menyerahkan (Name) pada putra bungsunya itu. Wanita itupun tersenyum lebar.

"Gandengan dong-ssu!" goda Ibunya Kise.

Wajah (Name) lagi-lagi memerah. Dibalik maskernya, Kise pun sama. Ia memang ingin menempel dengan (Name), tapi ia jadi malu didepan keluarganya karena terus-terus digoda.

Kise pun mengamit tangan (Name) dan mereka berjalan lagi. Kedua perempuan di belakang tersenyum lebar, sedangkan Ryouka hanya tersenyum simpul, ia memang sulit berekspresi.

Hampir seluruh sudut mall telah mereka kunjungi. Mulai dari toko baju, game center bahkan sempat menyambangi tempat karaoke selama 1 jam. Keluarga Kise tanpa terkecuali sangat bahagia menghabiskan waktu dengan (Name), sosok yang memang benar-benar membawa energi positif.

Kini, Ibunya Kise dan kedua kakak perempuannya pamit pergi. Mereka memberikan ruang si bungsu dan (Name) untuk bersama lebih leluasa.

Kise dan (Name) yang sama-sama bosan di mall pun keluar. Mereka pergi ke taman terdekat yang kebetulan sedang sepi. (Name) dan Kise langsung duduk di ayunan gantung.

"Ne, ne Ryouta-kun. Ayo kita melayang ke depan! Siapa yang mendarat paling jauh, dia yang menang!" tantang (Name).

"Yang menang boleh meminta apapun?"

"Hu'um!"

"Tantangan diterima." Kise dan (Name) sama-sama mendorong ayunan yang mereka duduki kearah belakang. Lalu, saat ayunan terdorong ke depan, mereka sama-sama melompat dan menjerit dengan hebohnya, amat sangat bahagia.

Pada akhirnya, Kise dan (Name) mendarat di tempat yang sama. Mereka berdua sama-sama berbaring menghadap langit biru cerah di pukul 3 sore, sembari menertawakan permainan aneh yang barusan mereka lakukan.

"Jadi kita sama-sama menang ya," ucap (Name).

"Kita saling meminta saja-ssu," usul Kise yang disetujui oleh (Name).

"Hm. Kalau begitu, aku mau minta pancake mangga."

Kise berhenti menatap langit. Ia menolehkan wajahnya ke (Name). (Name) juga ikut menoleh ke Kise hingga spasi di antara wajah mereka sangat menipis.

"Coba (Name)-cchi senyum."

(Name) pun tersenyum lebar seperti yang Kise pinta.

"Aku minta jangan pernah hilangkan senyuman itu dari (Name)-cchi, teruslah bahagia seperti hari ini-ssu."

"Dan terima kasih sudah membuat pengalaman berkesan di Kyoto bersamaku. Prefektur ini tidak salah, hanya saja, saat itu aku belum dipertemukan dengan orang yang tepat."

✨⭐✨

Omake:

Senja hari di Rakuzan.

(Name) berjalan dengan membungkuk. Kedua tangannya ia taruh di pinggang. Peluh membanjir deras ke seluruh tubuh. Napasnya tersengal-sengal.

Katsuki yang baru keluar dari koperasi sekolah terheran-heran. "Eh (Name)-san? Mengapa kau jalan seperti nenek-nenek?"

("Kau memanfaatkan surat dispensasi untuk membolos. Dan kau sengaja memblokir kontakku?")

("Sumimasen kapten. Aku—,")

"Aku dihukum Akashi lari mengelilingi Rakuzan 20 kali," jawab (Name) dengan lemas.

"Haah?" Katsuki tak habis pikir. Rakuzan adalah sekolah elit nomor wahid di Kyoto dengan area yang sangat-sangat luas! Katsuki merasa iba dan salut disaat bersamaan, (Name) sangat tangguh karena sanggup mengelilinginya.

Beberapa sekon kemudian,  (Name) tak sanggup lagi berdiri. Ia ambruk dengan wajah mencium lantai. "Kat-chan ... galikan ... aku ... kuburan." Setelahnya, (Name) tak sadarkan diri.

"(Name)-san, jangan mati dulu! Kau belum melunasi hutangmu!!!"

Njir MC mati awokwokwok.
Tamat. Semua kapal gada yang win :v Ending yang membagongkan:v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com