Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

SPECIAL CHAP ; Videocall

 Aomine Daiki x (Name)

"Aku sangat merindukannya. Jarak ini benar-benar menyiksa."

Timeline : Sebelum Seirin vs Shutoku. Berarti sebelum mereka boncengan di motor.

⭐✨⭐

Saat ini, (Name) tengah memakai masker wajah berbahan dasar kopi yang direkomendasikan oleh Mibuchi. Alhasil, kondisi seluruh wajahnya sekarang jadi hitam legam.

Ponselnya yang berada di nakas betgetar, (Name) segera mengambil benda pipih itu dan membaca pesan yang masuk.

From : AHOmine Daiki Sinting Gila Miring.

(Name)?

Ayo video call.

Aku lagi maskeran Aho!

Dasar pengganggu.

Ayolah.

Ayolah (Name).

Oi.

A y o l a h.

[5 Panggilan Tak Terjawab]

Dan bisa-bisanya mahluk bernama Aomine Daiki ingin mengajaknya video call di saat yang tak tepat. Masker itu barulah beberapa detik melekat di wajahnya dan perlu beberapa menit lagi untuk dibilas. Akan tetapi, Aomine mengiriminya pesan secara terus-menerus alias spam.

Dengan malas, (Name) berjalan ke meja belajarnya. Ia menghidupkan laptop lalu menyiapkan panggilan video dengan Aomine.

"HAHAHAHA!" Di seberang sana Aomine tertawa meledak-ledak gara-gara melihat wajah aneh (Name).

"Apa yang lucu aho?! Dasar sinting!" gerutu (Name) sampai maskernya retak.

Aomine masih tertawa terbahak-bahak lalu bertanya, "Kau itu habis luluran dengan oli ya? Atau kau kena ledakan tabung gas?"

"Sembarangan kau aho! Sudah kubilang aku lagi maskeran!" (Name) menjawab Aomine dengan ngegas hingga maskernya jadi berantakan.

Aomine bertopang dagu dan mengernyitkan alisnya. "Kenapa kau harus pakai masker aneh itu? Maskernya Ibuku dan Satsuki berwarna putih."

(Name) menepuk jidatnya hingga maskernya semakin rusak. "Masker wajah itu banyak macamnya aho! Dasar bodoh, wawasanmu sesempit lubang hidung. Sesempit ini!" (Name) menunjuk-nunjuk lubang hidungnya.

Aomine terkekeh lalu menanggapi ejekan (Name). "Oi, oi. Jadi, kau merasa wawasanmu seluas samudera pasifik ya?"

"Iyalah!"

Aomine semakin bersemangat mempermainkan (Name). "Kalau begini coba tebak; Ayam dulu atau telur dulu?"

(Name) menjawab dengan cepat dan penuh keyakinan. "Telur dulu lah aho!"

"Lalu asalnya telur itu dari mana?"

"Dari ayamlah! Eh." (Name) jadi cengo untuk beberapa detik, "Jadi yang benar yang mana aho?!"

"Aku tidak tau, kau bilang aku aho. (Name) yang jenius dan wawasannya seluas samudera pasifik ini harusnya tau." Aomine menyilangkan tangannya di dada, menunggu reaksi apa yang akan dikeluarkan (Name).

"Argh ... pertanyaan aneh! Memang apa jawabannya?"

"Aku juga bingung. Kalau begitu, aku ganti pertanyaannya. Apa kau tahu periode jaman Sengoku?"

Setidaknya hanya ada satu pelajaran yang lumayan dikuasai seorang Aomine Daiki selain olahraga, yaitu sejarah Jepang. Jika di pelajaran lain ia membolos ke atap atau tidur, maka saat pelajaran sejarah Jepang, ia selalu menyimak dengan senang hati. Memang mengejutkan seorang Aomine cukup tertarik dengan pelajaran itu.

"Haa?!"

Sedangkan (Name) langsung bingung. Gadis ini memang hanya suka tiga mata pelajaran saja, yaitu; Bahasa Inggris, Olahraga dan Kesenian. Selain itu, ia sangat malas menyimak dengan sungguh-sungguh.

Jika Matematika dan fisika dianggap musuh, maka sejarah Jepang hanya sekadar dongeng sebelum ia menenggelamkan wajah di meja.

Aomine terkekeh. Baginya, ekspresi (Name) saat bingung dengan pertanyaan itu sangat lucu. "Kau tidak tau, ya?"

"Bukan tidak tau! Tapi lupa. Argh sial! Padahal baru kupelajari minggu lalu."  (Name) berusaha mengingatnya, ia benar-benar tidak ingin kelihatan bodoh didepan Aomine,  "Ahaa! 1460 sampai 1600, kan?"

Aomine tertawa keras lalu meralat jawaban ngawur (Name) dengan akurat, "Salah aho, yang benar 1467–1615."

(Name) berdiri dan berkacak pinggang dengan raut wajah penuh kemurkaan. "Heeh?! Mana ada! Kau itu pasti mengarang saja, 'kan?!"

(Name) tak percaya jawaban dari mulut Aomine itu benar. Padahal, memang itulah faktanya.

Aomine menyeringai lebar, ia senang karena ternyata ada orang yang lebih bodoh darinya."Kalau tidak percaya, coba lihat catatanmu."

(Name) segera mengambil buku catatan sejarahnya, ia membuka halaman yang dicatat pada minggu lalu. Saat membaca tentang jaman Sengoku, mata (Name) langsung membola.

Ia tak menyangka Aomine benar.

Wajah (Name) langsung memerah padam. "Uso?! Ini gila! Kenapa kau bisa pintar begitu?! Sial! Aku tidak terima ini! Kau sehat, 'kan? Apa kau sedang dirasuki Einstein?!"

Aomine menghela napasnya, lelah menghadapi (Name),
"Hah. Kau saja yang bodoh, itu mudah sekali."

"Cih!" (Name) meninggalkan Aomine, ia menuju ke kamar mandi karena ingin membilas masker.

Aomine yang melihat (Name) berjalan ke kamar mandi segera menjahilinya.
"Jangan ditutup (Name), kasih aku akses mengintipmu."

(Name) yang sudah mencapai pintu langsung menoleh ke layar monitor dan berteriak, "BAKA YAROU! SHINEEE HENTAI!!!"

(Name) memasuki kamar mandi dan membanting pintunya dengan keras.

Sfx : JEGEERR!!!

(Name) segera membilas wajahnya sambil menggerutu. "Dasar si kutu beras itu! Bisa-bisa tensi darah dan asam lambungku jadi naik."

Selepas membasuh wajahnya, (Name) kembali mendudukkan diri di kursi belajar. Matanya memandang malas orang yang terpampang di layar monitor laptop. "Dari sekian banyak manusia yang kau kenal, kenapa harus aku yang kau ajak video call?"

"Sudah jelas jawabannya karena aku merindukanmu."

"Cih!"

Hening untuk beberapa saat. Mereka saling memandangi dalam diam. Makin lama dipandangi, makin manis pula wajah (Name) di mata Aomine. Ia jadi ingin menggodanya lagi.

"(Name)?" panggil Aomine dengan lembut.

"Apa?!" sahut (Name) dengan tidak santai.

Aomine memberi (Name) kiss fly.

(Name) mendecih lalu mengumpati pemuda itu, "Ish! Kimochi warui!!! Dasar sinting!"

(Name) lagi-lagi meninggalkan Aomine karena perutnya lapar. Ia lelah. Berkomunikasi dengan orang seperti Aomine terlalu menguras tenaga.

(Name) kembali lagi ke depan monitor dengan membawa burger teriyaki. Aomine yang melihat makanan kesukaannya itu jadi ngiler. Namun, apalah daya, ia sudah menghabiskan uang tabungannya demi majalah Horikita Mai.

"Wah. Enak sekali," ucap Aomine sembari berusaha menahan air liurnya tidak menetes.

"Iyalah! Ini memang enak!" (Name) mengigit burgernya dengan lahap agar Aomine semakin ngiler. "Nyam nyam nyam nyam nyam."

Aomine menghela napas dan mensugesti dirinya sendiri. "Sabar, sabar. Hari ini Otou-san gajian, malam nanti akan ku borong burger teriyaki."

"Kau mau?" tawar (Name).

Aomine mengangguk, "Hm."

(Name) membelah burger itu dan mengarahkannya ke monitor. "Buka mulutmu! Aaa."

Aomine membuka mulutnya dan (Name) mengembalikan burger itu ke piring. Gadis itu mendadak jadi cemberut.
"Ah, gomen ... sinyal di Kyoto pasti jelek Ahomine-kun. Jadi, burgernya tidak bisa sampai kesana."

Satu detik.

Dua detik.

Di detik ketiga, tawa Aomine pecah.

Ternyata cinta itu tak hanya buta, tapi juga tuli. Walaupun lawakan (Name) amat garing dan tidak ada lucu-lucunya sama sekali, Aonine sangat terhibur.

Dahi (Name) langsung mengerut saat menangkap sesuatu yang 'luar binasa' di dinding kamar Aomine. "Astaga! Kenapa bisa ada foto seperti itu di kamarmu Ahomine?!"

Foto 'seperti itu' yang dimaksud (Name) adalah poster Mai-chan yang sedang memakai bikini putih di pantai.

"Karena aku mengidolakannya," jawab Aomine sekenanya.

"Menijikkan! Dan bisa-bisanya ada poster itu di sana. Memangnya kau tidak kena marah orangtuamu?" (Name) tak habis pikir poster itu bisa lolos sensor di kediaman Aomine.

"Tidak."

Sebenarnya ibunya Aomine sudah melarang, menyobek bahkan membakar barang-barang laknat koleksi putra tunggalnya ini. Akan tetapi, sang ayah selalu membela putranya itu dengan dalih 'Biarlah, dia, 'kan laki-laki normal.' Alhasil, Ibunya Aomine pasrah.

Sifat mesum Aomine Daiki itu menurun dari ayahnya. Mereka kerap kali berdiskusi tentang model-model seksi secara sembunyi-sembunyi. Meskipun begitu, kehidupan rumah tangga tetap baik-baik saja karena ayah Aomine sangat mencintai Istrinya. Model di majalah hanya hiburan semata.

"Memangnya tidak ada fotonya yang lebih waras?!"

"Untuk ukuran model majalah dewasa, inilah fotonya yang paling waras. Bahkan aku pernah memajang fotonya yang te—"

Lagi-lagi (Name) meledak-ledak sampai keringatnya mengucur deras. Ia pun meneriaki Aomine seperti penyanyi rock hingga membuat jendela bergetar. Mayuzumi sedang tidak ada di rumah, jadi tidak ada yang menegur (Name).

"GILA! SEMOGA MATAMU BISULAN TUJUH WARNA SEBESAR BOLA BASKET!"

"ORANG MESUM SEPERTIMU HARUS DIBERI AZAB BIAR KAPOK!"

Duaar!!!

Di Tokyo sana, terdengar bunyi petir yang menggelegar. Aneh, padahal ini siang bolong dan cuaca sedang cerah. Aomine bergidik ngeri. Sebab, baru-baru ini ia menonton sebuah video yang menampilkan scene serupa.

Ada orang yang melontarkan sumpah serapah. Dan beberapa detik kemudian, terdengar suara guntur yang keras. Sumpah itupun benar-benar terjadi.

"Ya, ya! Aku akan membuang poster itu. Tapi, gantinya adalah fotomu. Bagaimana?" tawar Aomine.

"HAH?! KAU PIKIR AKU SUDI BERFOTO SEPERTI ITU? Walaupun kau menyogokku satu truk mangga Miyazaki, aku tidak mau! Dasar—"

Aomine segera menyangkal pikiran aneh (Name), "Aku tidak menyuruhmu berfoto seperti itu. Tapi, kirimkan saja fotomu yang paling cantik. Nanti aku jadikan poster dan kutempel di sana."

"Hah?! Tidak mau!"

"Kalau begitu, aku screenshot dari sini ya?"

"JANGAN!" (Name) menutupi kamera di laptopnya dengan telapak tangan.

"Aku sudah dari tadi mengumpulkam screenshot wajahmu aho."

"HAH?! SHINNEE AOMINE!!!"

Setidaknya ada dua laki-laki lain yang gemar sekali membuat (Name) meledak-ledak seperti ini, yaitu Kagami dan Katsuki. Akan tetapi, Aomine lah yang paling meresahkan.

✨⭐✨

Esok harinya, Aomine benar-benar membuang poster Mai-chan dan menggantinya dengan foto (Name) yang ia screenshot.

"Mau bagaimanapun ekspresimu, kau tetap cantik. Daisuki (Name)."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com