Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

31

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

Matahari yang condong ke barat bersinar di atas Qusqu, kota yang ramai itu. Yuraq dan rombongannya telah mendapati diri mereka hanyut dalam kerumunan orang.

Tidak seperti desa yang dia tinggali, bangunan dan rumah yang ditemuinya di kota ini begitu berdempetan. Begitu sesak, sampai-sampai halaman mereka — yang hanya ditumbuhi rumput pendek dan sedikit gulma — tidak lebih lebar dari seperbagian kukuchu tupu¹ dari pinggir halaman ke dinding luar bangunan.

Selain itu, dinding-dinding raksasa banyak membentang di sepanjang ibukota. Tanggul-tanggul batu tersebut bukan sekadar besar, namun menjulang tinggi hingga 4 rikra², dan tidak dapat ditembus dengan tebalnya yang selebar jalan. Bata kelabu yang menyusunnya bahkan setara besarnya — beberapa dari potongan granit kotak itu lebih besar dari rumah Yuraq di kampung.

Apapun bisa ada di balik dinding-dinding itu. Beberapa ada yang mengarah ke sisi kota yang lain. Beberapa adalah bagian dari bangunan yang mewah atau penting, seperti kuil misalnya. Beberapa adalah lahan yang lebih tinggi dari yang mereka tapaki, biasanya lengkap dengan bangunan, rumah, dan bahkan jalan di atasnya. Yuraq dapat melihat orang lalu-lalang di atas salah satu dinding.

Di tengah perjalanan — saat Yuraq tengah asyik-asyiknya mengamati pemandangan ibukota — Samin yang berjalan di sisi kanannya memanggil.

"Hei. Yuraq."

Gadis itu dengan segera menoleh pada Samin. "Ya Kak?"

"Omong-omong, kita bakal menginap di sini."

"Memangnya kenapa Kak?" Yuraq bertanya penasaran.

"Kita baru lanjut jalan besok pagi."

"Besok?" tanya Yuraq heran. "Kenapa gitu Kak?"

"Kita gak bisa singgah sembarangan di sini," jawab Samin. "Kalau kita bikin tenda di pinggir jalan nanti mengganggu ketertiban kota. Kamu perhatikan gak, kalau selama ini kita selalu bikin tenda di jalan-jalan sepi? Gak pernah di permukiman warga?"

"Oh iya ya..." gadis itu menanggapi. "Kalau gitu, kita menginap di mana Kak?"

"Oh itu," tanggap Samin. Wanita itu menunjuk pada satu titik di depan rombongan, agak miring ke kanan. "Di sana ada penginapan. Dekat sama dekat alun-alun, cuma ratusan rikra dari sana. Terakhir aku di sana tempatnya enak buat diinapi. Peranginannya sejuk, kamarnya gak pengap, dan kasurnya empuk."

"Wah? Kakak pernah menginap di sana?" Mata Yuraq berbinar-binar. "Kapan? Terus alun-alun ini maksudnya alun-alun yang ada 4 jalannya itu?"

"Iya Yuraq," Samin menjawab. "Soal kapan aku pernah ke sana... ah, itu... sekitar 1½ tahun yang lalu. Jadi gini."

Maka berceritalah wanita itu pada sang gadis. Bak seorang pendongeng handal, Samin membumbui pengalamannya dengan hal-hal menarik yang sebagian besar merupakan hasil dari ingatannya yang salah. Namun, inti dari pembicaraan itu tetap jelas, dan tentunya tanpa membuatnya kurang menarik. Sementara itu, Yuraq menjadi tahu bahwa sang kakak pernah ikut Hakan untuk urusan bisnis di Daerah Utara, dan wanita dipilih karena kemampuan bicaranya.

Di tengah perjalanan itu, Yuraq mulai mendengar derap kaki yang keras datang dari sebelah kiri persimpangan.

Jalan itu adalah jalan yang lebar namun pendek, tidak mencapai 15 rikra panjangnya. Jalan tersebut 'menabrak' jalan lurus yang rombongan itu lalui, membentuk suatu simpang tiga. Bangunan dan rumah yang tinggi, berdempetan, dan tak berhalaman mengisi kompleks tersebut.

Di sekitar ujung lain jalan pendek tersebut, Yuraq terdiam — dan begitu juga rombongannya. Gadis itu memperhatikan bahwa di sana, kerumunan manusia nampak menyingkir dari jalan lain ke mana jalan pendek itu mengarah, seakan-akan ada yang hendak lewat. Sementara itu, derapan itu semakin keras dan semakin dekat.

Kemudian, dari balik gedung, muncullah 2 sosok aneh yang duduk di atas sesuatu. Sinar mentari yang kuning kejinggaan menghujani mereka layaknya orang-orang dan bangunan-bangunan di sini. Badan mereka terlihat begitu bersinar, seakan terbuat dari perak. Meskipun demikian, Yuraq — setelah menyempitkan matanya dengan intens — mendapatkan wujud manusia mereka, serta... makhluk apapun yang berada di bawah keduanya.

Dua orang ini nampak seperti pria, namun badan mereka tertutup oleh logam kecuali muka pucat mereka, yang ditumbuhi oleh jenggot hitam yang lebat. Di mana mereka duduk adalah apa yang nampak seperti hewan mirip lama berwarna cokelat, namun dari kepalanya Yuraq tahu bahwa makhluk ini bukanlah lama sama sekali. Mukanya besar dan panjang, dan rambut panjang menjuntai dari sepanjang leher yang juga tebal mengikuti kepalanya. Dari bagaimana terlihat kepala hewan ini dan tubuh manusia yang mendudukinya, makhluk ini pastilah lebih besar dari lama.

"Astaga..." Seru Hakan. "Jadi ini makhluknya?" Orang-orang dalam rombongan selain Pacha terkejut melihat penampakan itu, hingga dua orang tersebut bersama hewan mereka menghilang di balik bangunan.

"Itu yang namanya... apa itu?" tanya Titu pada Pacha.

"Orang-orang laut," jawab pria itu dengan serius. "Dengan kawallu mereka. Aku penasaran mereka ngapain lagi di kota ini."

Sementara itu, orang-orang di persimpangan ini masih berdiri dan berjalan bingung, meskipun tidak sedikit dari mereka yang mulai berjalan meninggalkan tempat ini seperti biasa, seakan tidak terjadi apa-apa. Rombongan Yuraq pun mulai mengalihkan perhatian mereka dari persimpangan di seberang sana.

"Kita lanjut jalan sudah," beritahu Hakan di ujung depan rombongan. "Biar kita bisa cepat istirahat." Maka rombongan tersebut berjalan meninggalkan lokasi, lurus ke arah alun-alun.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Setelah sejam berlalu, rombongan itu sampai di suatu kompleks perumahan yang sekilas nampak seperti kompleks perumahan biasa. Semua bangunan di sini berlantai satu dan terlihat saling sambung-menyambung, membentuk semacam labirin yang dinding kelabunya terdiri atas bata-bata sebesar kepala manusia. Selain itu, tempat ini jauh lebih sepi dari sisi lain Qusqu sang ibukota — orang-orang di rombongan hanya bertemu paling banyak 10 orang di jalan.

"Kalau itu tadi Kuil Matahari³, kok gak ada emasnya?" Yuraq bertanya.

"Emasnya sudah dikupas semua sama orang-orang laut." jawab Pacha yang berjalan di sisi kiri gadis itu.

"Ah? Yah..." Yuraq tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan kekecewaannya. "Padahal aku belum pernah lihat bangunan yang serba tertutup emas."

"Iya," tanggap Samin. Wanita itu masih berjalan di sisi kanannya sejak di persimpangan itu. "Sayang sekali sudah begitu. Pas aku terakhir di kota ini, bangunannya kelihatan bagus gitu. Di pinggir-pinggirnya ada emas, terus emasnya punya ornamen dan..."

Samin memperhatikan bahwa adiknya itu cemberut. Sepertinya melanjutkan cerita seperti ini merusak suasana hati sang gadis.

"Omong-omong, bentar lagi kita sampai, Yuraq," seru wanita itu untuk mengalihkan perhatian Yuraq.

Dengan seketika mata gadis itu menjadi cerah dan dia kembali antusias. "Di alun-alun apa tempat penginapannya?" tanya Yuraq.

"Dua-duanya," Samin menjawab.

"Yang bener Kak?" gadis itu bertanya heran. "Di tempat kayak gini?"

"Iya," tanggap Samin.

"Tapi di mana bangunan tingginya, istananya, dinding-dindingnya, sama..."

Samin tertawa mendengar hal itu. "Jadi itu yang kamu kira. Sayangnya tempat ini gak gitu sih."

Suasana hati Yuraq menjadi kecut. Dia merasa bayang-bayangnya telah dikhianati.

Sementara itu — hanya dalam puluhan langkah — rombongan tersebut keluar dari 'labirin' itu. Kini mereka mendapati diri berada di pojok suatu lapangan luas. Lantainya terbuat dari batu-batu krem tak beraturan yang ditempelkan terhadap satu sama lain. Di sana tidak ada — atau hanya ada sedikit — rumput atau gulma yang tumbuh. Di tengah-tengah lahan kosong tersebut, terdapat suatu panggung yang bertingkat, terlihat seperti piramida mini yang ceper. Struktur tersebut melambangkan pusat dari jantung Qusqu, dan secara luas Tawantinsuyu.

"Selamat datang di alun-alun Qusqu!" seru Samin ramah pada Yuraq.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Keterangan:

¹1 kukuchu tupu ≈ 1 hasta ≈ 44–53 cm.

²1 rikra ≈ 1.829 m.

³Terjemahan dari Intikancha (sekarang dikenal sebagai Qorikancha), yaitu kuil terpenting Kekaisaran Inka yang dipersembahkan untuk sang dewa matahari.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com