4
₪ ₪ ₪ ₪
"Sialan!" Kusi berseru. "Ayo Yuraq! Kita balik ke rumah."
Yuraq menuruti apa yang sang ayah katakan.
Sementara itu, dia memperhatikan bahwa warga yang awalnya panik menjadi semakin panik. Sebagian orang lari lalu lalang, entah ingin melarikan diri atau mengambil senjata. Yang lain berlutut di tanah, menangis dan berusaha menghibur satu sama lain.
Sesampainya di rumah, tanpa banyak pikir, keduanya memasukkan seluruh barang-barang mereka dalam tas-tas kain. Karpet, gelas, piring, pakaian, semuanya dimasukkan. Mumi ibunda, duduk di pojok ruang tamu, hanya bisa menyaksikan suami dan putrinya tergesa-gesa mengumpulkan semua kepunyaan mereka.
"Cepat Yuraq! Masukkan ini juga ke dalam tas!" Kusi menyodorkan sebuah gelas ke Yuraq. "Aku gulung karpetnya kalo sempat!"
"Iya Yah!" Yuraq segera mengambil gelas itu dari tangan Kusi, lalu membawanya ke dalam tas.
Kesibukan yang tak terinterupsi itu akhirnya terinterupsi juga, saat mereka mendengar jeritan keras dari sisi lain desa. Baik Yuraq maupun Kusi membeku di tempat untuk sesaat.
"Sialan... mereka udah sampai." Kusi mengumpat.
Karpet yang setengah tergulung itu Kusi tinggalkan begitu saja. "Cepat Yuraq! Bawa llama-nya! Kita harus pergi dari sini! Mereka udah datang! Mereka udah datang!"
Yuraq kaget dengan seruan ayahnya itu. "Iya! Iya!" Saat dia akan keluar dari rumah itu, dia melihat sesosok mumi yang duduk di sudut ruang tamu. Badannya yang hanyalah tulang berkulit itu meringkuk, dihiasi kain-kain putih di kepala dan pergelangan tangan. Wajahnya yang menyerupai tengkorak itu seakan menoleh pada diri Yuraq.
"Yah! Ibu gimana?"
Kusi keluar dari rumah itu duluan. "Tinggalin aja kalo bisa! Mumi gak bisa dibunuh orang!"
Kemudian karena suatu alasan, sang ayah berdiri terdiam di depan pintu. Matanya tertuju ke arah plaza.
"Ada apa Yah?" Yuraq keluar dari rumah itu, hanya untuk mendapati bahwa daerah plaza sedang dilahap api.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Kedua tas besar berwarna merah tua, berisi semua barang yang mereka dapat bebani ke llama pribadi mereka, telah dipasang pada punggung sang hewan berbulu lebat. Sisanya berada dalam tas keranjang yang Yuraq dan Kusi angkut.
Selain tas itu, Kusi juga membawa mumi istrinya di punggung pada tas keranjang lain yang berada di punggungnya, sementara tas yang satunya berada di dadanya. Ironis, mengingat dialah yang menyarankan Yuraq untuk meninggalkan sang mumi.
Tangan kanan Kusi juga memegang sebatang gada dari kayu dan batu untuk melawan sang penyerang.
"Ayo Nak! Kita jalan!"
"Hmm!"
Mereka bertiga (atau berempat jika menghitung sang mumi) berjalan dengan langkah cepat, menjauh dari plaza. Yuraq melihat ke belakang, mendapati bahwa orang-orang berlarian dari plaza, baik dengan jeritan, tangisan, panah di badan, maupun kobaran api di badan. Gadis muda itu memegang erat tunik ayahnya tanpa menghentikan jalan mereka, membenamkan mukanya di sana sambil menangis.
Dia tidak pernah setakut ini seumur hidup.
Kusi tidak melihat Yuraq. Matanya terfokus pada jalan keluar yang akan mereka lalui, yaitu bukaan pada dinding batu yang besar. Meskipun demikian, dia sadar betapa takutnya putri semata wayangnya itu. Dia mengelus kepala gadis muda itu dengan tangan kanannya.
Kemudian, hal terburuk yang dapat terjadi pada mereka pun terjadi.
Kusi memperhatikan bahwa orang dengan tunik kotak-kotak krem dan putih, helm kerucut, serta gada batu sedang mendekati mereka dari kiri dan kanan.
"Sialan." Kusi mengumpat dengan pelan. Tangan kanannya mulai meraih gada di tas depannya. Matanya langsung tertuju pada Yuraq, yang masih membenamkan mukanya pada tuniknya.
"Yuraq!" Kusi berbisik dengan keras sambil menjauhkan Yuraq dari badannya. "Tinggalin Ayah cepat!"
Yuraq yang matanya bengkak dari menangis menjadi bingung. "Ayah?"
"Mereka di sini! Pergi duluan!" Kusi sudah mengeluarkan gadanya.
"Tapi Yah–"
"Gak ada tapi-tapian! Cepat lari atau kamu dibunuh!"
Kemudian, tentara-tentara yang mengelilingi Yuraq dan Kusi sudah tidak bermalu-malu lagi. Mereka menyergap sepasang ayah dan anak itu. Tangan mereka mencengkram kedua warga desa tersebut.
"Loh Pak? Mau ke mana Pak? Gak boleh kabur Pak!" Tentara-tentara itu mulai mengayunkan gada mereka, yang Kusi berusaha tangkis. Gada-gada itu berhasil mematahkan lengan kiri bawah pria itu, dan membuat rusuk kirinya penyok.
Sementara itu, Yuraq berlari mengelilingi kerumunan itu sambil menangis dengan keras, dikejar-kejar oleh tentara lainnya.
Akhirnya, salah satu tentara berhasil menangkap pergelangan tangan Yuraq. Tentara yang satunya sudah mulai mengayunkan gadanya ke gadis muda itu.
Kusi yang memperhatikan ini menjadi geram. Dengan sekuat tenaga, dia mengayunkan gadanya dengan kencang, menghancurkan rahang, muka, dan batok kepala tentara yang mengeroyoknya. Lalu dengan segera, dia menghantamkan gada itu ke dua tentara yang menangkap anaknya.
"JANGAN MACAM-MACAM KALIAN SAMA ANAKKU!"
Kusi, Yuraq, dan semua orang yang mengelilingi mereka menjadi berlumuran darah.
Tanpa banyak pikir, Kusi membentak Yuraq.
"KABUR YURAQ! PERGI JAUH-JAUH! JANGAN KEMBALI!"
Yuraq memandang sang ayah dengan mata lebar dan berair-air. Dia tidak ingin meninggalkan keluarga satu-satunya di dunia ini. Meskipun demikian, semua ini membuatnya sangat ketakutan.
Sementara itu, tentara-tentara lain mulai berdatangan, lengkap dengan gada untuk membunuh. Kusi akan menghampiri ajalnya.
"PERGI SANA! AYAH BAKAL MATI! PERGI JAUH-JAUH JANGAN BERHENTI ATAU MELIHAT KEBELAKANG!"
Yuraq semakin terdorong untuk pergi, namun dia masih membeku di tempat.
"HIDUPLAH BUAT AYAH DAN IBU!"
Dipaksa oleh sang ayah, dan tidak tahan dengan semua kengerian ini, Yuraq pun mulai berlari sekuat tenaga.
Sementara itu, para tentara mulai mengeroyok Kusi kembali, tanpa memperhatikan sang anak yang melarikan diri. Mereka mengayunkan gada terhadap dirinya, yang dia tangkis sekuat tenaga dengan tangan dan gada di tangannya. Pukulan para tentara itu menghancurkan seluruh tulangnya, dari kaki hingga kepala. Mukanya hancur menjadi apa yang tidak manusia kenal sebagai wajah. Pria itu pada akhirnya tersungkur lemas di jalan. Para tentara pun menghentikan ayunan gada mereka, sudah 'puas' dengan serangan tersebut.
Sementara itu, Yuraq masih berlari kencang menuju gerbang batu itu tanpa melihat ke belakang. Pesan terakhir sang ayah terngiang-ngiang di kepalanya, dan hanya itu yang ada di benaknya saat ini.
Tiba-tiba, seorang tentara dengan gada muncul di hadapannya. Yuraq begitu kaget, sehingga tanpa sengaja menghentikan larinya.
"Hiyaa! Mau kemana kamu dedek kecil? Pria muda itu tersenyum padanya, layaknya seorang pemburu yang berhasil menyudutkan seekor hewan kecil.
Yuraq berjalan mundur dengan pelan, sambil memegang tas di punggungnya dengan erat. Tentara itu berjalan maju dengan pelan, membawa gada di tangan kanan, bersiap menangkap buruannya. Mereka saling menatap mata.
Kemudian, Yuraq mendapat ide.
Sang gadis muda menarik tas keranjangnya dari punggung dengan cepat, lalu melemparnya ke muka sang tentara muda. Pria itu begitu terkejut hingga menjatuhkan gadanya. Yuraq memanfaatkan keadaan ini untuk berlari sekuat tenaga keluar melalui gerbang itu.
Dan akhirnya, Yuraq mendapati dirinya pada suatu jalan yang sepi, dikelilingi perumahan. Tanpa banyak pikir, dia segera bersembunyi pada salah satu bangunan itu.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Cek juga karya-karya berikut di Wattpad! Di sini ada setting dan tema yang beragam,
Seperti time travel psikis ke zaman lampau Inggris oleh HygeaGalenica,

Dan dukun Joseon dengan nuansa isekai oleh kireiskye,

Cek karya mereka dan berikan banyak vote dan comment!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com