✨ Bab 2 : Pengkhianatan
Pagi-pagi, Yang Qian sudah berada di ruangan penelitiannya karena ia terlalu semangat untuk mencari tahu rahasia di balik sebuah surat yang ia teliti.
"Kenapa raja tidak bisa bertindak apa-apa saat permaisuri kesayangannya dibunuh? Bukankah, raja punya kuasa yang mutlak dan menempati kedudukan tertinggi?" gumam Yang Qian sambil terus menerjemahkan kata perkata dari surat yang ditulis oleh wanita tercantik di Zaman Dinasti Tang itu.
"Mungkin ada sesuatu yang membuat raja tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Ji Wanting yang mendengar gumaman Yang Qian.
"Huwaa, bisa jadi! Wan-wan, kamu memang jenius. Aku jadi ingin tahu bagaimana kisah dibalik surat ini," kata Yang Qian dengan mata berbinar.
Ji Wanting hanya tersenyum menanggapi apa yang dikatakan oleh Yang Qian kemudian ia bertanya, "Apakah kamu sudah selesai menerjemahkan suratnya?"
"Belum, surat ini banyak sekali kosa kata yang tidak aku mengerti tapi aku sedikit paham dengan isi suratnya."
"Benarkah, begitu?"
"Yah, begitulah. Intinya isi suratnya tentang perpisahan."
"Kalau sudah selesai nanti kamu kasih tau aku ya! Bolehkan, aku membacanya?"
Yang Qian menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan dari Ji Wanting tanpa rasa curiga sedikit pun karena ia dan Ji Wanting berteman baik. Tak mungkin Ji Wanting berbuat sesuatu yang buruk kepadanya, itulah yang dipercayai oleh Yang Qian.
Kapan pun Ji Wanting butuh bantuan Yang Qian selalu siap menolongnya, semampu yang ia bisa, begitu pula sebaliknya.
"Oh ya! Wan-wan, surat yang aku berikan kemaren kamu sudah mulai menelitinya, kah?"
Mendengar pertanyaan Yang Qian raut wajah Ji Wanting berubah muram tapi itu hanya sebentar dan tak disadari oleh Yang Qian.
"Belum, aku sedang fokus mengerjakan tugas mata kuliah yang lain," ucap Ji Wanting berbohong.
"Kalau kamu butuh bantuan aku siap membantu," kata Yang Qian sambil menepuk bahunya Ji Wanting.
"Xiao Qian, memang yang terbaik," ucap Ji Wanting sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Saat mereka tengah asyik berbicara seorang mahasiswa semester baru datang dan memberi tahu Yang Qian bahwa ia dipanggil ke ruangan Dekan.
Mendengar hal itu, Yang Qian segera pergi menemui Dekan yang memanggilnya. Meninggalkan Ji Wanting yang merasa iri dengan kepintaran yang dimiliki oleh Yang Qian, bahkan dekan pun mencarinya.
"Pasti mereka sedang membicarakan sesuatu," teriak batin Ji Wanting dan meremas kertas yang ada di dekatnya lalu membuangnya ke tong sampah.
Sementara itu, Yang Qian di ruangan Dekan mendapatkan pujian karena meneliti surat-surat kuno, sekaligus mendapatkan dukungan dari dosen-dosen yang lain.
"Xiao Qian, ini pertama kalinya universitas kita meneliti surat-surat kuno," kata Dekan Lu Han untuk menyemangati Yang Qian.
"Iyah, Dekan Lu, ini berkat kerja keras dan kerjasama saya dengan teman," kata Yang Qian dengan jujur.
"Kalau kamu bisa selesaikan penelitiannya dalam waktu dekat, saya akan bebaskan uang kuliah kamu untuk dua semester ini," kata Dekan Lu dengan wajah berseri-seri.
"Penelitiannya sedikit lagi bakalan selesai, Dekan Lu! Anda tidak perlu khawatir, saya akan berusaha semaksimal mungkin," kata Yang Qian dengan tenang.
"Kalau sudah selesai kamu segera beritahukan kepada saya!"
"Okeh, Dekan Lu!"
Setelah itu, Yang Qian kembali ke ruangan penelitian dengan penuh senyuman.
Ji Wanting yang melihat Yang Qian kembali dengan penuh senyuman merasa bahwa Yang Qian mendapatkan sesuatu yang membuatnya senang.
"Ada apa, nih? Abis dari ruangan Dekan kamu jadi senang banget?"
"Itu aku diminta untuk segera menyelesaikan penelitian milikku, nanti kalau penelitianku udah selesai Dekan Lu berjanji bahwa ia akan membebaskan uang kuliahku selama dua tahun ke depan."
"Dekan Lu, baik banget ternyata."
"Iyah, Dekan yang terbaik." kata Ji Wanting tersenyum palsu sementara tangannya mengepal erat di bawah meja.
Sejak saat itu, beberapa hari kemudian Yang Qian sibuk mengerjakan penelitiannya tentang surat Zaman Dinasti Tang, tanpa istirahat sedikit pun.
....
Di dalam ruangan penelitian, Ji Wanting tengah sibuk membaca dan meneliti surat yang diberikan oleh Yang Qian minggu lalu.
Ji Wanting terpaksa meneliti surat yang diberikan oleh Yang Qian kepadanya karena desakan dosen pembimbingnya, untuk secepatnya mencari naskah yang akan diteliti.
Saat tengah fokus dengan surat yang ia teliti, Ji Wanting dikejutkan dengan teriakan Yang Qian yang memanggil namanya.
"Wan-wan!!! Lihat, suratnya sudah selesai aku teliti, nanti aku bakalan liatin ke Dekan Lu" teriak Yang Qian sambil memeluk Ji Wanting dengan eratnya.
"Woah, bagus kalau begitu," kata Ji Wanting kemudian ia diam-diam mengambil pisau buah tak jauh dari tempatnya berdiri kemudian langsung menusukkannya ke arah Yang Qian.
Yang Qian yang masih memeluk Ji Wanting terkejut dengan rasa sakit yang tiba-tiba dari belakang perutnya dan ia tidak menduga bahwa Ji Wanting tega menusuknya dengan pisau.
Setelah menusuk Yang Qian dengan pisau dan ia langsung mencabutnya dengan kejam membuat Yang Qian berteriak karena kesakitan, kemudian Ji Wanting melepaskan pelukannya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa?" tanya Yang Qian menatap Ji Wanting dengan tatapan tak percaya sambil memegang luka di bagian belakang perutnya, darah segar mengalir keluar tanpa henti.
"Kenapa? Kamu tanya kenapa? Sebenarnya kamu tidak tahu atau pura-pura tidak tahu? Aku sudah muak dan lelah terus dibayang-bayangi oleh dirimu. Bahkan semua yang aku bikin dengan usahaku sendiri, mereka seenak bilang itu milikmu dan kamu juga merebut semua hal yang aku mau tanpa kamu sadari, aku juga membencinya!" ungkap Ji Wanting dengan jujur.
Yang Qian mendengar itu pun menggelengkan kepalanya dengan sedih sambil menahan sakit di bagian belakang perutnya. Ia pikir telah mengenal Ji Wanting dengan baik ternyata ia salah menilai dan akhirnya kecewa yang didapatkan.
"Satu lagi aku tidak suka kamu yang sok baik itu. Kenapa selalu kamu yang mendapatkan semua hal yang baik dan aku hanya mendapatkan sisanya," kata Ji Wanting sambil mengelus dagunya Yang Qian kemudian melepaskannya dengan kasar. Membuat Yang Qian meringis karena kesaktian.
Hal yang tidak pernah di duga oleh Yang Qian malah menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Ternyata tidak baik terlalu mempercayai seseorang secara berlebihan, walaupun teman dekat tetap saja, jangan terlalu percaya dengan mereka karena sewaktu waktu mereka bisa menusuk kita secara diam-diam.
Darah yang mengalir tanpa henti membuat pandangan, Yang Qian semakin kabur. Ia berdiri lalu kemudian berjalan menuju leptopnya dengan tertatih-tatih kemudian ia menekan tombol reset untuk semua hasil penelitiannya. Setelah itu, semuanya menjadi gelap dan Yang Qian pingsan karena kehilangan banyak darah.
Ji Wanting tidak menyangka Yang Qian akan menghapus semua file dan data penelitian yang ada di leptopnya menjadi gusar dan marah, tetapi ia sudah terlambat untuk mencegah Yang Qian menghapusnya.
"Sial," umpatnya dengan kesal. Ia telah berani mengambil resiko tapi tidak membuahkan hasil karena itu ia buru-buru keluar dari ruangan, meninggalkan Yang Qian yang penuh dengan genangan darah.
______________✨✨✨_______________
Okeh, aku update ya, Guys! Maafkan, kalau ceritanya gak nyambung atau membosankan wkwkw
Yosha, jangan lupa singgah ke lapak berikut ya dijamin ceritanya bakalan seru-seru
Yang pertama, ceritanya kak Dee_ane Dee_ane
Yang kedua, cerita dari kak Broonaw Broonaw ceritanya juga seru dan menarik untu dibaca nih, Guys.
Update: Selasa, 6 September 2022
Terima kasih semuanya dan selamat membaca! Semoga kalian suka sama ceritanya ya!! 😘✨
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com