Chào các bạn! Truyen4U chính thức đã quay trở lại rồi đây!^^. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền Truyen4U.Com này nhé! Mãi yêu... ♥

✓ Tuesday, 25th May '21

Jyuto melihat tanggal hari ini. Namun, tidak perlu jauh-jauh merayakan hari spesialnya nanti. Meski sebenarnya Jyuto ingin, ia sadar jika sudah lebih dari cukup memiliki kesempatan untuk dapat bersama dengan sang istri.

Sepertinya, inilah saatnya Jyuto memahami keinginan Akazumi. Daripada menimbulkan pertengkaran lain lagi nanti.

"... Tadaima."

Jyuto menghela napas panjang. Tak perlu diperjelas lagi jika sebenarnya sang istri masih belum pulang. Agaknya kesibukan Akazumi yang makin ke sini makin jadi penghalang. Pun pria itu berusaha bersabar menunggu istrinya datang.

12.45 AM

Waktu masih belum terlalu larut. Jyuto sendiri tidak terlalu mengantuk. Ia rasa ia bisa menunggu istrinya itu atau sekalian saja menjemput.

Jyuto mulai melucuti setelan jas hitam, dasi, kemudian membuka beberapa kancing kemeja abu-abunya itu, membawa satu-persatu pakaian kotornya tersebut menuju kamar tidur untuk mengambil handuk. Karena daripada terlanjur terserang kantuk dan tak jadi menjemput, Jyuto memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Agar setidaknya badannya terasa segar sedikit dan tidak kena omel sang istri.

Namun, siapa sangka jika di dalam kamar ada seorang nona cantik yang menyusuri alam mimpi di ranjang? Jyuto terlanjur membuka pintu dengan kasar sampai menimbulkan suara. Beruntung ia tak membangunkan nona cantik yang tertidur pulas di sana.

Sejenak, niatan untuk membersihkan diri yang tertata rapi dalam hati pun terurungkan kala kaki mulai melangkah mendekati nona cantik yang tak lain adalah istrinya ini. Jyuto duduk dengan hati-hati di tepi ranjang, namun, tepat di sebelah Akazumi. Memperhatikan wajah cantik sang istri yang ia rindukan setiap kali kesibukan membuat masing-masing dari mereka pergi.

Apakah Akazumi merasakan hal yang sama seperti ini?

Jyuto mendekatkan wajahnya. Dapat ia lihat dengan jelas wajah lelah istrinya. Jyuto hanya bisa tersenyum miris, kemudian mengecup kening Akazumi cukup lama. Menyalurkan rasa rindu dan perasaan bersalah di sana. Bercampur aduk sampai rasanya Jyuto benar-benar seperti seorang suami yang tiada guna, ketika sang istri terhalang kesibukan sampai membuatnya lelah. Entah karena istrinya yang terlalu kuat atau memang dia yang kurang peka.

Selang beberapa waktu kecupan lembut di kening Akazumi itu berlangsung pun akhirnya dapat Jyuto lepas. "Dasar keras kepala ... " gumam Jyuto kemudian yang nyaris terdengar seperti sebuah bisikan.

Karena gemas, Jyuto mengecup singkat bibir tipis istrinya. "... Okaeri."

Jyuto menghargai pilihan sang istri dan berharap dapat membantu Akazumi suatu saat nanti. Meski sekarang masih berusaha memahami atau setidaknya Jyuto ingin mengerti walau hanya sedikit tentang keinginan Akazumi.

Dan seperti biasa kegiatan hari ini yang di awali dengan dering berisik dari sebuah alarm yang berdering sebelum sang surya berani menampakkan diri. Siklus yang sudah biasa, namun, tak bisa Jyuto biasakan dengan dering berisik alarm nya itu terkadang membuatnya tersiksa batin, ketika harus terus dikejutkan dengan dering berisik.

Besok-besok ia akan ganti dengan alarm ponsel pintarnya agar dapat diatur nada deringnya sesuai keinginannya.

Ketika dering berisik itu berhenti, Jyuto berusaha mengumpulkan jiwa menjadi satu dalam diri dan melihat ke samping. Ah, awalnya ada Akazumi, namun, sekarang tak ada siapa-siapa di sini.

"Apakah dia pergi lagi?"

Untuk meyakinkan diri sendiri, Jyuto mengambil kacamatanya, memakainya, kemudian segera beranjak dari ranjang empuk nan nyamannya ini dan menuju lantai bawah untuk mencari sang istri.

Entah apa yang membuat sepasang kakinya itu menuju ke dapur, namun, ia bersyukur karena dapat menemukan istrinya dengan cepat, karena memang benar ada di situ.

Sepertinya sedang sibuk. Nampak Akazumi yang sedang duduk anteng di meja makan yang menjadi satu dengan dapur. Namun, sebenarnya ia sedang fokus pada satu halaman buku dengan pena di tangan dan dahi yang sedikit berkerut. Bahkan dari tempat Jyuto berdiri saja dapat pria itu lihat wajah istrinya yang masih terlihat letih-lesu.

Tanpa pikir panjang pun Jyuto segera menghampiri Akazumi yang sibuk. Berharap ia bisa membantu.

"Kazumi."

Wanita yang terpanggil namanya itu seketika teralihkan fokusnya dan mendapati bibir kecilnya yang sudah dikecup. Membuat jantungnya terpacu saking terkejutnya dan bercampur malu. Tak lama, namun dapat ia rasakan rindu yang menggebu dari situ.

Ternyata sang suami yang baru bangun tidur dan kini duduk bersebelahan seraya memeluk pinggangnya, kemudian menyandarkan kepalanya pada bahunya itu.

Akazumi menghela napas. "Mandilah dulu, sementara aku akan menyiapkan kebutuhanmu," katanya yang kembali fokus pada kesibukannya.

Hal itu membuat Jyuto menjadi sosok yang terabaikan.

"Kau kebutuhanku," jawab Jyuto tanpa ragu yang mendapati Akazumi terkekeh, namun masih tetap fokus pada pena dan buku.

"Aku tahu. Sekarang, mandi, ya? Aku masih sibuk dan ... butuh waktu sendiri untuk menyelesaikan ini." Akazumi mencoba fokus. Terlihat dari bagaimana ia menggerakkan penanya tadi saat hendak menulis sesuatu. Namun, tampaknya sering terurung. Apa mungkin karena adanya Jyuto yang menganggu konsentrasinya itu?

Sementara Jyuto hanya diam. Memilih menetap daripada harus menuruti ucapan istrinya yang terus sama setiap hari, bahkan setiap kali mereka memiliki waktu bersama walau hanya sebentar dan berakhir tak berarti apa-apa, ketika hal seperti ini ada. Ruang dan waktu membuat mereka terpisah sampai sama-sama merasa lelah.

Mengingat bagaimana wajah lelah istrinya pun membuat Jyuto terpaksa menghentikan kegiatan menulis Akazumi. Jika perlu, ia ambil saja pena itu dan membuat istrinya cuti sehari.

"Ada apa, Jyuto-kun? Lepaskan, aku harus menyelesaikannya," ucap Akazumi masih dengan nada biasa saja. Berusaha untuk tidak mengeluarkan apalagi menyulut amarah di antara mereka.

"Hentikan. Semalam kau kelelahan. Kenapa masih bersikeras untuk bekerja?" Jyuto menjelaskan maksud dari tindakan tidak sopannya barusan.

Akazumi menghela napas. "Aku tidak mau bergantung padamu," ucapnya dengan harapan agar Jyuto memahami alasan singkat, padat, dan jelasnya.

"Aku tidak mau melihatmu kelelahan."

"Jadi, aku hanya perlu mengatur waktu istirahatku saja, 'kan? Onegai, biar kuselesaikan ini, sayang." Akazumi cukup pintar dalam menyusun kata sampai-sampai tak segan menyanggah ketidaksetujuan suaminya.

Jyuto terdiam, kemudian berdecak kesal. Ia menghembuskan napasnya perlahan agar mendapat ketenangan mengatasi sifat keras kepala istrinya.

Atau justru dia yang keras kepala?

"Baiklah, dengar, apakah aku terkesan egois untuk memintamu berhenti bekerja? Tugasmu sudah cukup berat sebagai seorang istri, Kazumi." Jyuto berharap jika dari pengertian yang dia beri dapat dipahami oleh sang istri.

"... Salah satu?"

"Semuanya."

Akazumi terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya tersenyum miris dan berkata, "Itu bukan jalan keluarnya."

Jyuto menggigit bibir bawahnya. Satu sisi ia tahu. Namun, satu sisi ia tidak paham, apa maksudnya? Ia hanya menanggapi sejujurnya-jujurnya, "Aku hanya mencoba membantumu."

Dan satu kecupan lembut mendarat di pipi pria itu.

"Aku juga membantumu dengan mendukung pekerjaanmu." Setelah berkata demikian dengan sebuah senyuman tipis di wajah, Akazumi merapikan meja makan dan beranjak ke kamar, bersamaan dengan sebuah pesan teruntuk suaminya agar segera mandi kalau tidak mau terlambat.

Ya, seharusnya Jyuto tahu jika ia keras kepala. Seharusnya Jyuto mengerti tindakannya yang mulai terkesan memaksa untuk terus bersama. Seharusnya Iruma Jyuto belajar untuk memahami apa yang sedang istrinya coba sampaikan melalui tindakannya.

Tuesday, 25th May 2021

"Sepertinya bukan tentang 'aku membutuhkanmu'."

Setidaknya, Jyuto tahu jika cinta tak butuh alasan, Jyuto mengerti jika cinta bukanlah suatu kebutuhan, Jyuto memahami jika cinta bukan tentang saling membutuhkan.

To Be Continued
Story By Lady Iruma

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com