‹ 𝚂𝙾𝙼𝙰.
Föst ; HANEMIYA KAZUTORA
© 𝚔𝚎𝚗 𝚠𝚊𝚔𝚞𝚒 | 𝚝𝚘𝚔𝚢𝚘 𝚛𝚎𝚟𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚜.
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂
Tok tok tok!
Ketukan pintu sebanyak tiga kali terdengar, tersentak, gadis mungil yang tak lain adalah [Full Name] itu kembali meringkuk, merasa ketakutan.
"Aku masuk." ujar sang pelaku pengetukan pintu.
Cklek!
Pintu yang selalu terlihat terkunci itu akhirnya terbuka, menampilkan sosok pemuda dengan surai dwi warna serta beberapa cahaya lampu yang sedikit menyelusup masuk.
"Ah, gadisku. Saatnya mandi." ia berujar seraya membentuk kurva senyuman manis, membuat [Name] bergidik ngeri menatapnya.
Pemuda itu- Hanemiya Kazutora, melangkahkan kaki, mendekati [Name] yang tengah gemetar ketakutan.
Mengeluarkan kunci, membuka rantai yang telah membelenggu kaki mungil milik [Name], lantas langsung saja menggendong [Name] ala bridal style menuju kamar mandi.
"Aku, aku bolehkah mandi sendiri...?" dengan keberanian yang cukup, [Name] bersuara. Begitu serak dan kecil lantaran ketakutan akan kemarahan Kazutora.
"Akhirnya kau berbicara, silahkan. Aku akan menunggumu didepan pintu." ujarnya, menurunkan [Name] tepat di ambang pintu kamar mandi.
"Terima Kasih..."
Dengan sedikit terbungkuk-bungkuk akibat ketakutan, [Name] akhirnya memasuki kamar mandi, menutup pintu.
Didalam, ia tak benar-benar mandi. Berdiri seraya bergetar membelakangi pintu kamar mandi.
[Name] mengedarkan pandangannya di sekeliling ruangan kamar mandi yang tak terlalu besar itu. Atensinya jatuh pada lubang ventilasi kecil yang begitu tinggi didekat plafon.
Tepat dibawahnya, ada Water Closet duduk. [Name] berniat untuk melihat keadaan sekitar di luar, dengan inisiatif, ia menaiki Water Closet, berpegang pada ujung ventilasi agar tidak terjatuh.
Di sela-sela lubang, ia mengedarkan pandangannya kembali. Tak ada pemukiman yang terlihat, hanya pepohonan yang menjulang amat tinggi serta angin sepoi-sepoi yang menerbangkan beberapa dedaunan kering.
Ngeri, tak ada satupun makhluk hidup berupa manusia yang berkeliaran diluar sana.
Sebenarnya, dimanakah dia saat ini?
•[˗᭟🦋ꪶ˗]•
[Name] menatap wajahnya pada cermin kamar mandi.
Walau telah segar sehabis mandi, wajahnya yang elok itu tetap tampak begitu muram, kusut, tak beraturan dengan kantong mata hitam yang tercetak jelas dibawah matanya.
"Aku tidak bisa melarikan diri lewat ventilasi, itu terlalu kecil." gumamnya seraya menatap air yang terus mengalir pada lubang kran wastafel.
"Lantas... aku harus bagaimana?" tanyanya sendiri begitu putus asa.
Tok tok!
Sekali lagi, [Name] tersentak.
"Aku tau kau sedang memikirkan jalan untuk melarikan diri, tapi sayang. Aku tak akan pernah melepaskanmu sampai kapanpun." ujar Kazutora dari balik pintu kamar mandi.
Bak memiliki indera ke-enam, bagaimana bisa Kazutora tau apa yang tengah ia pikirkan? apakah ucapannya yang begitu lirih tadi terdengar hingga luar? atau, tingkah [Name] yang membuatnya curiga?
Cklek!
[Name] membuka pintu kamar mandi dengan perlahan, atensinya langsung tertuju pada Kazutora yang tengah tersenyum manis. Ia tampak rapi setelah menggunakan seragam kerjanya.
Masih bisakah ia tersenyum manis setelah apa yang ia lakukan pada [Name] selama berbulan-bulan ini? begitu gila dan tak berperasaan.
"Ini makanan untukmu." ucapnya seraya menyodorkan satu tote bag berwarna hitam pekat.
"Lengkap dengan pembuka, inti, penutup serta air minumnya."
[Name] mengambil tote bag itu dengan sedikit takut-takut.
"Terima kasih." kata [Name] seraya menatap isi dari dalam tote bag.
Benar saja, isinya lengkap dengan makanan pembuka, inti, penutup dan sebotol air mineral. Setidaknya, cukup untuk setengah hari menunda rasa lapar.
"Yah, aku berangkat kerja dulu. Kau tidak akan kabur 'kan?" Kazutora menatap iris [E.C] [Name] begitu dalam. Senyumnya pun menghilang.
Seolah anjing yang menuruti kata majikannya, [Name] hanya mengangguk pelan. Menuruti setiap perkataannya untuk keselamatan dirinya sendiri juga orang terdekatnya.
Ia tidak ingin lagi, Kazutora membawa salah satu temannya, dan membunuh tepat dihadapan kedua matanya yang terbuka lebar akibat melawan.
"Pintar." ujarnya seraya mengacak-acak surai [Name] yang sudah tak beraturan.
Setelah itu, Kazutora melangkahkan kakinya, mulai meninggalkan ruangan suram itu dengan [Name] seorang diri didalamnya.
"K-kazu..." panggil [Name] pelan, membuat Kazutora yang telah berada di ambang pintu berhenti melangkahkan kakinya, membalikkan badan berhadapan kembali dengan [Name].
"Aku... kesepian setiap hari, bisakah kau membawakanku sesuatu agar aku tidak sendiri?"
Kalem dulu pas awal-awal (っ'▽')っ.
Anw, kesian mba nem gemeteran mulu kalau ketemu Kajut.
•[˗᭟🦋ꪶ˗]•
[06 Oktober 2021].
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen4U.Com